[FOLLOW SEBELUM MEMBACA]
[2 Part Sebelum End!]
WARNING!!!
Banyak kata-kata kasar dan adegan kekerasan. Tidak untuk ditiru.
***
"Lo udah berhasil bikin gue sembuh dari luka masa lalu. Tapi lo juga yang udah bikin gue luka baru. Seharusnya kita ng...
Halo, part ini panjang sampe 4k word dan berisi penjelasan-penjelasan inti dari cerita Leone sendiri. Jadi buat kalian-kalian yang kepo dan tiba-tiba langsung mampir ke part ini, please, mending baca dari awal. Takutnya malah kena spoiler,gengs. Buat kalian yang udah ikutin perjalanannya sampai sini, selamat, kalian akan segera dapat jawabannya! So, here we go.
Selamat membaca cerita Leone 🖤🤍
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
72. Salah Paham
“Jangan percaya katanya, tapi percaya buktinya.”
***
Clara mengikuti permintaan kakaknya agar pulang ke rumah malam harinya. Sesampainya ia di rumah hanya ada Nicho, tak ditemukan papanya di mana pun. Sampai posisinya kini berada di mobil berdua dengan keheningan yang terus terjaga.
"Kak, mau ke mana, sih?" tanya Clara buka suara. "Mana papa? Katanya mau jelasin?"
"Ini kita mau ketemu papa, Clara," jawab Nicho setenang mungkin tanpa menoleh.
Clara kembali menyandarkan tubuhnya, kali ini melipat tangannya depan dada. Suara musik di radio tak lagi menarik hatinya sekali pun lagu kesukaannya terputar di sana.
Clara tak bisa berbuat banyak, tapi mendengar jawaban kakaknya barusan membuat pikirannya berlarian ke mana-mana. Apa jangan-jangan?
"Kita sampe."
Ungkapan Nicho menyadarkan Clara yang setengah melamun. Mobil berhenti tepat di halaman rumah yang tiga kali lipat lebih besar dari rumahnya.
"Ini rumah siapa?"
"Masuk dulu, ayo." Nicho menggerakkan kepalanya sembari membuka pintu mobil kemudian keluar.
Ikut menyusul, Clara yang hanya mengenakan dress putih dengan rambut digerai sesuai perintah sang kakak yang memakai setelan jas hitam. Lagi-lagi sore itu ia hanya bisa menurut tanpa tahu alasan yang jelas.
