Lara, Alvaro dan Zayn sedang berada dibalkon kamar Lara. Itulah kebiasaan mereka, mengabiskan malam dibalkon bersama.
Lara sedang asik menatap langit malam, yang dipenuhi oleh bintang, terlihat sangat indah malam ini.
"Abang tau gak, patah hati seorang adik perempuan itu saat apa?" tanya Lara, membuat Alvaro dan Zayn menatapnya.
"Apa?" tanya Alvaro.
"Saat, kakak laki-lakinya memiliki pasangan" ujar Lara membuat Alvaro, dan Zayn kembali menatapnya.
Hening beberapa saat, Lara masih sibuk menatap langit malam.
"Abang gak akan punya pacar, sebelum liat kamu bahagia dengan pilihan kamu Ra" ujar Zayn membuat Lara menatapnya.
"Abang bakal jaga kamu, gak bakal ninggalin kamu" ujar Alvaro, Lara tersenyum cerah mendengarnya.
Hatinya menghangat, saat mendengar ucapan kedua kakak laki-lakinya.
"Abang Al, sama Abang Zayn itu. Udah kayak sayap kupu-kupu buat Lara," ujar Lara.
"Lara gak pernah sendirian, selalu ada kalian"
Zayn tersenyum begitupun dengan Alvaro, mereka memeluk tubuh mungil Lara dengan hangat.
"Udah yu, masuk tidur besok sekolah" perintah Zayn.
Lara mengganggukan kepalanya, dan segera masuk dan merebahkan tubuhnya.
Alvaro menyelimuti Lara, dan mencium keningnya begitupun dengan Zayn.
"Selama tidur princess,"
Alvaro dan Zayn segera keluar dan mematikan lampu kamar Lara.
Zayn adalah tipe kakak yang galak, dan tidak bisa dibantah. Dia terkadang menyeramkan, namun sangat baik.
Alvaro adalah tipe kakak yang baik, lembut dan juga penyayang.
Lara sangat menyayangi keduanya, begitupun sebaliknya.
¥¥¥
Byurr byurr...
Tiba-tiba ada yang menumbahkan air, Lara terbangun dan memeluk tubuhnya yang dingin.
"Cepet bangun! Jangan mau enaknya aja!" teriak Vania, membuat Lara memejamkan matanya.
"Dingin bunda,"
"Jangan manja!" bentak Vania.
Vania segera menarik tangan Lara hingga memerah, membuatnya meringis kesakitan.
"Cepat! Atau saya, siksa kamu"
Lara segera berlari kekamar mandi untuk mandi, dan berganti pakaian.
Pergelangan Lara sedikit sakit, karena tarikan bundanya. Membuat sedikit kesulitan, untuk memotong sayuran.
"Lelet!" bentak Vania.
Lara segera memotong sayuran, mencoba tidak memperdulikan tanganya yang sakit.
"Non, biar bibi saja" ucap bi Sutri.
"Gak usah bi, Lara bisa kok" ujar Lara dengan ramah.
BI Sutri melihat Lara yang kesakitan, membuatnya tidak tega.
Saat semua telah selesai, Lara, Alvaro dan Zayn segera berangkat sekolah.
Lara terus memenggangi tangannya yang sakit, membuat Alvaro cemas.
"Kenapa tangannya?" tanya Alvaro, membuat Zayn menoleh.
"Gapapa bang Al," ujar Lara menyembunyikan tangannya.
"Udah berani bohong?" tanya Zayn, membuat Lara menundukkan kepalanya.
"Sakit bang hiks..." Isak Lara.
Alvaro segera memengang pergelangan tangan Lara yang memerah, dan sedikit bengkak.
Alvaro menatap Zayn, wajah Zayn sudah memerah dibuatnya.
"Siapa yang lakuin? Bunda atau ayah?" tanya Zayn.
"Bu-nda,"
TBC
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak teman 🧡Luka_10
KAMU SEDANG MEMBACA
Lara
Teen FictionBIASAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA REVISI DILAKUKAN SETELAH CERITA SELESAI Terlalu banyak luka lara dalam hidupku, terlalu banyak serpihan luka yang aku rasakan. aku menutupinya dengan berbagai cara, tapi hatiku semakin sakit. saat aku berpura-pura bai...