Lara || • 49

379 50 6
                                    

Satu Minggu kemudian...

Sepi, hening dan sunyi itulah yang dirasakan. Dan dapat dilihat, dari rumah keluarga Hensen.

Saat sarapan, semuanya terlihat hening. Mata panda sangat terlihat Dimata, Zayn dan Alvaro.

Mereka masih tidak menyangka, akan secepat ini kehilangan Lara.

"Apa yang kalian mau?" tanya David, seketika.

Masih hening, tidak ada yang menjawab tawaran dari David. Zayn dan Alvaro masih sibuk dengan sarapannya.

"Jawab ayah! Apa yang kalian mau?" ulang David.

Masih hening, Zayn maupun Alvaro tidak berniat sedikitpun untuk menjawab pertanyaan ayahnya.

"Jawa-"

"YANG ZAYN INGINKAN! LARA YANG HIDUP BUKAN AYAH ATAUPUN BUNDA." teriak Zayn.

Seketika David terdiam dikursinya, dan menatap Zayn yang menatapnya penuh luka dan kebencian.

Vania menatap putra pertama, dengan air mata yang sudah basah

"Jika ayah harus memilih, ayah juga ingin Lara yang hidup bukan ayah." ucap David.

"Iya! Ayah akan memilih itu, saat semuanya sudah terlambat!" bentak Alvaro.

"Jangan salahkan ayah dan bunda! Kalian pun ikut serta, penderitaan Lara!" bentak David lagi.

Seketika semua terdiam, Alvaro seketika lemas. Mengingat kejahatannya kepada Lara. Rasa menyesal, kembali menyerang jiwanya.

"Kalau bukan ayah, yang dulu menyuruhku aku tidak akan mau!"

Flashback on

Zayn sedang sibuk didapur, Alvaro dan Lara sedang membeli beberapa bumbu dapur yang sudah habis.

Saat Zayn sedang sibuk dengan masakannya, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumahnya. Membuatnya harus berhenti.

Saat Zayn membukakan pintunya, betapa kagetnya dia dengan seseorang yang datang.

Zayn dan laki-laki paruh baya itu sedang berada didalam, rumah.

"Apa mau ayah?" tanya Zayn.

David segera memandang putra pertamanya itu, dengan tatapan yang mulai serius.

"Kamu ingin Lara bahagia?" tanya David.

"Tidak ada yang menyiksanya lagi?" tanya David lagi.

"Tentu saja!"

"Jika kamu ingin Lara bahagia, makan menjauhlah dari Lara. Dan pulang, sekolah di Amerika! Maka hidup Lara akan selamat" ucap David.

Seketika Zayn membulatkan matanya, apa yang ayahnya katakan? Apakah dia sudah gila? Zayn tidak akan mungkin bisa menjauh, dari lara.

"Apa ayah gila?!" tanya Zayn yang tidak, meyangka dengan ucapan ayahnya barusan.

"Kamu hanya punya waktu sampai sore nanti, pulang atau kamu akan tau resikonya" ucap Davit dan segera berjalan keluar.

Rahang Zayn terlihat mengeras sekarang, wajahnya memerah menahan amarah. Mengapa ayahnya itu sangat licik!

"Licik!"

"Anjing!" umpat Zayn.

Zayn menendang meja begitu keras, amarahnya sudah berada diujung tanduk.

Flashback off

"Jika bukan ayah yang memerintahkannya, dengan iming-iming kebahagiaan Lara! Aku tidak akan mau!" teriak Zayn.

"Itu bukan membuatnya bahagia dan tenang, itu semakin membuatnya terluka! Ayah bohong!" teriak Zayn lagi.

Seketika semuanya terdiam, Zayn sudah terisak. Kejadian dimana saat dia menyiksa, Lara.

Penyesalan kembali menyerang jiwanya, penyesalan ini seakan-akan membawanya mati.

"LARA KEMBALI! ABANG NYESEL!"

"LARA PULANG!"

Alvaro, Vania dan David sudah ikut menangis sesenggukan.

Rasa penyesalan ini, seakan-akan membuat mereka gila. Setiap detik, penyesalan itu datang tampa henti.

"Ayah sudah menderita sayang! Pulang!"

"Bunda menyesal Lara, pulang Putri bunda!"

"Lara pulang!"

"Balik kesini, kita rindu Lara! Kita nyesel, kita hampir gila!" teriak Alvaro.

TBC
.
.
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak teman 🧡

Silahkan hujat binatang itu.

Luka_10

LaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang