Lara || • 45

348 41 1
                                    

"Lo yakin bisa?" tanya Raga.

"Kita coba dulu, masalah berhasil atau engga kita liat nanti" ujar Asep.

Azka segera masuk dan mengetuk rumah besar keluarga Hensen, dia tidak yakin. Tapi dia harus bisa membantu.

Tok.. tok..

"Sebentar!"

Vania segera membuka pintu dan melihat empat orang remaja, membuatnya heran. Siapa mereka?

"Temannya Alvaro?" tanya Vania.

"Bukan," jawab Azka.

"Kita temannya Lara" ucap Raga.

Vania memalingkan wajahnya, dan segera menutup pintu namun segera Azka tahan.

"Lara bukan seorang jalang, dia dijebak!"

"Tau dari mana kalian?! Itu sudah jelas-jelas fotonya, bahwa gadis bodoh itu seorang jalang!" bentak Vania.

Zayn dan Alvaro segera datang, mendengar suara keributan didepan sana.

"Kak, percaya sama kita Lara dijebak" ucap Aurora saat melihat, kehadiran Alvaro dan Zayn.

"Pergi! Jangan datang lagi kesini! Jangan Perdulikan jalang kecil itu!"

Semua terhenyak dengan perkataan Alvaro, bukannya keduanya selalu menjaga Lara?

Mereka tidak percaya dengan Lara lagi?

"Tap-"

"Pergi! Atau saya bawa satpam!" bentak Zayn.

Seketika Azka mengepalkan tangannya, menahan emosi yang sebentar lagi memuncak.

"Kita akan pergi, tapi jika suatu saat terbukti bahwa Lara dijebak oleh seseorang, kalian sudah pasti menyesal sampai mati!" bentak Azka.

"Buktikan saja!"

Azka, Asep, Raga dan Aurora segera berlalu menuju keluar dari neraka keluarga Hensen.

Aurora terisak karena mengingat Lara, bagaimana keadaan Lara sekarang apakah dia baik-baik saja?

"Kita harus cari bukti," ucap Azka.

"Kita harus cepat-cepat." ujar Asep.

"Gue curiga Cassandra yang lakuin ini" ujar Raga.

Seketika Azka dkk. Menatap Raga, dengan seribu pertanyaan dalam benak mereka masing-masing.

Ketiganya terus menatap Raga, seperti mengingat sesuatu didalam memori kepalanya.

"Kenapa?"

"Karena saat Lara kemarin pulang naik taksi, Aurora seperti mengikuti arah taksi itu. Dan saat malamnya, Aurora bilang Lara lagi dipinggir jalan. Coba kalian pikir" ucap Raga.

Semuanya terdiam dengan ucapan Raga, Azka mengeraskan rahangnya dengan tatapan penuh amarah.

"Kita kerumah Cassandra sekarang!"

¥¥¥

"Gue puas banget sama kerja keras lo" ucap Cassandra, Nathan hanya bisa tersenyum.

"Lo ada Vidio aslinya?" tanya Nathan.

"Buat kenang-kenangan, tentang kehebatan lo" bisik Cassandra, ditelinga Nathan.

Nathan menggigit bawah bibirnya, dan menatap Cassandra dengan penuh nafsu yang sebentar lagi akan memuncak.

Bugh!

Tiba-tiba ada yang membuka kamar Nathan dan Cassandra, membuat keduanya terlonjak.

"Anjing! Biadab!" bentak Azka, dan segera berjalan menghampiri Nathan.

Azka mulai menghajar Nathan tanpa ampun, yang ditemani oleh Asep yang sama menghajar Nathan.

Aurora segera menjambak rambut Cassandra membuatnya meringis kesakitan.

"Dimana Vidio aslinya!" bentak Aurora.

"Gak bakal gue kasih!"

Raga segera mengambil sebuah kater, dimeja rias kamar Cassandra. Dan segera menujukannya didepan mata Cassandra.

Raga mengambil buah, yang berada disisi meja kasur Cassandra.

"Lo mau nasib lo kayak buah ini?" tanya Raga, dan mulai mengupas kulit mangga itu.

Cassandra menatap buah itu, dengan ludah yang ia telan dengan rasa takut yang memuncak.

Tiba-tiba air buah mangga itu berceceran ditangan Raga "ini darah lo" ucap Raga dan menjilatinya.

Cassandra memberontak dari jambakan Aurora, Aurora semakin erat menjambak rambut Cassandra.

Tiba-tiba Cassandra menginjak kaki Aurora dengan kuat, membuat Aurora melepaskan jambakannya.

Cassandra segera berlari keluar, "Anjing! Cassandra!" teriak Aurora.

TBC
.
.
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak teman 🧡

Luka_10

LaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang