53. Kedatangan Tak Terduga

915 102 14
                                    

Jangan lupa vote, komen, dan share ke temen-temen kalian ya!

Selamat membaca cerita Leone
🖤🤍

Selamat membaca cerita Leone 🖤🤍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

53

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

53. Kedatangan Tak Terduga

"Hidup adalah sebuah kejutan, bisa jadi hari ini kamu senang, tapi tidak ada yang tahu kalau besok kamu akan menangis."

***

Kata-kata yang mamanya lontarkan terus terngiang dalam otaknya. Bak kaset rusak yang terus terputar, Leone tidak tahu bagaimana cara menghentikannya agar ia bisa kembali mendapatkan ketenangan. Pengakuan mama sore itu tidak bisa saja hanya akal-akalannya supaya ia bisa pergi ke Italia bersama Om Marino.

Ya, benar. Leone percaya mamanya tidak akan mungkin melakukan hal sekeji itu.

Satu tegukan air putih berhasil menghangatkan tenggorokannya. Leone meletakkan gelasnya pelan-pelan seraya mengambil ponselnya. Ia lupa belum mengirimkan kabar mengenai Atlas yang pergi meninggalkan apartemennya. Dengan gerakan cepat, ia mengirimkan foto berisi kertas yang ditulis Atlas.

Bersamaan dengan terkirimnya pesan tersebut, bel di apartemennya berbunyi. Leone melangkah ke arah pintu, melihat dari door viewer, ia sempat terkejut akan kehadiran orang dibalik pintu.

Leone mengatupkan mulutnya rapat sejenak sambil menatapi perawakan tubuh orang di ambang pintu. Lelaki yang dua puluh tahun lebih tua darinya tengah tersenyum kepadanya. "Om Marino?"

Leone terdiam mematung usai menyapa barusan. Ia masih tidak menyangka kalau Om Marino benar-benar datang ke apartemennya. "Om ngapain ke sini?"

"Nggak mau biarin saya masuk dulu, nih?"

Leone sedikit tersindir atas sahutan omnya meski diselingi kekehan. Ia menggaruk tengkuknya, kemudian mempersilakan masuk. "Om nggak bawa barang apa-apa? Duduk, Om. Maaf berantakan."

Marino mendaratkan bokongnya di sofa. Pandangannya menyapu sekeliling ruangan. Tidak banyak yang berubah, terlihat masih sama saat ia terakhir berkunjung ke sini untuk menjemput Leone pergi. Ada beberapa bingkai foto dijadikan hiasan yang terpajang di dinding bercat putih tulang.

LEONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang