chapter fifty-four

9.9K 1.1K 74
                                    

Happy reading~

.
.

Sejak kecil, Lan Wangji selalu diajarkan untuk hidup diatas sebuah prinsip.

Hingga beranjak dewasa, ia selalu hidup diatas prinsip yang telah ia buat itu dan tak ada satu halpun yang bisa menggoyahkannya.

Satu kali Lan Xichen pernah mengatakan padanya, bahwa akan ada waktu dimana ia akan menemukan satu hal yang memaksanya untuk mematahkan prinsip yang selalu ia junjung tinggi tersebut.

Lan Xichen bilang, "saat waktu itu tiba, berhenti melawan dan ikuti saja alurnya."

Namun nyatanya, Lan Wangji adalah tipe orang yang terlalu terorganisir.

Ia membenci sesuatu yang datang diluar rencana hidupnya.

Seperti, pertemuan pertamanya dengan Wei Wuxian.

Itu adalah hal yang tak pernah sekalipun terlintas dalam kepalanya.

Lan Wangji pernah mencoba melarikan diri berkali-kali, menampik perasaan yang perlahan mulai mengambil alih sistem kerja otaknya-

Mencoba mendorong Wei Wuxian agar keluar daei lingkaran hidupnya yang telah ia susun dengan sangat sempurna.

Akan tetapi, seperti yang Lan Xichen katakan, tak seharusnya ia melawan.

Karena, semakin ia menolak, sesuatu dalam dirinya semakin mendesak dan menginginkan pemuda itu.

Hingga akhirnya, dirinya menyerah dan memutuskan untuk berbalik mengejar Wei Wuxian yang telah terlanjur pergi.

Meski, itu tidaklah mudah.

Ada banyak kerikil juga jalanan terjal yang harus ia lalui untuk mendapatkan kembali sesuatu yang telah dengan bodoh ia lepas begitu saja.

Sampai akhirnya ia bisa mendekap Wei Wuxian kembali dikedua tangannya.

Pada saat itu, Lan Wangji baru saja menyadari, jika perasaannya untuk Wei Wuxian tidaklah sedangkal yang ia kira.

Itu lebih dalam dari apapun.

Lan Wangji bahkan sanggup menyerahkan apapun demi Wei Wuxian.

Dan ketakutan terbesar dalam hidupnya, bukan lagi tentang kehilangan mimpi ataupun prinsip,

Melainkan ketika ia tak bisa memeluk tubuh kekasihnya meski ia ada dihadapannya.

"Wei Ying."

Entah sudah berapa lama ia berdiri didepan pintu yang tertutup rapat itu.

Menantikan lampu berubah menjadi hijau dan pintu segera terbuka agar ia bisa memeluk sosok yang tengah berjuang didalam sana.

Wangji tak memperdulikan rasa kebas yang menginvasi kedua kakinya, telinganya telah kehilangan fungsi hanya untuk sekedar mendengar orang-orang yang menintanya untuk beristirahat atau sekedar duduk diam bersama mereka yang juga dirundung kemelut.

Lan Wangji, hanya maskh tak mempercayai pada apa yang saat ini terjadi.

Masih segar dalam ingatannya, beberapa jam yang lalu Wei Wuxian masih tertawa dan mendusel manja padanya, ia masih bisa melempar lelucon jenaka pada Lan Wangji yang serius mengurusi dokumen yang dikirim oleh Lan Xichen.

"Wei Ying."

Sekali lagi bisikan bernada pilu keluar dari bibirnya yang kian memucat, tetesan cairan bening nan hangat tak juga berhenti bercucuran dari kedua matanya yang memerah.

Tangannya sudah sedingin es, saling tertaut menanti waktu yang terasa berjalan lambat, sembari memanjat doa agar kekasih dan bayi mereka baik-baik saja didalam sana.

Silly MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang