80. Rencana Rahasia

204 15 4
                                    

Happy New Year 2024! Makasih buat yang masih mau menunggu, semoga masih excited buat tetap melanjutkan cerita Leone di tengah kesibukan aku menjalani perkuliahan ya!

Selamat membaca kisah Leone
🖤🤍

Selamat membaca kisah Leone 🖤🤍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

80. Rencana Rahasia

"Nyatanya, kebahagiaan yang kita dapatkan hanya sementara. Seberat apapun masalahnya, hidup adalah seni dalam menikmati kesenangan yang dibalut luka."

***

"Finally, Revalino keluar dari persembunyiannya." Marino tersenyum menyeringai. "Saya tahu Anda tidak pernah ke Italia, Reval!"

Bugh!

"Di mana anak saya?!"

Nicho menarik bahu papanya agar situasi tidak memanas, kendati ia sendiri ingin sekali memberikan bogeman mentah juga.

Sementara, Marino berusaha menyeimbangkan tubuhnya usai mengusap sudut bibirnya yang membiru dan mengeluarkan darah. "Apa Anda bilang? Sejak kapan Anda mengakui Clara? Bukannya dia ditelantarkan begitu saja disiksa ibunya?"

Pernyataan tersebut berhasil mengundang amarah Reval yang kembali meninju rahang Marino. "Sejak kapan Anda mengurus urusan keluarga saya?! Di mana anak saya atau saya akan melaporkan Anda!"

Marino menarik sudut bibirnya. "Anda bertanya sejak kapan saya mengurus keluarga Anda?" Ia tertawa kencang meremehkan. "Ternyata Anda lebih bodoh dari yang saya duga!"

Reval hendak kembali melayangkan kepalan tangannya, tapi berhasil ditahan oleh Nicho. "Pa, udah, Pa! Kita harus fokus cari Clara!"

Reval menaikkan sebelah alisnya. "Anda jangan main-main dengan saya!"

Kini, Marino malah tertawa kencang. "Fine, saya akan kasih tahu di mana keberadaan Clara."

"Cepat kasih tahu di mana Clara!"

Marino tertawa meremehkan. "Saya akan kasih tahu, kalau Anda juga bisa memberikan sesuatu yang sangat berharga. Maybe, this is the win-win solution. So, deal?"

Reval sejenak menoleh ke arah Nicho yang tidak meyakinkan kesepakatan mereka. "Tell me."

"Pa! Papa!"

Clara berlari memeluk papanya yang baru saja tiba di rumah. Sementara papanya tampak baru tersadar dari lamunan. Clara meyakini perubahan raut wajah menjadi cemas tersebut karena khawatir akan kondisi dirinya.

"Clara, are you okay? Tadi siang kamu nggak diapa-apain, 'kan?"

"I'm okay. Leone juga yang udah bantu tolongin Clara tadi." Clara melirik ke arah Leone yang baru saja datang berdiri di sampingnya.

LEONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang