"Ra,"
Lara enggan monoleh, dan terus memeluk Azka dengan erat. Tidak ingin dilepaskan, atau melepaskan.
"Ra," panggil Zayn lagi.
"Pergi! Pergi!" teriak Lara.
"Lepasin Lara, lepasin" isak Lara, semakin membuat hati mereka sakit.
"Lara, itu Abang kamu" ucap Azka lembut, dengan mengusap kepala Lara.
Lara mendongkakan kepalanya menatap Azka, Azka mengganggukan kepalanya dan tersenyum tipis.
Lara segera menoleh kebelakang, ternyata ada Zayn dan Alvaro yang sudah berkaca-kaca.
Lara segera melepaskan dekapannya pada Azka, dan segera berlari memeluk Zayn dengan erat.
"Takut bang.." isak Lara.
"Udah, udah. Kita pulang ya" ajak Zayn.
Lara menggelengkan kepalanya, Zayn segera menggendongnya menuju parkiran. Bel pulang sudah berdering satu jam yang lalu.
Saat sudah berada di mobil, Zayn segera menjalankan mobilnya. Sedangkan Lara memeluk erat Alvaro.
"Yaampun, kamu demam Ra" ucap Alvaro.
"Demam?" tanya Zayn.
Alvaro mengganggukan kepalanya, demam ditubuh Lara sangat terasa dipelukan Alvaro.
¥¥¥
Saat sudah sampai, Lara segera dikompres. Lalu makan, dan meminum obat agar demamnya turun.
Lara terus saja bergumam dia ketakutan, hingga Zayn dan Alvaro harus berada terus disampingnya.
"Kamu tidur dikasur bawah aja, Abang disini" ujar Zayn dan berjalan menuju sofa yang berada dikamar Lara.
"Ta-"
"Jangan bantah Al!" bentak Zayn, yang segera diangguki oleh Alvaro.
Alvaro segera memejamkan matanya, entah mengapa ia merasa sangat mengantuk malam ini.
Zayn menatap kedua adiknya yang sudah terlelap, dan bertualangan dalam mimpi mereka.
"Aku memang gak pantes, jadi seorang kakak" gumam Zayn.
Kejadian tadi, membuatnya merasa tidak becus menjadi seorang kakak. Lagi-lagi adiknya merasakan sakit, dan lelah.
Alvaro yang lelah bersekolah, dan mengurus restoran bersamanya. Lara yang terus disakiti oleh orang sekitarnya.
Membuat Zayn semakin merasa, bahwa dia memang kakak yang buruk untuk kedua adiknya.
¥¥¥
Pagi ini, Lara menatap lurus kedepan sama sekali tidak ingin berbicara kepada siapapun.
Traumanya kembali menyapa, sakit dalam hatinya kembali bertambah.
"Abang sekolah aja," ucap Lara menatap Zayn.
"Abang mau ja-"
"Abang bentar lagi ujian nasional, sekolah. Aku disini sama bang Al" ucap Lara lemah.
Zayn menatap Alvaro, yang diangguki oleh Alvaro. Mau tidak mau, Zayn harus menuruti keinginan adiknya itu.
Zayn mengganggukan kepalanya, dan segera menuju kamar untuk bersiap-siap.
Saat telah selesai bersiap-siap, Zayn berpamitan dan segera menuju sekolah.
¥¥¥
Zayn sedang berjalan menuju kelasnya, semua orang memandanginya dengan takut.
Kenapa? Mereka takut dihajar seperti Nathan? Ahh berpikir lah! Zayn tidak mungkin melukai seseorang tanpa sebab.
Saat Zayn berjalan tiba-tiba, menabrak seseorang membuatnya wanita itu meringis.
"Oh, maaf-maaf" ucap Zayn.
Wanita itu segera mendongkakan kepalanya, menatap Zayn.
Wanita kemarin? Zayn masih menatap wanita itu dengan lekat. Membuat wanita itu sedikit risih.
"Hallo? Maaf kak," ujar wanita itu, membuat Zayn tersadar dari lamunannya.
"Maaf,"
"Gapapa. Aku mau nanya, kelas 12 IPA 1 dimana ya?" tanya wanita.
"Murid baru?" tanya Zayn, yang diangguki oleh wanita itu.
"Kita sekelas, ikut" ajak Zayn.
"Eh, maaf namanya siapa?" tanya Wanita itu.
"Zayn, Lo?"
"Aku Vanya Ira, panggil aja Vanya" ujar Vanya dengan senyum manisnya.
Zayn hanya tersenyum tipis, dan segera berjalan menuju kelasnya yang diikuti oleh Vanya dibelakangnya.
Saat Zayn datang, banyak yang bertanya-tanya siapa wanita itu.
"Lo duduk aja, disamping Bella. Lo sendirikan Bel?" tanya Zayn.
Bella mengganggukan kepalanya dan tersenyum tipis "sini aja," ajak Bella.
"Makasih,"
Zayn segera duduk disamping Vino, yang menyenggol tangan Zayn dengan sengaja.
"Siapa?" tanya Geo dibelakang, Zayn.
"Anak baru, namanya Vanya"
"Edan! Cantik anjir! Inceran gue" ucap Vino, membuat Zayn memutar bola matanya jengah.
TBC
.
.
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak teman 🧡Luka_10
KAMU SEDANG MEMBACA
Lara
Teen FictionBIASAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA REVISI DILAKUKAN SETELAH CERITA SELESAI Terlalu banyak luka lara dalam hidupku, terlalu banyak serpihan luka yang aku rasakan. aku menutupinya dengan berbagai cara, tapi hatiku semakin sakit. saat aku berpura-pura bai...