Chapter Three

22K 2.8K 289
                                        

Terimakasih untuk vote dan komentar kalian atas work ini^^

Hope you guys enjoy and-

Happy reading~

.
.

Wei Wuxian mati kutu.

Dirinya dikejutkan oleh suara berat Tuan Besar Lan sesaat kakinya menginjak lantai satu.

Shock? Sudah pasti, karena Tuan Lan  adalah alasan dirinya tak bisa tidur semalaman. Ia masih memikirkan tanggapan Tuan Lan akan dirinya, apakah akan menyambutnya sehangat Nyonya Lan? Atau memperlakukannya sedingin Lan Wangji?

Wei Wuxian meremas tangannya gugup, ia bahkan tak berani sekedar melihat wajah Tuan Lan yang memperhatikannya dalam diam.

"Istriku banyak bercerita tentangmu." Tuan Lan baru membuka pembicaraan setelah membiarkan keheningan menenggelamkan mereka selama lima menit.

Dengan posisi duduk yang elegan juga triple piece suit yang dikenakan Tuan Lan, Wei Wuxian merasa seolah sedang melakukan wawancara kerja, rasa gugupnya melonjak tajam hingga pada tahap dirinya merasa ingin pingsan saking gugupnya.

"Ah haha, benarkah?"

Diam-diam dirinya merutuki kalimatnya barusan.

Bukankah itu terdengar tidak sopan?

Tapi Wei Wuxian benar-benar kehilangan kata-kata, kepalanya dipenuhi pikiran negatif tentang penolakan yang mungkin akan dilakukan Tuan Lan.

"Kau kelihatan gugup." Ujar Tuan Lan kemudian yang sukses membuat perut Wei Wuxian terasa dikocok hingga mules, tanpa sadar pemuda Wei itu semakin menegakan posisi duduknya namun pandangannya masih terarah pada karpet beludru halus dibawah kakinya.

Wei Wuxian menggigit bibirnya gugup, mencari jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan sang calon mertua.

"A Xian, apa aku begitu menakutkan?" Suara Tuan Lan berubah lembut, pria yang masih gagah rupawan itu mengubah posisi duduknya menjadi lebih santai, serta merta menanggalkan kesan serius yang sedari tadi dia umbar dihadapan pemuda Wei.

Berangsur-angsur Wei Wuxian mulai berani menatap wajah sang calon mertua, dan seketika dirinya terpana hingga hampir tersedak ludahnya sendiri saat menemukan senyuman menawan dari ayah calon suaminya itu.

"Ya tuhan, ingatkan aku bahwa dia calon mertuaku." Ia membatin.

Kenapa calon mertuanya itu bisa setampan ini?
Hah, wajar saja Lan Wangji mampu membuatnya belok dalam hitungan detik, ternyata wajah serupa dewanya itu turunan dari sang papa.

"Ma maafkan saya Tuan, saya pasti sudah tidak sopan." Wei Wuxian berdiri dan membungkuk sebagai permintaan maaf, namun Tuan Lan malah tertawa lalu menyuruhnya kembali duduk.

"Istriku benar, kau memang sangat manis." Tawa Tuan Lan masih tersisa, dirinya lalu memandang Wei Wuxian yang menampakan ekspresi tak mengerti,

Apa yang lucu darinya?

"A Xian, jangan terlalu formal. Kau memanggil istriku dengan panggilan mama, maka kau juga harus memanggilku papa." Tandasnya.

"Pa- papa?" Tanya Wei Wuxian tak yakin.

"Mn. Kupikir kau akan cocok dengan puteraku. Wangji itu pendiam, sifat dinginnya mungkin dia dapat dari pamannya. Saat istriku menceritakan semua hal tentangmu, aku jadi tidak sabar untuk bertemu. Mungkin jika kau bersama Wangji, anak itu akan lebih membuka diri perlahan-lahan, membuat dia belajar untuk lebih menikmati hidupnya ketimbang mengurung diri bersama hal-hal kaku yang menjadi rutinitasnya."

Silly MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang