39. SADEWA BERCERITA

215 39 27
                                    

Awas aja kalo ngga ada yg komen dan vote. Notif cerita ini ngga akan pernah ada.

.
.
.

39. SADEWA BERCERITA.

.
.
.


Victoria menyusuri lorong rumah sakit dengan langkah tergesa-gesa. Lelaki itu mengedarkan pandangan, untuk mencari kamar rawat yg ditempati Elvan. Pagi tadi, Trisula memberitahu, bahwa kondisi temanya itu sangat tidak baik.

"Lo sehat, Van. Lo sehat." Ujar Victoria ketika dirinya sudah berdiri didepan pintu kamar Elvan.

Dengan nafas memburu, Victoria membuka pintu. Dia melihat Bu Ramyah sudah menangis pilu didekat Elvan, Victoria juga melihat Arlan yg berdiri dipojok ruangan. Victoria berjalan mendekati Elvan yg masih terbaring dengan mata terpejam.

"Ibu, Elvan baik-baik aja loh." Kata Victoria sambil bersimpuh dihadapan Bu Ramyah yg terduduk.

Victoria mengusap air mata Bu Ramyah lalu tersenyum. "Ibu jangan nangis, Elvan sehat kok." Ujarnya kembali.

Arlan mendekat, meskipun sebelah kakinya sedang sakit, lelaki itu tetap memaksa untuk berjalan. "Racun itu, bikin tub-

"NGGAK! ELVAN SEHAT, ANJING!" Teriak Victoria lalu berdiri.

"Elvan ngga apa-apa. Dia Psycopath, masa cuma karna racun dia sekarat sih." Cibir Victoria lalu memandang wajah Elvan yg pucat pasi.

Arlan menghela nafas. Lelaki itu mengusap bahu Victoria seraya mengangguk yakin. Benar kata Victoria, Elvan pasti baik-baik saja. Elvan tidak akan meninggalkan mereka disaat musuh belum berhasil ditangkap.

Ngomong-ngomong soal musuh, Arlan jadi mengingat tiga orang yg sangat dia benci itu. Pia, Arka, dan Carroline. Sampai saat ini, tiga orang itu belum juga ditemukan. Padahal Ayahnya, Kakek Victoria, dan juga Ayah dari Riana, serempak menurunkan anak buahnya untuk menangkap mereka. Banyak orang sudah berpencar ke segala daerah, semoga saja tiga manusia itu berhasil ditangkap.

"Elvan harus sehat. Nanti kita bareng-bareng siksa mereka, lebih dari kondisi kita sekarang." Ujar Victoria, terdengar penuh penekanan.

Arlan mengangguk. "Sobat kita kuat, dia pasti bangun."

Belum ada lima detik Arlan berucap demikian, mendadak tubuh Elvan mengalami kejang. Nafas lelaki itu nampak tercekat, juga tubuhnya yg seketika mengeras. Victoria, Arlan, dan Bu Ramyah panik dibuatnya.

"Elvan, jangan kaya gini." Lirih Bu Ramyah seraya mencium tangan putra angkatnya.

Arlan berlari keluar untuk memanggil dokter, sedangkan Victoria berusaha menenangkan Bu Ramyah yg memberontak. Keadaan semakin tak terkendali, ketika mulut Elvan mulai mengeluarkan darah. Victoria lantas membuka baju pasien yg dia kenakan, untuk digunakan Elvan memuntahkan darah yg begitu banyak.

Dokter pun datang. Diikuti Arlan bersama dengan Nathan dan Anggita juga. Semua orang langsung diperintahkan untuk keluar, membiarkan para anggota medis untuk melakukan pekerjaannya. Victoria melangkah dengan tatapan lurus ke arah bajunya yg berisi darah Elvan, lelaki itu lantas mengepalkan tangan. Sumpah demi apapun, Victoria tidak akan memaafkan Pia jika terjadi sesuatu pada Elvan.

Victoria duduk diatas lantai, dadanya kembali terasa sakit. Tapi lelaki itu tidak peduli, meskipun luka pada lenganya mulai kembali menitikan darah dari perbannya, namun saat ini, kondisi Elvan lebih penting dari apapun.

VICTORIA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang