chapter twelve

19.4K 2.2K 161
                                        

Maafkan papi Lan Zhan, dia hanya sedang khilaf

Wkwk

.
.

Happy reading~

.
.

Satu bulan berlalu cukup lambat untuk Wei Wuxian.

Selama itu, dia telah mencoba segala cara untuk melupakan semuanya, melupakan apa yang sudah dilakukan Wangji padanya,

Juga melupakan perasaan yang sudah terlanjur mengakar untuk pemuda itu dalam dirinya.

Setiap hari ia mencoba menipu dirinya sendiri, bahwa semuanya baik-baik saja. Ia tersenyum, tertawa, bertingkah sebagaimana dirinya sebelum ia bertemu dengan Lan Wangji.

Wei Wuxian sudah berusaha sangat keras agar tak ada satupun yang menyadari bahwa dirinya sedang terluka dan tidak baik-baik saja.

Ia hanya benci terlihat lemah,

Ia benci menangis karena satu hal konyol bernama cinta.

Meskipun, ketika malam memuncak dan keheningan memerangkapnya dalam dekapan sunyi, ia diam-diam menangis, menumpahkan perasaan yang telah berusaha ia tahan untuk tidak keluar ketika semua orang menatap kearahnya.

Bagaimanapun, Wei Wuxian tetaplah seorang manusia,

Seorang remaja dengan mental yang belum cukup matang untuk bisa mengendalikan perasaannya yang terlanjur berhamburan.

Ia hanya seorang remaja biasa yang akan menangis ketika merasa sedih dan terluka.

Terlepas dari seberapa kuat ia terlihat, seberapa sering dirinya tertawa seolah mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja.

"A Xian, sudah siap?"

Pintu kamarnya terbuka, memperlihatkan sosok pria dewasa yang masih tampan diusianya yang tak lagi muda.

Wei Changze menghampiri puteranya yang tengah mematut diri didepan cermin, "wah, papa seperti sedang melihat wajah masa muda papa." Katanya bangga ketika melihat visual puteranya yang menakjubkan.

Tangannya merapikan almamater puteranya, menepuk bagian bahu Wei Wuxian untuk menghilangkan debu disana.

Wei Wuxian hanya mencebikan bibirnya tatkala mendengar kalimat penuh percaya diri papanya, "pantas saja banyak yang jatuh cinta padaku, waah, aku pasti memang setampan itu ya." Wei Wuxian menunjukan beberapa pose didepan cermin dengan gaya yang cukup berlebihan.

Wei Changze tertawa, ia tak tahan untuk merangkul puteranya masuk kedalam pelukannya. Dua bulan ditinggalkan putera kesayangannya bukan sesuatu yang bagus, berkali-kali ia meminta istrinya untuk menjemput Wei Wuxian kembali ke rumah, namun istrinya selalu menolak dan mengatakan bahwa putera mereka perlu pengalaman baru, ia juga tak berhenti membahas tentang perjodohan Wei Wuxian dengan putera kedua Lan, membuatnya hanya bisa pasrah dan mengiyakan saja apa yang istrinya katakan.

"A Xian, apa kau baik-baik saja selama disana? Sejak kau pulang, kau tidak menceritakan apapun. Papa khawarir kau mengalami sesuatu yang cukup sulit disana."

Tangan besar Tuan Wei membelai surai puteranya dengan lembut.

Meskipun Wei Wuxian bukan lagi pada usianya untuk diperlakukan selembut itu, tapi bagi Wei Changze dan Changse Shanren, berapapun usia putera mereka, Wei Wuxian tetaplah bayi kecil mereka yang terlihat rapuh dan butuh perlindungan.

Silly MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang