Lara sedang sibuk dengan rapat OSIS sekarang, begitupun dengan Raga, Aurora, Azka dan Asep.
Ketua osis adalah Zayn, dan wakil ketua osisnya adalah Alvaro. Jabatan akan diganti beberapa hari lagi, karena ujian nasional.
"Oke, besok kita kumpulkan dana bansos. Jika ada yang mau menyumbangkan buku, itu lebih baik" ujar Zayn.
"Kita akhiri rapat kali ini, terimakasih" ujar Zayn.
Semua saling bersalaman dan pergi untuk segera pulang, sedangkan Lara menunggu kedua abangnya yang sedang membereskan buku-bukunya.
Alvaro menatap Lara yang sedang menunggu diluar, Lara mengganggukan kepalanya seolah berkata 'iya'
Setelah selesai Zayn dan Alvaro segera menuju luar, terlihat Lara yang masih menunggu.
"Ayo." ajak Zayn.
Lara segera beranjak dari duduknya, Alvaro segera mengacak rambut Lara dengan gemasnya.
Mereka berjalan menuju parkiran, saat sampai. Segera naik kedalam mobil, menuju rumahnya.
¥¥¥
Setelah sampai, Lara segera memasak untuk kedua kakak laki-lakinya. Saat sibuk memasak tiba-tiba ada yang mengetuk pintu.
Lara segera membukakan pintunya, ternyata ada teman-teman Abang Zayn.
"Eh, mau ke bang Zayn ya?" tanya Lara ramah.
"Iya ni,"
"Silahkan masuk, nanti Lara panggilkan" ujar Lara dan membukakan pintu.
"Makasih cantik,"
Lara mengganggukan kepalanya dan segera menghampiri, Zayn yang berada dikamar.
"Abang itu ada, kak Nathan, kak Vino dan kak Geo" ujar Lara.
"Ngapain?" tanya Zayn heran.
Lara menggeleng, dan segera menyelesaikan masaknya didapur.
Zayn menghampiri ketiga sahabatnya itu dengan ogah-ogahan, mau apa mereka.
"Mau ngapain?" tanya Zayn dingin.
"Aduh pak bos, lemes banget ni" ujar Vino.
"Iya, gak kayak biasanya"
"Mau apa?" tanya Zayn lagi.
"Numpang makan," ujar Geo dengan cegiran kudanya.
Zayn hanya memutar bola matanya jengah, selalu seperti itu. Padahal mereka orang kaya, masih saja numpang.
"Belum Mateng, pulang aja sana" usir Zayn.
"Lara udah sembuh?" tanya Nathan.
Zayn mengganggukan kepalanya, sebagai jawaban.
"Lo gak ada niatan pulang Zayn? Kasian adik-adik lo" ujar Geo, membuat Zayn menatap lurus kedepan.
"Malah gue yang kasihan, kalo mereka dirumah. Disana udah gak ada titik keadilan sekecil pun," ujar Zayn.
Gibran menepuk bahu Zayn "lo kakak tertua dari mereka, pasti lo tau apa yang terbaik" ujar Gibran dengan senyum tipisnya.
Memang Gibran, Nathan dan Geo sudah tau perlakuan apa yang sering Lara rasakan. Dan juga Alvaro dan Zayn, saat Zayn merasa tertekan dan terpuruk.
Dia selalu menceritakan semuanya kepada sahabat-sahabatnya, dia juga manusia ada dititik dimana dia lemah.
Zayn mengacak rambutnya frustasi, sekarang dia sedang merasa kehilangan banyak jiwa.
"Kenapa lo?" tanya Geo.
"Gue banyak kehilangan jiwa,"
Geo, Gibran dan Nathan saling pandang dan mengganggukan kepalanya masing-masing.
"Zayn, jangan lemah kayak gini. Malu sama Lara, dia udah kehilangan banyak orang setelah dia lahir" ujar Nathan.
"Dia mendapatkan banyak ketidak Adilan, dia tetep masih bisa senyum" timpal Geo.
"Kalo dia tahu lo gini, dia pasti sedih" ujar Gibran.
Zayn menundukkan kepalanya, memainkan jari-jarinya.
"Gue tau,"
Gibran menepuk pundak kanan Zayn, seolah memberikan kekuatan. Zayn mendongkakan kepalanya dan tersenyum tipis.
TBC
.
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak teman 🧡Vote dan komen❤️
Luka_10
KAMU SEDANG MEMBACA
Lara
Teen FictionBIASAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA REVISI DILAKUKAN SETELAH CERITA SELESAI Terlalu banyak luka lara dalam hidupku, terlalu banyak serpihan luka yang aku rasakan. aku menutupinya dengan berbagai cara, tapi hatiku semakin sakit. saat aku berpura-pura bai...