chapter thirty-five

13.6K 1.5K 280
                                    

Yuhuu~~

Happy reading manteman~

.
.

Jam istirahat baru saja dimulai, membuat hampir semua restoran serta kedai kopi yang berada dikawasan elit perkantoran itu dipenuhi oleh para pegawai yang berhamburan keluar dari gedung-gedung yang menjulang guna mengisi perut mereka setelah hampir seharian berkutat dengan berbagai dokumen.

Tak terkecuali Lan Xichen yang kini berjalan dengan lunglai, setelah rapat yang berjalan alot tentang rencana ekspansi perusahaannya ke negeri ginseng selesai, tanpa pikir panjang dirinya langsung melesat meninggalkan ruangan rapat begitu saja, bahkan mengabaikan sekretarisnya yang bersiap membacakan agenda selanjutnya.

Bukan karena dirinya yang tak kompeten, sama sekali tidak.

Hanya saja, seberapa hebatpun Lan Xichen memimpin perusahaan, dirinya tetap butuh jeda dan mengisi perutnya yang berdemo meminta jatah untuk diisi,

Dan itu adalah hal yang kadang dilupakan sekretarisnya.

Pria yang lebih tua lima tahun darinya itu terus-terusan menjejalinya dengan berbagai dokumen dan agenda tanpa memberinya waktu untuk bernapas.

"Hah." Helaan napas dalam keluar dari mulutnya.

Lan Xichen melirik arlojinya yang telah menunjukan waktu 12.10.

Masih cukup untuk menukmati secangkir americano dan mengembalikan tenaganya sebelum melakukan pertemuan dengan investor sore ini.

Ia mencari kedai yang setidaknya cukup lengang, agar ia tak perlu terlalu lama mengantri, dan menemukannya tepat di ujung persimpangan jalan. Dengan berlari kecil, Lan Xichen sampai di sebuah cafe bergaya minimalis, cukup berbeda dari sebagian besar kedai dan tempat makan dikawasan ini yang terkesan mewah dan elegan.

Didepannya hanya tersisa tiga antrian, dan ia bersyukur tak harus mengantri lama untuk ini.

"Satu ice americano."

Lan Xichen otomatis mendongakan kepalanya begitu mendengar suara sosok pemuda dihadapannya, ia mengunci kembali ponsel yang tengab ia mainkan dan memasukannya kedalam saku jas miliknya.

"Ada tambahan lainnya, tuan?"

"Tidak."

Entah disadari atau tidak, tapi saat ini Lan Xichen tengah menarik sudut-sudut bibirnya hingga tersenyum cukup lebar.

Cukup untuk membuat beberapa pengunjung wanita yang kebetulan melihatnya memekik kecil sakimg terpesonanya pada wajah rupawan sulung Lan itu.

Sayang orang didepannya velum menyadari apapun.

"Totalnya 5 dollar."

Sebelum sosok didepannya berhasil membuka dompetnya, Lan Xichen telah lebih dulu meletakan selembar uang diatas meja, "satu americano, juga pesanan milik tuan muda ini."

Tentu saja pemuda itu terkejut bukan main, dirinya segera berbalik dan mendelik sinis begitu mendapati wajah menyebalkan Lan Xichen yang tersenyum penuh maksud padanya.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanyanya, dirinya tidak mengantisipasi jika akan bertemu kakak ipar Wei Wuxian disini.

melihat wajah masam Jiang Cheng, Lan Xichen hanya mengulas senyum kecil, "apalagi? tentu saja memesan kopi." jawabnya ringan.

Jiang Cheng memutar bola matanya, ia memperbaiki tas yang tersampir dibahunya dan pergi begitu saja dari hadapan Lan Xichen, "sama-sama." ucapan sulung Lan itu berhasil membuat Jiang Cheng menghentikan langkahnya dan kembali berbalik hanya untuk melihat wajah jengkel Lan Xichen.

Silly MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang