Anyway, ada rasa ingin hiatus nulis selama beberapa waktu. Tapi ternyata susah, ada aja sesuatu yang mau ditulis meski ya, ceritanya masih gitu-gitu aja wkwk
Okay bacot si,
Happy reading ae lah pokoknya~
.
."Kau sudah mau pergi?"
Wangji menatap bayangan istrinya yang terpantul dipermukaan cermin kemudian mengangguk, "Mn, hari ini kelas dimulai lebih awal."
Wei Wuxian mendesah lesu, hari ini pasti akan membosankan lagi.
Calon ibu muda itu beringsut dari ranjangnya, meski dengan sedikit kesusahan akinat perutnya yang kian membesar akhirnya ia sampai dibelakang tubuh besar suaminya kemudian memeluknya dari belakang. Kedua tangannya tertaut diperut keras Wangji dan sebelah wajahnya ia sandarkan dibahu lebar itu.
Hangat dan nyaman.
"Apa kau bisa pulang lebih awal? Rasanya pasti membosankan." Keluhnya.
Sebenarnya, jika saja mamanya ada ia tak akan mengeluh begini. Biasanya Wei Wuxian akan pergi kerumah orangtuanya dengan diantar Wangji sebelum prianya itu pergi kuliah atau kerja. Hanya saja, sudah seminggu ini wanita cantik itu pergi menemani sang papa melakukan perjalanan bisnis ke Itali, alhasil ia tak lagi memiliki tempat tujuan selain mendekam didalam rumah seorang diri.
Wangji yang mendengar keluhan istrinya sebenarnya merasa tak tega, apalagi dengan kondisinya yang seperti ini.
Ia menyentuh tautan tangan diperutnya, memberi usapan lembut laku mengurainya pelan. Wangji membalik badan guna menghadap Wei Wuxian, "apa sebaiknya aku mengambil cuti saja?" Katanya menimang-nimang, tangan besarnya membelai pipi serupa persik itu lembut.
Ini bukan pertamakalinya ia berpikir tentang hal ini, Lan Wangji tentu merasa sangat khawatir tentang kondisi Wei Wuxian yang semakin hari terlihat semakin lemah. Namun seperti yang sudah-sudah, pasangan hidupnya itu akan menjawab dengan jawaban serupa;
"Tida tidak, jangan melakukan itu, Lan Zhan. Kau harus menyelesaikan pendidikanmu tepat waktu." Ia menentang, tak menyetujui usulan itu sama sekali.
"Aku hanya merasa bosan, itu bukan hal yang terlalu besar sampai kau harus mengambil cuti." Lanjutnya.
Iris emasnya menatap Wei Wuxian dengan sendu, lalu memberi kecupan disetiap sisi wajahnya, "tapi aku benar-benar mengkhawatirkanmu, Wei Ying. Aku tidak bisa meninggalkanmu terus-menerus."
"No, aku baik-baik saja. Aku tidak selemah yang kau pikirkan, husband." Lalu terkikik setelah mengecup ujung hidung mancung Wangji.
Helaan napas keluar dari bilah bibirnya, dan untuk kesekian kalinya ia harus kembali mengalah.
Ia mengusap kepala Wei Wuxian kemudian berjalan kearah ranjang untuk meletakan kembali tas selempang yang sebelumnya telah tersampir.
Tanpa aba-aba ia menggendong pemuda tercintanya kearah kamar mandi, "bukankah kau harus segera berangkat?"
"Aku masih ada cukup waktu untuk memandikanmu dan mengantarmu ke rumah Tuan Jiang."
Bola mata Wei Wuxian melebar lucu, "oh, kenapa tiba-tiba sekali? Bukankah paman Jiang dan Bibi Yu sedang diluar kota? Jiang Cheng juga tidak dirumah, bukankah kalian memiliki jadwal sama hari ini? Dan jika aku tidak salah ingat Jiejie sedang melakukan penelitian untuk studinya di Qishan bersama Wen Qing." Ia meracau mencoba mengingat detail tenyang kondisi rumah Jiang yang ia perkirakan kosong hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silly Marriage
Fiksi PenggemarBagaimana jika Wei Wuxian dijodohkan dengan Lan Wangji? "apa aku boleh bunuh diri?"-Wei Wuxian "kekanakan!"-Lan Wangji . . ...