Happy reading luvies <3
.
.Rintik hujan saling bergemeletuk menampar permukaan kaca besar dikamar Wei Wuxian.
Dibalik tirai yang tak tertutup sempurna, pemuda yang kini menyandarkan punggungnya di sandaran ranjang menatap hujan yang belum juga menunjukan tanda akan berhenti meski malam kian memuncak.
Lalu iris abu-abunya bergulir pada sosok disampingnya, memperhatikan Lan Wangji yang tidur begitu pulas dengan dada yang naik turun teratur, tak merasa terganggu meski hampir satu jam ini Wei Wuxian bergerak gelisah diranjang mereka.
Calon ibu muda itu merasa sedikit tak nyaman, sulit sekali baginya untuk memejamkan mata hingga akhirnya memutuskan untuk duduk bersandar dan merasakan keheningan yang mengalir di kamar mereka yang hanya disinari cahaya lampu remang.
Ini sudah bulan ketujuh, yang artinya perutnya sudah semakin besar, yang artinya juga, membuatnya semakin sulit untuk bergerak apalagi mendapatkan tidur nyenyak.
Wei Wuxian seringkali terbangun ditengah malam seperti ini, terkadang harus berusaha sendirian menenangkan bayinya yang bergerak aktif didalam perutnya sampai kadang menimbulkan ringisan ngilu.
Sekali waktu, ia ingin membangunkan Wangji. Namun, ketika mengingat betapa lelahnya suaminya itu, dengan semua tugas kampus juga tugas kantor yang dibebankan dipundaknya, akhirnya Wei Wuxian mengurungkan kembali niatnya.
Ia tidak mau semakin membebani suaminya itu.
Dan hal yang paling disyukurinya adalah, bahwa dirinya tak merasakan fase ngidam seperti kebanyakan orang-
Setidaknya sampai hari ini, malam ini lebih tepatnya.
Tidak seperti malam-malam sebelumnya, kali ini Wei Wuxian merasakan keinginan yang sangat mendesak. Ia tidak bisa mengenyahkan bayangan bagaimana nikmatnya sup kaki sapi yang cocok untuk menemani rintikan hujan yang masih berlangsung diluar sana.
Calon ibu muda itu mengelus permukaan perutnya yang buncit, sembari sesekai mencuri pandang pada Wangji yang masih betah memejamkan mata.
"Baby, besok saja okay? Ayahmu pasti sangat lelah hari ini."
Ia mencoba menenangkan bayinya, membelai perutnya dengan bibir bawah yang ia gigit.
Wei Wuxian benar-benar tengah berusaha keras untuk menahan keinginannya.
Matanya terpejam, sekedar mengenyahkan bayangan yang malah kian menggiurkan dikepalanya, kemudian menggeleng, "tidak Wei Wuxian, kau tidak menginginkan itu. Kau tidak menginginkannya." Ia berusaha mensigesti dirinya.
"Kau menginginkan sesuatu?"
Wei Wuxian tersentak ketika suara Wangji tiba-tiba saja menginterupsi kegiatan doktrinasinya. Ia melirik pada sang suami yang telah membuka mata lebar dan memperhatikan tingkahnya.
"Lan Zhan, kapan kau bangun?" Tanyanya terkejut.
"Baru saja." Jawabnya parau.
Wangji mengubah posisinya menjadi ikut bersandar dikepala ranjang seperti Wei Wuxian, ia sempat menguap kecil merasakan kantuk yang belum juga enyah lalu memberi belaian halus diperut buncit istrinya, disambut tendangan cukup keras hingga membuatnya terkekeh dan mendaratkan kecupan disana, "apa kau tidak membiarkan mommy mu tidur dengan nyenyak, hm?" Bisiknya lembut.
Wei Wuxian yang melihat pemandangan itu tertawa kecil, memainkan surai berantakan Wangji dengan sayang dengan sebelah tangan yang ikut membelai perutnya, "dia terlalu aktif didalam sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Silly Marriage
FanfikceBagaimana jika Wei Wuxian dijodohkan dengan Lan Wangji? "apa aku boleh bunuh diri?"-Wei Wuxian "kekanakan!"-Lan Wangji . . ...