[FOLLOW SEBELUM MEMBACA]
[2 Part Sebelum End!]
WARNING!!!
Banyak kata-kata kasar dan adegan kekerasan. Tidak untuk ditiru.
***
"Lo udah berhasil bikin gue sembuh dari luka masa lalu. Tapi lo juga yang udah bikin gue luka baru. Seharusnya kita ng...
Halo! Kaget nggak? Wkwkkwk aku hari ini up, tapi word nya nggak sebanyak sebelum sebelumnya. Semoga bisa mengatasi rasa bosan di rumah ya!
Selamat membaca cerita Leone 🖤🤍
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
55. Sakit Hati
“Yang terbaik bukan yang datang dengan kelebihannya, tapi dia yang tidak pergi dengan segala kekurangannya.”
***
Hari terakhir sebelum Leone kembali masuk ke sekolah ia habiskan bersama Shemira. Sudah sejak pagi Leone bersama gadis itu, menjemputnya di rumah lalu pergi berbelanja ke mal. Dengan memakai kaos polos hitam disertai setelan jas blazer biru dongker dan bawahan jeans membuat penampilannya terasa lebih fresh.
Awalnya Leone sempat sangsi menemui orang tua Shemira jika menjemputnya ke rumah karena tentu saja peristiwa di masa lalu itu pasti akan menjadi sebuah larangan untuknya berteman kembali dengan Shemira. Namun, Shemira mengatakan bahwa kedua orang tuanya tengah pergi keluar kota hari Kamis ini.
Berada sedekat sekarang dengan Leone, Shemira menjadi tak yakin bisa terus membohongi perasaannya. Shemira tahu yang dilakukannya memang salah, tapi setiap Leone mengukirkan senyuman, hatinya ikut bahagia. Ia merasa harus menemani Leone di saat banyaknya masalah yang menerpa.
"Udah nggak ada yang ketinggalan?" tanya Leone sekali lagi setelah masuk ke mobil.
Shemira menggelengkan kepala ringan. "Udah, mau kemana habis ini?"
"Mau pulang?"
"Nggak ada acara lain? Aku bosen di rumah terus," keluh Shemira.
"Makan di restoran, gimana?" tawar Leone.
Shemira mengangguk dengan semangat sebagai persetujuan.
Leone ikut membentuk kurva tipis di bibirnya. Ia lantas mulai menjalankan mobilnya membelah jalanan yang ramai kendaraan karena jam pulang sekolah dan kantor. Nyatanya, tiga hari ia diskors mampu membuat hatinya terasa lebih tenang, meski sekelibat masalahnya kerap muncul secara tiba-tiba.
