Selamat hari raya idul fitri bagi yang merayakan^^ maaf telat, habis ya gimana wkwk
Dan, apakabar dengan chapter kemarin? :')
Maaf atas kekhilafan ini wahai oara pembaca sekalian :"))Happy reading~
.
.Suara elektorkardiogram masih terdengar sama.
Garis-garis yang bergerak masih membentuk grafik naik turun yang statis, merekam denyut jantung Wei Wuxian yang masih berbaring tenang.
Hampir dua minggu, namun belum ada perubahan berarti.
Wei Wuxian, masih tertidur lelap diatas ranjang pesakitan.
Frustasi sudah hampir mencabut akal Lan Wangji yang kelimpungan, ayah satu anak itu hampir tak pernah tidur sama sekali, melainkan tetap terjaga disamping pendamping hidupnya, menanti iris keabuan itu untuk kembali terbit dan menatapnya dengan senyuman.
Ia masih tak percaya dengan apa yang terjadi.
Semuanya terlalu tiba-tiba, dan Lan Wangji sama sekali tidak pernah siap.
"Wangji, pulang dan istirahatlah." Wei Changze menghampiri menantunya yang duduk sembari menggenggam tangan lemah Wei Wuxian. Jelas sekali bagaimana hancurnya pria itu, tak jauh berbeda dengan dirinya.
Iapun sama, lelah dan frustasi dengan keadaan ini.
Bayinya yang ceria, kinibterbaring muram tanpa daya. Bagaimana ia bisa baik-baik saja?
Namun, ia masih ingat jika dirinya adalah topangan terbesar dikeluarganya. Istri dan menantunya tengah rubuh dalam kesedihan, maka dirinya harus menjadi orang yang lebih kuat untuk mengendalikan keadaan.
Tangan besarnya menepuk pundak Wangji yang terkulai, "Wangji." Sekali lagi ia memanggil.
Lan Wangji menegakan tubuhnya, dengan masih menunduk ia menggeleng, "aku ingin disini." Hawabnya dengan serak, ia sudah terlalu banyak menangis hingga hampir kehabisan suara.
Helaan napas lelah dikeluarkan kepala keluarga Wei, kembali ia menepuk pundak menantunya beberapa kali, seolah mencoba menyalurkan sisa kekuatan dalam dirinya, "papa tau kau khawatir, begitupun papa, mama, keluargamu. Kita semua khawatir, tapi kau juga harus memperhatikan dirimu, Wangji. Kau sudah kelelahan, kau butuh istirahat. Papa akan menjaganya untukmu, jadi, istirahatlah walau sebentar." Bujuknya.
Ia tau ini tak akan mudah, karena jika soal Wei Wuxian, Lan Wangji akan selalu keras kepala. Ia tak akan mendengar siapapun, bahkan jika itu Lan Xichen yang notabenenya merupakan orang paling dekat dengannya.
"aku akan disini sampai Wei Ying bangun."
"Dan kau akan membuat istrimu bersedih saat ia bangun, begitu?"
Keduanya menoleh kearah ambang pintu dimana Jianh Cheng baru saja masuk dengan wajah marah. Ia meletakan keranjang buah diatas meja dan menghampiri Wangji dengan ekspresi kaku.
"Apa menurutmu dia akan senang melihat wajah menyedihkanmu saat bangun? Kau lupa bagaimana Wei Wuxian? Dibanding gembira dia malah akan menyalahkan dirinya sendiri karena sudah membuatmu berantakan seperti itu!"
Wei Changze menahan dada Jiang Cheng, ia membawanya mundur menjauhi Wangji dan menenangkannya, "ssttt, A Cheng, tenanglah, sudah."
Dengan masih memeluk tubuh Jiang Cheng yang masih dilahap emosi, ia kembali melirik Wangji yang menunduk, mungkin tengah merenungkan apa yang baru saja Jiang Cheng katakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silly Marriage
FanficBagaimana jika Wei Wuxian dijodohkan dengan Lan Wangji? "apa aku boleh bunuh diri?"-Wei Wuxian "kekanakan!"-Lan Wangji . . ...