79. Terungkap

464 28 19
                                    

Halo, guys! Announcement bahwa part kali ini tidak menyinggung instansi mana pun, murni karena ide cerita dari pribadi. Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam kepenulisan dan terdapat pihak-pihak yang tersinggung.

Selamat membaca kisah Leone
🖤🤍

Selamat membaca kisah Leone 🖤🤍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

79. Terungkap

"Saat kamu ikhlas dengan takdir yang dijalani, mungkin saat itulah Tuhan akan mengabulkan permintaanmu yang lainnya."

***

Debaran jantung Leone sejak dalam perjalanan tidak setenang biasanya. Kendati lokasi keberadaan Clara sudah ditemukan, namun ia belum mengetahui secara pasti bagaimana kondisi cewek itu. Sepanjang perjalanannya ia hanya merapalkan doa demi keselamatan Clara.

Selama kurang lebih dua puluh menit, Leone tiba di titik lokasi sesuai kiriman Karel. Cowok itu lantas membuka helm dan memarkirkan motornya. Ia menengok ke kanan dan kiri mencari Karel yang katanya berada tak jauh dari keberadaannya.

Begitu menemukan seseorang yang dicarinya bersembunyi di balik sebuah pohon, Leone berlari kecil menuju ke sana.

Mata Leone tertuju pada Atlas yang berada di sebelah Karel. "Atlas? Lo bukannya sama Clara? Clara mana?"

"Clara minta gue buat kabur lebih dulu buat minta bantuan, tadinya gue suruh dia aja tapi dia enggak mau."

"Jadi Clara masih ada di dalam sana?"

Atlas mengangguk. "Lo enggak sendirian, 'kan, ke sini?"

"Sendiri, tapi gue udah kasih tahu yang lain buat ke sini." Leone membalikkan tubuhnya melihat sekitar dan menemukan sebuah gedung usang tak jauh dari hadapannya. "Clara ada di dalam sana, 'kan?"

"Iya, tapi kita enggak akan masuk sekarang karena—LEONE!"

Leone memotong omongan Karel dan teriakan keduanya yang memanggil karena dirinya kini tengah berlari ke arah gedung. Leone tak punya banyak pilihan selain menyelamatkan Clara sesegera mungkin. Ia tidak mau sesuatu buruk terjadi.

"Leone stop!"

Saat sudah mendekati gedung tersebut, penjaga yang melihat Leone bersiap untuk melayangkan tinjuan kepadanya. Namun, Leone sudah lebih siap lebih dulu untuk menendang kedua penjaga itu. Hingga Leone berhasil masuk ke dalam dan berlari menuju tangga ke lantai satu.

"Maju lo berdua!" Leone menghindar ketika dua penjaga lainnya memberikan bogem mentah yang mengarah ke rahang. Ia lalu menyikut wajah penjaga satu sementara penjaga yang lain berhasil ia tepis tinjuannya lalu menendangnya dengan lutut. Ia berhasil lewat dan kembali naik ke lantai atas.

Leone memberikan senyum seringainya tatkala penjaga yang baru saja turun tersebut kini berjumlah lebih banyak dibandingkan sebelumnya. Ia memasang posisi kuda-kudanya lalu menggerakkan jari-jarinya agar mereka semua maju untuk melawan.

LEONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang