"Bu-nda,"
Zayn segera menonjok jok supir, membuat Pak Asep terlonjak kaget. Lara takut dengan kemarahan kakak pertamanya itu.
Dia sudah terisak bergetar, Alvaro segera memeluk tubuh adik perempuannya itu.
"Pak, berhenti diapotik" perintah Zayn, yang masih mengontrol emosinya.
"Baik den,"
Setelah lima menit, akhirnya menemuka apotik. Zayn segera keluar untuk memebeli, Hot Cream. Dan memijat pergelangan tangan Lara yang bengkak.
Setelah selesai, Zayn segera masuk dan membuka hot Cream yang telah ia beli.
"Sini," perintah Zayn, Lara menurut dan memberikan tangannya.
Zayn memijit dengan lembut, namun sesekali Lara meringis karena sakit.
"Udah?" tanya Zayn.
"Udah bang, udah gak terlalu sakit" ucap Lara.
Zayn, Alvaro dan Lara sudah sampai disekolah. Seperti biasa Alvaro dan Zayn akan mengantarkan Lara kekelas.
Zayn dan Alvaro ikut masuk kedalam kelas Lara, entah apa yang akan abangnya lakukan.
"Lara lagi sakit, tangannya bengkak dia gak bisa nulis. Lo Aurora, atau lo Azka bantu Lara mencatat" perintah Zayn, begitu dingin namun tegas.
"Iya kak," ujar Aurora mengganggukan kepalanya.
"Jagain Lara Ka," perinta Alvaro, Azka mengangguk.
"Jangan ada yang ganggu, apalagi bikin Lara!"
"Tangannya lagi bengkak, jangan bikin dia sakit!" perintah Zayn, membuat seluruh kelas menggangguk.
Zayn segera keluar dari kelas, dan menuju kelasnya.
"Jangan takut, Bang Zayn cuma khawatir" ujar Alvaro, dan mengelus kepala Lara.
"Abang ke kelas dulu," pamit Alvaro, yang diangguki oleh Lara.
Setelah melihat Alvaro jauh dari kelas, Aurora menatap sahabatnya itu.
"Kok bisa bengkak?" tanya Aurora.
"Keseleo, jatuh jadi bengkak" bohong Lara.
¥¥¥
Lara, Aurora, Arga dan Azka sedang berada dikantin memakan makanan mereka masing-masing.
Dengan sesekali mereka mengobrol-ngobrol ringan, dan tertawa renyah.
Tiba-tiba Zayn dan Alvaro datang dan duduk dibangku kantin.
"Gimana tangannya?" tanya Zayn.
"Udah gapapa Bang Zayn," ujar Lara dengan senyum manisnya.
Alvaro tertular senyum Lara, dan mengacak rambut Lara saking gemasnya.
"Ih! Bang Al!"
Alvaro hanya terkekeh melihat respon adik, bungsungnya itu.
"Yaudah kalo gitu, Abang kekelas dulu" pamit Zayn yang diikuti oleh Alvaro dibelakangnya.
Zayn dan Alvaro memang berbeda kelas, tetapi Zayn dan Alvaro selalu menyempatkan waktu istirahat untuk menemui Lara.
Sekedar memastikan apakah adiknya baik-baik saja atau tidak.
Lara tersenyum tipis, dan kembali pada makananya.
Walaupun orang tua Lara, tidak pernah menganggap dia ada. Tapi kedua kakak laki-lakinya selalu ada, disaat dia membutuhkan sandaran.
Lara sangat beruntung memiliki keduanya, karena masih ada yang menyayangi dan menggapnya ada.
¥¥¥
Jam pulang sudah berdering, Lara, Zayn dan Alvaro sudah berada didalam mobil. Sesekali mereka mengobrol menanyakan hari-hari Lara.
Dua puluh menit perjalanan akhirnya sudah sampai dirumah Hensen, Lara membuang nafasnya kasar.
Lara, Zayn dan Alvaro segera masuk dan mendapati orang tuanya yang sedang santai diruang tamu.
Zayn, Alvaro bersalaman dengan keduanya. Lara pun mengikutinya, tapi keduanya tidak membalas salam Lara.
Lara menurunkan tangannya, dan sedikit berkaca-kaca. Karena memang sakit.
"Lara ke kamar dulu ya," pamit Lara dan segera naik keatas.
"Kenapa ayah sama bunda, gak balas salam Lara?" tanya Alvaro, yang sudah kesal dengan sikap kekanak-kanakan orang tuanya.
Vania dan Davit hanya membuang mukanya, tidak ingin berdebat. Dan melihat wajah kedua putranya yang menahan amarah.
"Kenapa bunda melukai Lara?" tanya Zayn, dingin.
Vania menatap Zayn dengan senyum meremehkan yang ia perlihatkan.
"Anak sialan itu, mengadu?" tanya Vania, dengan senyum miringnya.
"DIA LARA! DIA PUNYA NAMA! BUKAN ANAK SIALAN!" bentak Zayn, nafasnya tersengal-sengal.
"Berani sekali kau membentak bundamu! Hanya demi anak bodoh itu!" bentak Davit.
"Jangan terus sakitin Lara, jangan buat Alvaro dan bang Zayn membenci kalian" ujar Alvaro dan segera naik keatas kamarnya.
Zayn menatap keduanya penuh amarah, dan segera masuk kedalam kamarnya.
TBC
.
.
.
.
jangan lupa tinggalkan jejak teman 🧡Luka_10
KAMU SEDANG MEMBACA
Lara
Teen FictionBIASAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA REVISI DILAKUKAN SETELAH CERITA SELESAI Terlalu banyak luka lara dalam hidupku, terlalu banyak serpihan luka yang aku rasakan. aku menutupinya dengan berbagai cara, tapi hatiku semakin sakit. saat aku berpura-pura bai...