Lara sedang jalan menuju dapur, perutnya serasa lapar sekarang. Saat melihat kulkas, tidak ada sedikitpun bahan untuk dia masak.
Saat melihat meja makan pun sama, Lara tidak menemukan apapun disini. Lara memengang perutnya yang sakit.
"Duh, laper banget" monolog Lara.
Tiba-tiba Vania datang dengan membawa sebungkus makanan, membuat Lara menatapnya.
"Bunda Lara lapar" ucap Lara lirih.
"Oh kamu lapar? Ni saya ada bawa makanan" ucap Vania.
Vania menyodorkan makanan itu, membuat Lara tersenyum senang. Saat Lara akan mengambilnya, tiba-tiba Vania menjatuhkan makanan itu.
"Ups! Maaf, makanlah bukankah kamu mau makan?" tanya Vania.
Lara menatap makanan yang sudah berserakan dilantai, tiba-tiba Vania menendang tempat makan itu.
"Makan!" bentak Vania.
"Aku bukan hewa bunda" lirih Lara.
"Jangan nangis doang bisa kamu anak bodoh! Saya bilang makan!" bentak Vania.
Lara menggelengkan kepalanya, Vania kesal dengan Lara yang tidak menuruti kemauannya.
Vania segera mendorong tubuh Lara, membuatnya terjatuh dilantai. Vania segera menyodorkan makanan itu, memakai sendok.
Memasukannya dengan maksa kedalam mulut putrinya, Lara terus memberontak dan menutup mulutnya.
Plak!
Satu tamparan melesat dipipi mulus Lara "makan!" bentak Vania lagi.
Lara masih terus menggeleng, kenapa dia diperlakukan seperti hewan dirumah ini.
"Kau berani melawanku! Sini kamu!" bentak Vania.
"Jangan bunda, jangan" ucap Lara.
Vania segera menggusur tubuh lemas Lara, menuju gudang. Dan segera mendorongnya masuk, Vania sudah siap dengan cambukannya.
"Ja-ngan bunda, sakit" ujar Lara terisak.
Ingatannya kembali pada masa-masa kecil, saat David dan Vania menyiksa Lara hampir mati.
Dia tidak ingin mendapatkan itu lagi, tubuhnya seperti sudah mati.
"Siapa suruh kau membangkang! Hah?!" bentak Vania.
Cetar.. ctar..
"Ah! Bunda sakit!" teriak Lara, dengan isakan pilunya.
"INI BELUM SEBERAPA!"
"KAU DULU HAMPIR MEMBUATKU, MATI SAAT MELAHIRKANMU. SEHARUSNYA AKU SUDAH MEMILIKI ANAK LAGI!"
Ctar.. ctar..
"Ampun bunda! Ampun" teriak Lara.
"DASAR ANAK BODOH!"
PLAK PLAK
"ANAK PEMBAWA SIAL!"
Gudang penuh dengan teriakan, dan tangis Lara. Semua art dirumah Lara menangis, mendengar teriakan Lara.
Kenapa? Vania begitu keji dan kejam kepada Lara.
"SEHARUSNYA KAU TIDAK LAHIR! MATI SAJA!"
Vania segera berjalan menuju keluar, meninggalkan tubuh Lara yang sudah lemas tak berdaya.
"Bang Zayn hiks..."
"Bang Al.."
"Tolongin Lara,"
"Cepat bersihkan luka anak bodoh itu!" perintah Vania.
BI Susi, dan bi Lala segera berlari menuju gudang. Isakan mereka terdengar, saat melihat tubuh mengenaskan Lara.
"Yaallah non,"
"Sakit.."
BI Susi dan bi Lala segera membawa tubuh Lara, menuju kamarnya. Luka yang diberikan oleh Vania akan mereka membersihkan.
"Bang Al, bang Zayn sakit.."
¥¥¥
Lara sudah diobati, dan sudah berganti pakaian. Yang terkena cambukan hanya perutnya saja, kakinya tidak.
Lara memandang kedepan, dengan tatapan kosong. Hidupnya sekejam ini.
"Ayo non makan, nona belum makan dari pagi" ucap bi Susi.
"Makasih bi" ucap Lara, menatap bi Susi dengan senyumannya.
"Non Kota ,masih bisa tersenyum saat dia menderita. Gadis kuat"
Batin Susi, bi Susi segera menyiapkan makanan kedalam mulut Lara.
"U-dah bi, keyang" ucap Lara dengan senyumannya.
"Bibi cepet turun, nanti bunda marah" ujar Lara.
"Tapi kan non Lara lagi sakit, bibi gak tega tinggal sendiri"
"Gapapa bi. Lukanya tidak terlalu sakit kok," ucap Lara dengan senyumannya.
BI Susi tersenyum, dan segera berjalan menuju luar kamar Lara.
"Tuhan.. sakit" isak Lara.
TBC
.
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak teman 🧡Luka_10
KAMU SEDANG MEMBACA
Lara
Novela JuvenilBIASAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA REVISI DILAKUKAN SETELAH CERITA SELESAI Terlalu banyak luka lara dalam hidupku, terlalu banyak serpihan luka yang aku rasakan. aku menutupinya dengan berbagai cara, tapi hatiku semakin sakit. saat aku berpura-pura bai...