Zayn segera mencari makan, dan tiba-tiba saat dia berjalan tidak sengaja menabrak seseorang.
"Aw.." ringis wanita itu.
"Maaf, saya tidak sengaja"
Zayn segera membantu wanita itu, membereskan barang-barangnya yang terjatuh.
"Makasih," ujar wanita itu, dan segera menjauh pergi.
Zayn menatap kepergian wanita itu dengan senyum tipis, memang cantik. Zayn segera melanjutkan berjalan mencari makanan untuk dia dan Alvaro.
Alvaro sudah pasti sedang lapar sekarang, pikirnya.
¥¥¥
Zayn segera membuka pintu kamar rumah sakit, dan Alvaro segera menghampiri Zayn.
Zayn membukakan makanan untuk Alvaro, dan Alvaro segera memakan makanan itu dengan lahap.
Saat mereka sudah selesai makan, tiba-tiba dokter datang untuk memeriksa keadaan Lara.
"Hallo, selamat malam"
"Malam dok,"
"Ayo kita periksa dulu," ujar dokter ramah, Lara mengganggukan kepalanya seranya tersenyum.
Dokter segera memeriksa keadaan Lara sekarang.
Setelah dokter selesai memerik keadaan Lara, Zayn dan Alvaro mendekat.
"Bagaimana keadaan adik saya dok?" tanya Zayn.
"Lukanya sudah lumayan mengering, besok juga bisa pulang"
"Beneran dok?" tanya Lara antusias, dengan senyum cerahnya.
"Iya, tapi harus jaga kesehatan. Jangan terkena air lukanya ya," ujar dokter itu dengan senyum ramahnya.
"Denger Ra,"
¥¥¥
Alvaro dan Zayn sedang membereskan barang-barang untuk dibawa pulang, Lara tampak sangat bahagia.
Setelah selesai, Lara, Alvaro dan Zayn segera berjalan menuju parkiran.
Didalam perjalanan Lara tidak melunturkan senyumnya, dia tampak sangat bahagia.
Saat sudah sampai, Lara memudarkan senyumnya. Ini bukan rumahnya, pikir Lara.
Lara menatap Zayn dan Alvaro bergantian, meminta sebuah penjelasan.
"Ayah usir kita Ra,"
"Apa karena Abang bantu Ra ke-"
"Itu udah kewajiban kita, emang seharusnya kita pergi dari rumah"
"Gak ada titik keadilan disana," ujar Zayn dingin.
Lara semakin merasa bersalah, karena dia kedua kakaknya terkena masalah. Lebih parahnya sampai diusir.
Memang bodoh, dia lemah.
¥¥¥
2 minggu kemudian...
Lara sudah sekolah seperti biasa Sekarang, lukanya sudah membaik sekarang. Tidak terlalu nyeri, saat berjalan.
Lara, Asep, Aurora, Raga dan Azka sedang berada dikantin. Karena sudah waktunya istirahat, untuk mengisi perut mereka.
Saat makanan sudah dipersilahkan, untuk mereka santap.
"Berdoa sesuai kepercayaan masing-masing," perintah Raga.
Lara, Aurora, Asep dan Raga mengadahkan tangan berdoa mengaminkan doanya lalu mengusap wajahnya dengan kedua tangan.
Dan Azka mengepalkan tangan di dada, dan membuat tanda salib. yang menyentuh kening, lalu ke dada dan menyentuh pundak kiri lalu diakhiri pundak kanan. Dengan nama Bapak dan Putra dan Roh Kudus Amien.
Mereka tersenyum dan segera memakan makanan mereka masing-masing.
"Asoy euy, batagor mang Duloh" ujar Asep.
"Oh pasti dong," ucap Azka dengan senyuman.
"Gak pernah berubah rasanya," ujar Lara.
"Kayak perasaan gue ke dia," ujar Raga, menatap Aurora dengan kedipan matanya.
"Najis Samsul!"
TBC
.
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak teman 🧡Luka_10
KAMU SEDANG MEMBACA
Lara
Teen FictionBIASAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA REVISI DILAKUKAN SETELAH CERITA SELESAI Terlalu banyak luka lara dalam hidupku, terlalu banyak serpihan luka yang aku rasakan. aku menutupinya dengan berbagai cara, tapi hatiku semakin sakit. saat aku berpura-pura bai...