Lara || • 35

333 54 15
                                    

"MEMALUKAN! DASAR ANAK BODOH!"

ctar.. ctar..

"TIDAK PUAS KAU?! MEPERMALUKAN KELUARGA INI HAH?!

plak... Plak...

"SEHARUSNYA KAU MATI SAJA! DAN BIARKAN ISTRI SAYA MENGANDUNG LAGI?!"

ctar.. ctarr...

"SEHARUSNYA KAU TIDAK LAHIR ANAK PEMBAWA SIAL!"

"MATI KAU! MATI BODOH!"

PLAK... PLAK...

Alvaro memejamkan matanya, suara penyiksaan ayahnya terhadap Lara terdengar begitu jelas ditelinganya.

Tapi memang semua ini pantas, untuk seorang pencuri.

"BANG AL! BANG ZAYN! TOLONGIN LARA SAKIT!" teriak Lara.

David seolah-olah tuli dengan teriakan menyakitkan, dari putrinya. Dia terus menyiksa tubuh Lara, membabi buta.

"Hiks.. ampun ayah ampun" isak Lara.

David segera membuang cambukan itu asal, dan menendang Lara tanpa ampun.

"Pencuri cih!" ucap David dan meludahi wajah Lara, dan berlalu.

"Bang Al, bang Zayn.."

"Lara cape.."

BI Sutri dan bi Susi segera datang, membantu Lara untuk ke kamarnya.

"Derita apalagi ini Tuhan.."

Batin Sutri, Lara terus saja disiksa tanpa ampun. Mereka yakin, bukan Lara yang mencuri.

Mereka sudah kenal Lara sejak bayi, dan hingga berumur 16 tahun. Lara tidak mungkin melakukan hal serendah itu.

Lara terus saja terisak, sekarang Alvaro pergi. Lara benar-benar sendirian didunia ini.

Bi Susi dan bi Sutri membuka baju Lara, betapa kagetnya mereka melihat luka diperut Lara.

Mereka saling memandang satu sama lain, dan terisak pelan. Lara memang kuat, dia tidak lemah.

"Aw.."

"Sabar ya non,"

"Bang Al, Bang Zayn"

Setelah diobati dan makan, Lara tertidur namun sesekali masih meringis sakit. Perutnya kembali terluka, tidak ada yang mempercayainya sekarang.

¥¥¥

Lara sudah terbangun dari tidurnya, Lara menunggu kedatangan Alvaro walaupun hanya sekedar menatapnya saja.

Apa Alvaro benar-benar pergi, dan percaya bahwa Lara pelakunya?

Lara tersenyum miris, dengan tatapan kosong kedepan. Matanya beralih menatap tambang, gunting dan pisau yang disimpan diatas lemari.

Dengan sekuat tenaga Lara bangun, dan mengambil tambang, gunting dan pisau. Lara memandang benda itu.

"Eng-gak, aku ga boleh nyerah" ucap Lara dan segera menyimpan benda itu kembali.

Tiba-tiba ponselnya berdering, Lara segera menggangkat ternyata telepon dari Azka, Asep, Raga dan Aurora.

"Hallo Ra?"  ucap Aurora.

"Hallo, tumben rame-rame nelepon. Ada apa?" tanya Lara.

"Gue mau minta maaf, karena saat dikantin gue gak nolong lo Ra"

LaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang