Lara sedang sibuk berada didapur, memasak untuk keluarganya. Ini sudah menjadi kebiasaan Lara setiap hari.
Setelah selesai Lara segera menyediakannya dimeja makan, sudah ada orang tua dan kedua kakak laki-lakinya.
Setelah selesai menyiapkan makan dimeja makan, Lara duduk ditengah kedua kakak laki-lakinya.
"Siapa yang izinin kamu duduk disitu?" tanya Davit dingin.
Lagi-lagi pagi ini dia harus menahan rasa sakit dan derita.
"Ak-u ingin sarapan bersama kalian," ujar Lara lirih.
"Saya tidak Sudi! Makan bersama anak pembawa sial,"
Lara memudarkan senyumnya, dan menatap kedua kakak laki-lakinya itu.
Vania beranjak dan membanting sendoknya, membuat Lara sedikit terlonjak.
"Bunda, biar aku aja yang pergi" cegah Lara.
"Bagus! Sana,"
Lara mengganggukan kepalanya, dan segea berlalu menuju dapur.
Lara sudah mulai terisak sakit hatinya, dia juga menginginkan makan bersama kedua orang tuanya.
"Kenapasih Yah, Bun. Lara mau makan sama kita,"
"Jangan membuat sarapan pagi berantakan Zayn!"
Zayn dan Alvaro memutar bola matanya jengah, kasihan Lara.
¥¥¥
Setelah selesai sarapan, Zayn, Alvaro dan Lara berangkat sekolah. Dalam mobil yang sama.
Alvaro menatap Lara yang terus menunduk itu, dia tau adiknya itu sudah menangis.
"Lara nangis lagi?" tanya Alvaro, membuat Lara mendongkakan kepalanya.
Lara menggeleng lemah "engga kok Bang Al," jawab Lara dengan senyum tipisnya.
Zayn menatap adik perempuannya itu lalu membelai rambut Lara dengan lembut.
"Sabar ya sayang,"
Setelah dua puluh menit perjalanan akhirnya Zayn, Alvaro dan Lara sudah sampai di Galaxy Internasional School.
Lara kelas 10 IPA 1, Alvaro kelas 11 IPA 2 dan Zayn kelas 12 IPA 1.
Seperti biasa Zayn dan Alvaro mengantarkan Lara sampai pintu kelasnya.
"Jangan ada yang sakitin Lara, sampe ada yang berani. Mati kalian Dimata gue," ujar Zayn dingin, membuat Lara memutar bola matanya malas.
Selalu saja seperti itu, terkadang Lara malu.
"Sana belajar yang pinter," perintah Alvaro.
Zela segera berlalu masuk kedalam kelasnya, dan melihat ketiga sahabat.
Aurora Latasya, adalah sahabat perempuan Lara yang sangat dekat dengannya.
Azka Rafasya Bagaskara, adalah sahabat Lara yang selalu menjaganya. Diam-diam Azka menyukai Lara begitupun sebaliknya.
Arga Regaldi nevvare, adalah sahabat Lara sekaligus pacar Aurora.
"Cerah banget senyumnya," ujar Aurora membuat Lara terkekeh.
"Iya dong pasti, keluarga sayang banget sama dia," ucap Arga.
"Pasti, dia anak satu-satunya perempuan dikeluarga Hensen. Punya dua Abang yang sayang banget sama dia," ujar Azka.
Lara hanya tersenyum sebagai jawaban, rangkaian kata dari ketiga sahabatnya sangat bohong.
Lara adalah musibah, dia selalu merasakan sakit bukan kebahagiaan.
Lara segera duduk disamping Aurora, mengobrol dan tertawa renyah.
Hanya disekolah dia merasakan kebahagiaan, dirumah hanya ada isakan dan kesakitan.
TBC
.
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak teman 🧡Luka_10
KAMU SEDANG MEMBACA
Lara
Teen FictionBIASAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA REVISI DILAKUKAN SETELAH CERITA SELESAI Terlalu banyak luka lara dalam hidupku, terlalu banyak serpihan luka yang aku rasakan. aku menutupinya dengan berbagai cara, tapi hatiku semakin sakit. saat aku berpura-pura bai...