Zayn sedang mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi, dengan Alvaro disampingnya.
Mata mereka menunjukkan sebuah kebencian, mata tajam. Tangan terkepal, sangat menyeramkan.
Tiba-tiba mobil Zayn berhenti disebuah apartemen, Zayn dan Alvaro segera keluar dan berlari masuk kedalam.
"Gu-e takut Nat" ucap Cassandra bergetar.
"Gue gak mau mati" Isak pelan Cassandra.
"Tenang, gak akan ada yang bisa nemuin kita disini" ucap Nathan, mencoba menenangkan Cassandra.
Zayn, dan Alvaro sudah sampai didepan pintu apartemen seseorang. Mereka saling pandang, dan mengganggukan kepalanya.
Zayn dan Alvaro segera mendobrak pintu, apartemen, membuat Cassandra dan Nathan terlonjak kaget.
"Bersembunyi disini iblis?" tanya Zayn.
Zayn dan Alvaro segera mendekati Cassandra dan Nathan, mata mereka menunjukkan ketakutan.
Cassandra terus saja mundur, hingga tepat sebuah jendela besar yang memperlihatkan ketinggian.
Zayn segera mencekal leher Cassandra, membuat Cassandra kehabisan nafas.
"Ja-ngan bunuh gue"
"Nyawa, dibalas nyawa!"
Zayn segera mengeluarkan sebuah pisau, membuat Cassandra semakin ketakutan. Zayn segera menghempaskan tubuh Cassandra ketembok.
Kedua bodyguard Zayn dan Alvaro segera mengikat Nathan dan Cassandra, mereka memberontak tetapi bodyguard lebih kuat .
Zayn tersenyum miring, dan segera mendekat kepada Cassandra. Cassandra targetnya sekarang.
"Kita bermain-main kecil" bisik Zayn, membuat Cassandra membulatkan matanya.
Zayn segera mengeluarkan sebuh pisau, membuat Cassandra memberontak.
"Diam!" bentak Zayn.
Zayn segera mendekat kepada tangan Cassandra, dan memulai mengukir sebuah karya.
"Ahh!"
Zayn menuliskan kata iblis ditangan sebelah tangan Cassandra, dan disebuah tangan kiri Cassandra jalang.
Cassandra terus menjerit, dan menangis sejadi-jadinya ini sangat perih.
Zayn tersenyum, melihat wajah Cassandra yang begitu sangat tersiksa. Zayn menatap bodyguardnya, bodyguard Zayn mengganggukan kepalanya.
Mereka membuka sebuah cuka, dan menuangkannya dihasil karya Zayn.
"Ahh! Sakit! Anjinggg!"
"Tolongg!"
"Tolongg!"
Alvaro segera mendekat, menghampiri Nathan. Dan mengeluarkan sebuah pisau, Alvaro juga menginginkan bermain dengan targetnya.
Alvaro membuka baju Nathan, dan menuliskan sebuah kata setan sebelum selesai, Nathan terus saja memberontak.
Hingga huruf N, rusak karena Nathan terus saja memberontak.
Alvaro kesal, dan segera menusuk perut Nathan seketika.
"Diam!"
"Aaaa! Anjinggg!"
Alvaro kembali melepaskan pisau diperut Nathan, dan kembali menusuknya disebelah kiri perut Nathan.
Darah segar keluar dengan hebat, Alvaro tersenyum melihat darah yang mengalir.
"ADIK GUE MATI, TRAUMA KARENA LO ANJING!"
Jeritan Nathan sudah tidak terdengar lagi, apa dia mati? Bukankah sangat lemah? Ini belum seberapa.
Alvaro terus saja bermain, dan menulis disebuah tangan kekar milik Nathan. Walaupun korban sudah mati.
Cassandra menangis, melihat keadaan Nathan yang sudah tiada. Apa dia akan lebih dari Nathan?
Zayn terus saja memandang wajah Cassandra yang ketakutan, dia suka ini.
"Jan-gan bunuh gue" ucap Cassandra bergetar.
Zayn segera membuka ikatan tangan Cassandra, membuat Cassandra segera berlari menuju jendela besar apartemennya.
Zayn segera mencekalnya, dan membelit tangannya kebelakang. Cassandra terus saja memberontak.
Zayn kesal dengan pemberontak, Zayn segera mengeluarkan sebuah pisau. Dan menggoreskannya, dileher Cassandra.
"AHH! ANJING!"
Zayn segera membuka jendela, dan membuang tubuh Cassandra kebawah dengan ketinggian lima meter.
"AHHH!"
Tubuh Cassandra, sudah mendarat kebawah. Dengan kepala yang sudah berpisah, dengan leher.
Darah segar keluar, Zayn tersenyum. Melihat Alvaro yang terus berkarya, dan menusukan pisau.
"Sudah, dia sudah mati. Ayo pulang" perintah Zayn, membuat Alvaro mengganggukan kepalanya.
"Urus mereka" perintah Zayn.
Semua bodyguard Zayn dan Alvaro mengganggukan kepalanya, Zayn dan Alvaro segera keluar dari apartemen.
TBC
.
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak teman 🧡Luka_10
KAMU SEDANG MEMBACA
Lara
Teen FictionBIASAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA REVISI DILAKUKAN SETELAH CERITA SELESAI Terlalu banyak luka lara dalam hidupku, terlalu banyak serpihan luka yang aku rasakan. aku menutupinya dengan berbagai cara, tapi hatiku semakin sakit. saat aku berpura-pura bai...