Lara sudah sampai disekolah, dia sedang bersiap-siap dengan Aurora dikelasnya. Tiba-tiba dia merasa ingin ke WC.
"Euh, Rora. Aku ke WC dulu ya tunggu disini" ucap Lara.
"Dianter?" tanya Aurora.
"Gak usah, tunggu disini aja" ucap Lara dan segera berlalu.
Lara segera masuk, dan menyimpan tasnya didepan pintu wc.
Beberapa saat kemudian Lara keluar dari WC dan segera membawanya tasnya.
"Kok, tasnya buka?" tanya Lara pada dirinya.
"Perasaan, aku gak ngambil atau masukin sesuatu"
"Ah biarin aja, mungkin aku lupa" ucapnya dan segera berlalu menemui Aurora, yang sedang menunggunya.
"Yu," ajak Lara yang diangguki oleh Aurora.
Aurora dan Lara berjalan menuju gerbang sekolah, karena sekarang upacara diliburkan.
¥¥¥
Sekarang anggota osis Galaxy Internasional School, sedang berada di perpustakaan melati.
Sedang membereskan buku-buku, dan beberapa mengajar mereka membaca dan menulis.
Saat sedang asik mengajar, tiba-tiba Zayn dan Alvaro meminta semua anggota untuk berkumpul dibelakang perpustakaan.
"Oke langsung saja, niat kita mengumpulkan kalian semua adalah untuk memeriksa, tas kalian. Karena kita kehilangan uang donasi bansos" jelas Zayn, membuat semua berbisik.
"Mohon dengan keikhlasannya, saya dan Alvaro untuk memeriksa tas kalian" lanjut Zayn.
"Simpan tas kalian dimeja ini" perintah Alvaro.
Semua anggota osis segera menyimpan tasnya, didepan meja. Dengan teliti Zayn dan Alvaro memeriksa tas mereka satu-persatu.
"Kira-kira siapa yang ngambil?" tanya Asep.
"Engga tau." ujar Lara.
"Kayaknya si, anggota osis juga. Gak mungkin warga sini" ucap Aurora.
Raga, Azka, Asep dan Lara mengganggukan kepalanya seolah setuju dengan perkataan Aurora.
"Cepetan dong bos! Penasaran si" ujar Gibran.
"Iya ni! Cepet dong," ucap Vino.
Alvaro dan Zayn masih sibuk dengan pekerjaannya, tidak memperdulikan teman-temannya yang terus saja berisik.
Tinggal tiga tas lagi, tas Lara yang dipilih oleh Zayn. Alvaro ikut memeriksa tas adiknya itu, tapi dihatinya mereka percaya tidak mungkin Lara.
Tapi mereka harus bersikap adil, tas Lara harus ikut diperiksa. Saat memeriksa tasnya, tiba-tiba Alvaro menemukan uang didalam amplop berwarna coklat.
Alvaro menatap Zayn, begitupun sebaliknya. Apakah mungkin Lara yang mengambil uang donasi?
Alvaro dan Zayn kompak menatap Lara, Lara yang dirasa ditatappun menaikan halisnya.
"Ambil tas kalian," perintah Zayn dingin.
Semua anggota osis mengambil tas mereka masing-masing, saat Lara ingin kembali pada tempatnya Zayn menahan tangannya.
Zayn menatap Lara dingin, apa ya g terjadi?
"Kenapa amplop donasi ini, ada ditas kamu Ra?" tanya Zayn dingin.
Lara seketika membulatkan matanya, siapa yang tega seperti ini padanya?
Semua sontak menatap Lara, dan berbisik. Sungguh ini bukan, Lara. Dia tidak mungkin berbuat seperti ini.
"A-ku gak tau bang" ujar Lara bergetar.
"Lara gak mungkin ambil uang donasi," ucap Azka, sedikit berteriak.
"Iya gak mungkin, Lara dari pagi sama gue kok" ujar Aurora, yang ikut bergetar.
"Lara gak mungkin Zayn," ucap Nathan.
"Gue percaya sama Lara, dia gak mungkin" timpal Vino.
Leonal, Samudra, Alam dan Geo mengangangukan kepalanya, percaya dengan ucapan Nathan dan Vino.
Lara tidak mungkin melakukan hal serendah itu.
Lara menatap Alvaro, dan Zayn bergantian. Matanya memanas, rasanya sesak.
Zayn masih menatap adiknya itu dengan dingin.
"Ikut Abang," perintah Zayn.
TBC
.
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak teman 🧡Luka_10
KAMU SEDANG MEMBACA
Lara
Teen FictionBIASAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA REVISI DILAKUKAN SETELAH CERITA SELESAI Terlalu banyak luka lara dalam hidupku, terlalu banyak serpihan luka yang aku rasakan. aku menutupinya dengan berbagai cara, tapi hatiku semakin sakit. saat aku berpura-pura bai...