"Makan dulu,"
Lara membuka mulutnya, membiarkan Zayn menyuapinya. Setelah merasa, sedikit mual Lara menutup mulutnya.
"Udah bang, keyang" bohong Lara.
Zayn mendatarkan mukanya, dan berhenti menyuapi adiknya itu.
"Mual,"
"Bukain buah Al," perintah Zayn, Alvaro mengangguk dan segera mengupas jeruk dan vir.
Setelah selesai Alvaro mulai menyuapi Lara.
"Abang ke kantin dulu, beli sarapan" ujar Zayn, yang diangguki oleh Lara dan Alvaro.
Setelah merasa Zayn telah jauh, dan keheningan menyelimuti Alvaro dan Lara diruangan inap.
"Kapan Lara pulang?" tanya Lara, memecahkan keheningan.
"Satu hari aja belum Ra,"
"Terus siapa yang masakin sarapan buat bunda dan ayah, kalo Lara disini?" tanya Lara.
"Kita punya bi Sutri kalo kamu lupa," ujar Alvaro, membuat Lara terdiam.
Alvaro tidak habis pikir dengan Lara, tubuhnya yang terluka karena orang tuanya. Dia masih memikirkan keadaan keduanya.
Sedangkan mereka menanyakan kabar Lara saja tidak, apa mereka pantas dianggap orang tua?
Alvaro memutuskan menyalakan tv, dan melihat kartun Spongebob bersama Lara.
Lara sangat menyukai kartun Spongebob, membuatnya sangat anteng. Tidak menanyakan kedua orang tuanya lagi.
Beberapa saat kemudian Zayn datang membawa kantong plastik, membawa sebuah nasi goreng untuknya sarapan dan Alvaro.
"Makan dulu Al,"
Alvaro segera berjalan menuju Zayn, dan membuka nasi goreng yang diberikan oleh Zayn.
Alvaro dan Zayn fokus pada sarapannya, sedangkan Lara fokus pada tontonannya dengan senyum cerah.
Lara memang terlihat seperti anak-anak, bocah. Itu karena kurang kasih sayang dari kedua orang tuanya, sejak kecil dia hanya ditemani kedua kakak laki-lakinya.
Lara tidak pernah jauh dari mereka berdua, jika suatu saat dijauhkan rasanya akan sangat sakit.
Lara melihat sekeliling ruangan, Lara menatap Alvaro dan Zayn secara bergantian.
"Siapa yang biayain Lara masuk rumah sakit?" tanya Lara, membuat keduanya mentap Lara.
"Abang?"
"Kita pake biaya rumah sakit, dengan hasil bisnis restoran Ra" ujar Zayn dengan senyum tipisnya.
"Restoran sedang rame sekarang, penghasilan sudah mulai besar" lanjut Zayn.
Lara sudah mulai merasa bersalah, dia terus saja merepotkan Alvaro dan Zayn.
"Kalo Lara udah bisa kerja, udah besar. Lara bakal ganti uang abang," ucap Lara lirih.
"Ini udah tanggung jawab kita Ra, jangan gitu"
Lara menundukkan kepalanya, dan tersenyum simpul.
¥¥¥
Siang ini sahabat-sahabat Lara datang menjenguk, karena Zayn dan Alvaro sedang mengurus restoran yang sedang rame.
"Asep udah sekolah ya?" tanya Lara riang.
Asep adalah sahabat Aurora dkk. Namun saat kemaren dia sakit, hingga tidak dapat sekolah.
"Iya euy," ujarnya terkekeh.
"Aing udah sehat, malah kamu yang sakit Ra" ucap Asep, dengan ekspresi yang dibuat-buat.
"Jangan kayak gitu lo! Najis kayak bagong," ledek Raga, membuat mereka tertawa.
"Sirik aja, kutil iblis"
Raga hanya memutar bola matanya jengah, dengan ucapan sahabatnya.
"Udah dong, kalian berantem terus kalo ketemu" ujar Lara, dengan terkekeh geli.
"Si Asep nii," adu Raga.
"Si jiwa Raga nii," adu Asep lagi.
"Apa lo-"
"Berisik Raga! Ini dirumah sakit" ujar Aurora melotot, membuat Raga menciut.
"Sama pacar aja takut," ledek Asep membuat Raga melotot.
"Apa lo? Berani sama gue?!" tantang Aurora, membuat Asep menunduk.
Raga, Azka dan Lara hanya bisa tertawa melihat tingkah mereka berdua.
"Cepet sembuh ya Ra," ucap Azka, dengan senyum manisnya.
TBC
.
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak teman 🧡Luka_10
KAMU SEDANG MEMBACA
Lara
Teen FictionBIASAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA REVISI DILAKUKAN SETELAH CERITA SELESAI Terlalu banyak luka lara dalam hidupku, terlalu banyak serpihan luka yang aku rasakan. aku menutupinya dengan berbagai cara, tapi hatiku semakin sakit. saat aku berpura-pura bai...