Lara || • 28

327 56 14
                                    

Mungkin sekarang cerita yang menyakitkan, hanya bisa Lara tulis dibuku diarynya. Sekarang perkataan bunda dan ayahnya benar.

Perkataan Cassandra waktu itu, juga memang benar. Dia terlalu merasa aman karena kedua kakak laki-lakinya.

Dia harus mandiri sekarang, tidak boleh terus menerus tergantung pada seseorang.

"Bonny, sekarang Lara sendirian" ujar Lara, pada boneka beruangnya.

"Cuma ada Bonny disini"

Lara tersenyum dan memeluk bonekanya dengan erat, dia kira Bonny akan menggantikan pelukan Zayn dan Alvaro saat dia sedih.

Ternyata dia salah, Bonny hanya seorang boneka. Tapi tidak apa-apa dia bisa.

Tok.. tok..

Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar Lara, dengan cepat Lara menghapus air matanya dan membukakan pintu kamar.

"Ba-ng Zayn" ucap Lara.

Zayn menatap mata Lara, benar dugaannya Lara menangis dikamarnya. Hatinya sakit melihat Lara terlihat sangat hancur sekarang.

Zayn segera masuk kedalam kamar Lara, Lara sedikit tertengun. Dan ikut masuk kedalam kamarnya.

"Nangis?" tanya Zayn.

"Jangan terus nangis hal sepele Lara, kamu sudah besar. Jangan kayak anak kecil terus" ucap Zayn dingin.

Hatinya kembali sakit, Lara kira Zayn datang untuk membantu menyembuhkan lukanya. Ternyata salah, dia malah menambah luka baru.

"Iya bang, Lara emang lemah"

"Jangan jadi perempuan lemah Lara! Jangan terus terusan nangis." bentak Zayn.

Lara memejamkan matanya, mendengar bentakan Zayn.

"Jangan terus nangis."

Zayn segera berlalu meninggalkan Lara sendirian, hati Lara semakin sakit.

Zayn membanting pintu kamar Lara, membuat Lara terlonjak kaget.

Dulu kakaknya yang selalu memuji kekuatan Lara, saat menghadapi semua luka yang semesta berikan.

Sekarang, kakaknya yang menghina kelemahan Lara. Sakitnya, hancurnya.

Lara menahan isakannya, dia menghela nafas pendek. Ingin melepaskan sesak didadanya, namun sulit ini terlalu sakit.

"Udah, udah. Kata bang Zayn, Lara gak boleh lemah" ujar Lara.

Zayn tidak benar-benar pergi, dia masih ada dibalik pintu kamar Lara. Hatinya sama sakitnya dengan Lara.

Dia merasa memang sangat benar-benar gagal sekarang, dia bukan kakak yang baik. Dia membawakan seribu luka lebih sakit dalam kehidupan Lara.

Zayn memutuskan untuk turun, dan melihat kedua orang tuanya sedang mengobrol diruang keluarga.

"Sebentar lagi, kamu akan berangkat ke Amerika Zayn. Siapkan dirimu," perintah David.

Zayn hanya menganggukan kepalanya, dan kembali berjalan menuju dapur.

¥¥¥

Alvaro berjalan menuju kamarnya, mendengar isakan tangis dari kamar Lara.

Alvaro segera membuka pintu kamar Lara, dan benar saja adiknya sedang berada dititik hancur hidupnya.

Memeluk lututnya, dan terus terisak. Alvaro sedikit berlari, dan memegang wajah Lara yang sudah kacau itu.

"Ba-ng Al, sakit. Lara pengen pulang" Isak Lara.

Alvaro segera memeluk tubuh rapuh Lara, isakannya semakin pilu. Alvaro mencium ujung kepala Lara.

Adiknya benar-benar hancur sekarang, kenapa dia.

"Kenapa Ra?" tanya Alvaro lembut.

"Sa-kit"

"Lara gak kuat bang" Isak Lara.

Alvaro semakin mengeratkan pelukannya, kenapa dengan adik kuatnya?

Saat beberapa lama menangis didekapan Alvaro, Lara sudah tertidur. Matanya yang sembab, tidurnya terlihat sangat gelisah.

Alvaro mencium kening Lara, "adik Abang kuat" ucap Alvaro dan, segera berjalan keluar.

Alvaro mengetuk kamar Zayn, dan Zayn segera membukakan pintu kamarnya.

"Lara kenapa?" tanya Alvaro.

Zayn menggelengkan kepalanya, dan bersikap seolah-olah dia tidak peduli.

"Bang, Lara itu adik kita Abang ke-"

"Pergi tidur, jangan bahas Lara" perintah Zayn dan segera menutup pintu kamar.

Alvaro berdecak, dan menendang pot bunga hiasan. Kenapa sebenarnya dengan Zayn, kenapa dia melukai Lara.

"Mana janji Abang!" bentak Alvaro dan segera, berjalan menuju kamarnya.

TBC
.
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak teman 🧡

Luka_10

LaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang