2 Minggu kemudian...
Zayn sudah selesai dengan ujian nasionalnya, dengan peringkat terbesar kedua di Galaxy Internasional School.
Lara semakin merasa jauh dari kedua kakak laki-lakinya, Alvaro sibuk dengan restoran dan pemilihan ketua OSIS.
Walaupun Lara ikut serta dalam kesibukan pemilihan OSIS, tetap saja Lara asing pada keduanya.
Sekarang keluarga Hensen sedang berkumpul, diruangan rapat keluarga. Jika kalian bertanya apakah Lara ikut serta, tentu saja tidak.
"Zayn, besok keberangkatan kamu ke Amerika." ujar David, membuat Alvaro menatap David.
"Apa? Ke Amerika? Kok Al gak tau?" tanya Alvaro.
"Yang intinya, besok Zayn akan berangkat. Dia harus menggantikan ayah, diperusahan" ucap David, tampa memperdulikan pertanyaan Alvaro.
"Katanya kita keluarga, tapi kenapa hal besar seperti ini Al gak tau?" tanya Alvaro.
David, Vania dan Zayn terdiam ditempatnya. Pertanyaan Alvaro, semakin membuat Zayn sulit dan berat untuk pergi.
"Bang. Kita udah hidup bareng dirumah besar ini udah belasan tahun bang, tapi kenapa? Hal besar buat masa depan Abang Al gak tau?" tanya Alvaro menatap Zayn.
"Maaf Al, Abang harus siap-siap" ujar Zayn dan segera berlalu meninggalkan ruangan rapat keluarga.
Lara yang mendengar semuanya, dibalik pintu rapat keluarga hanya bisa tersenyum miris.
Perasaannya sama kecewanya dengan Alvaro, Zayn sudah semakin asing sekarang.
Zayn melihat Lara yang menatap kedepan, Lara tidak sama sekali terganggu walaupun dia ketauan menguping.
"Kamu tidak sopa-"
"Hal besar buat masa depan Abang, Lara sama bang Al gak tau. Seasing itu kita?" tanya Lara, membuat Zayn terdiam.
Zayn tidak sama sekali terganggu dengan pertanyaan adiknya itu, Zayn segera berjalan menuju kamarnya.
Lara tersenyum miris dan menghapus air matanya yang terus, membasahi pipinya.
"Aku gak punya siapa-siapa"
¥¥¥
Sekarang keluarga Hensen sedang berada di bandara, untuk mengantarkan Zayn. Lara ikut serta, karena ini permintaan Zayn.
"Kamu harus terus belajar! Demi masa depan kamu dam perusahaan kita!" perintah David.
"Hati-hati sayang, jaga diri baik-baik" ujar Vania dan memeluk putra pertamanya, dengan haru.
"Bang, jaga diri baik-baik kalo Abang mau cerita. Cerita ke Al ya" ucap Alvaro, dan memeluk Zayn.
"Jaga diri baik-baik, disana. Jangan lupa makan, gak ada Lara yang ngerepotin" ucap Lara, Zayn tersenyum tipis.
"Jangan lemah."
Lara tersenyum tipis "lara memang lemah" batin Lara.
Zayn mendekat pada Alvaro "jaga Lara baik-baik" bisi Zayn.
Alvaro tersenyum pada Zayn "pasti bang" jawab Alvaro.
"Cepat berangkat." perintah David.
Zayn segera membawa kopernya, haru terasa sangat melekat. Apalagi saat Zayn menatap wajah Lara yang sedang tersenyum, menahan air matanya.
Hatinya semakin berat untuk meninggalkan mereka, tapi harus. Demi kebaikan Lara.
Saat Zayn sudah berangkat David, Vania, Alvaro dan Lara segera berjalan munuju parkiran bandara.
"Saya tidak ingin semobil dengan anak bodoh it-"
"Aku baik taksi bunda, aku duluan ayah bang Al" pamit Lara dan segera berlalu.
"Bunda kenapasih? Lara juga anak bunda" ucap Alvaro.
"Diam Alvaro. Cepat naik!" bentak David.
TBC
.
.
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak teman 🧡Luka_10
KAMU SEDANG MEMBACA
Lara
Teen FictionBIASAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA REVISI DILAKUKAN SETELAH CERITA SELESAI Terlalu banyak luka lara dalam hidupku, terlalu banyak serpihan luka yang aku rasakan. aku menutupinya dengan berbagai cara, tapi hatiku semakin sakit. saat aku berpura-pura bai...