44. Sulit Dipercaya

976 108 13
                                    

Hai, aku seneng ada beberapa komentar yang minta ceritanya cepet update. Masih nggak nyangka juga sebenernya selalu nyentuh 200 readers di minggu pertama up. Buat kalian-kalian semua yang udah support cerita ini, makasih ya. Here we go, aku update buat kalian 🤗

Selamat membaca cerita Leone
🖤🤍

Selamat membaca cerita Leone 🖤🤍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

44

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

44. Sulit Dipercaya

Layaknya pelangi yang memancarkan keindahannya, kamu hanya bisa aku nikmati dari jauh saja tanpa pernah bisa aku gapai.”

***

Cahaya matahari di sore hari masih terik mengiringi langkah Clara yang mengekori Atlas diam-diam. Rasa curiga membawanya sampai ke sini.

Bunyi bising kendaraan mengalahkan suara langkah kakinya. Beberapa kali Clara berjinjit karena takut ketahuan, ia bahkan bersembunyi dibalik pohon saat Atlas menoleh ke belakang. Sampai sejauh ini, ia merasa tidak ketahuan.

"Tuh, 'kan," jeda Clara berbisik, "arah rumah panti asuhan ke sana, dia kenapa lurus? Pasti ada apa-apa." Clara terus menerka sepanjang perjalanan mengikuti Atlas. Mungkin terdengar gila tapi ia hanya ingin menjawab rasa penasarannya.

Clara membulatkan matanya lebar-lebar kala Atlas melangkah masuk memasuki area pemakaman. "Ma—makam?" tanya Clara pada dirinya sendiri. Ia kini masih bersembunyi dibalik pohon.

Beberapa menit menunggu bersamaan dengan sambaran banyak pertanyaan yang membuncah di pikirannya, ia baru menyadari bahwa Atlas pasti mengunjungi makam adiknya. Sampai akhirnya, Clara memutuskan pergi mengunjungi tempat tersebut setelah nampaknya Atlas usai mengirimkan doa.

Daun-daun kering tak sengaja Clara injak, sembari mengucap 'permisi-permisi' ia akhirnya tiba di hadapan salah satu makam. Matanya langsung menyoroti batu nisan yang bertuliskan nama Athaya Rivana Bagaskara.

LEONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang