Lara sedang duduk dikantin, bersama dengan teman-temannya. Zayn melewati meja Lara dengan, acuh tanpa menyapa Lara.
Kenapa? Zayn sangat berubah sekarang, seperti membiarkan Lara sendiri.
"Kok kak Zayn, gak nyapa lo Ra?" tanya Aurora, yang heran.
"Aku harus mandiri Rora" jawab Lara, dengan senyum khasnya.
Dalam hati Lara dia sangat kehilangan, sikap dulu Zayn.
Azka menatap Lara, yang terlihat menyembunyikan rasa sedihnya. Ada apa sebenarnya?
"Pulang sekolah, pelepasan ketua osis kan?" tanya Azka, yang kembali mencairkan suasana.
"Iya, lo dicalonkan?" tanya Raga.
"Lara juga" jawab Azka.
Lara hanya mengganggukan kepalanya, dan kembali fokus pada makanannya. Jujur Lara merasa tidak nafsu makan.
Tapi jika dia tidak makan teman-temannya pasti tau bahwa Lara sedang tidak baik-baik saja.
¥¥¥
Warga sekolah Galaxy Internasional School, sedang berada dilapangan. Untuk melepas jabatan ketua osis.
Zayn tampak sibuk menyiapkan segalanya, Alvaro pun sama.
Kenapa sekarang Lara merasa jadi asing dengan kedua kakak laki-lakinya, dia merasa sedang menatap orang lain.
"Memang benar kata ayah, aku emang dilahirkan untuk merasakan duka lara" monolog Lara dalam hatinya.
"Dan benar kata Bunda, aku dilahirkan sendirian"
Lara tersenyum miris, dia benar-benar sendiri.
Setelah jabatan ketua osis selesai dilaksanakan, Alvaro, Zayn dan Lara segera pulang menuju rumah.
Suasa sangat hening didalam mobil, tidak seperti biasanya.
Lara merindukan pertanyaan, kedua kakak laki-lakinya.
Lara kira kedua kakaknya tidak akan menyakiti Lara, mereka akan terus menjaga Lara.
Ternyata salah, mereka yang lebih menyakiti Lara sekarang. Memang benar tidak ada yang benar-benar peduli padanya.
Alvaro menatap adiknya yang terus menatap kaca mobil, Alvaro tau Lara sedang tidak baik-baik saja.
Ada luka yang ia sembunyikan, ada rasa sakit yang ia rasakan.
¥¥¥
"Lara! Buatkan saja teh manis" teriak Vania.
Lara yang mendengar perintahan dan teriakan bundanya, segera berlari menuju dapur.
"Ini bunda"
Vania segera meminum teh yang dibuat Lara, saat dia meminum tiba-tiba dia segera memuntahkannya.
"Apa apaan ini! Manis sekali, kau mau membuat saya penyakitan bodoh!" teriak Vania.
"Ma-af bunda, Lara tidak tau"
"Membantah saja bisamu! Menjawab!"
"Ta-"
"Jangan terus menjawab, ucapan orang tua Lara." potong Zayn, membuat Lara mendongkakan kepalanya.
Dulu Zayn yang selalu membela Lara saat seperti ini, sekarang dia ikut menyalahkan Lara.
Lara tersenyum tipis, menahan air matanya yang sebentar lagi turun.
"Maaf bunda, nanti aku ganti" ucap Lara.
"Tidak usah! Kembali kekamar, sebelum saya berubah pikiran untuk menyiksamu" ucap Vania.
Lara mengganggukan kepalanya, dan segera berjalan menuju kamar. Air matanya turun, semua sudah berubah sekarang.
Tidak ada yang memperdulikan sekarang, dia benar-benar sendirian.
"Sakit tuhan.."
Lara memeluk lututnya, hatinya sesak. Lukanya bertambah, sakit yang ia rasakan kembali menambah.
TBC
.
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak teman 🧡Luka_10
KAMU SEDANG MEMBACA
Lara
Teen FictionBIASAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA REVISI DILAKUKAN SETELAH CERITA SELESAI Terlalu banyak luka lara dalam hidupku, terlalu banyak serpihan luka yang aku rasakan. aku menutupinya dengan berbagai cara, tapi hatiku semakin sakit. saat aku berpura-pura bai...