Zayn terus saja menyerang Nathan tanpa ampun, emosinya sudah benar-benar dipuncaknya.
Lara terus saja menangis dan terisak pilu, membuat emosi Zayn semakin besar. Warga sekolah telah mengeremuni mereka.
"Bang, bang udah!" ucap Lara memeluk Zayn dari belakang.
Zayn terdiam, dengan nafas terengah-engah. Tiba-tiba Alvaro datang, dan ikut menyerah Nathan.
Namun, Gibran, Leonal dan Samudra segera datang untuk menenangkan Alvaro.
"Udah! Udah, nanti dia bisa mati Al" ujar Samudra.
"Emang! Emang seharusnya iblis ini mati!" bentak Alvaro.
Nathan sudah tidak sadarkan diri, bibir dan hidungnya sudah banyak mengeluarkan darah karena Zayn, ditambah dengan pukulan Alvaro.
"U-dah" ucap Lara, Alvaro melihat adiknya itu dan segera memeluknya erat.
Lara semakin terisak didalam dekapan, kakak laki-lakinya itu. Hatinya sakit, dia takut.
"Takut bang hiks..."
"Lara takut" isak Lara.
Hati Alvaro dan Zayn semakin sakit mendengar lirihan adik perempuannya.
"Alvaro! Zayn! Lara! Keruang BK!" teriak pak Budi.
Nathan sudah dibawa kerumah sakit, oleh anggota osis lainnya. Zayn dan Alvaro siap membunuh Nathan, jika terjadi sesuatu pada Lara.
¥¥¥
Lara tidak ikut masuk kedalam ruangan BK, jiwanya masih terguncang. Lara sedang berada didalam dekapan Azka.
Dia sangat membutuhkan pelukan dari orang-orang terdekatnya, dia sangat membutuhkan seorang sandaran.
"Takut Ka," lirih Lara.
"Iya, iya. Pasti takut, tenang disini ada aku ada Abang kamu" ujar Azka, mencoba menenangkan Lara.
Lara semakin erat dalam dekapan Azka, Aurora, Asep dan Raga yang melihatnya ikut sakit melihat Lara seperti ini.
Gadis kuat Meraka berubah menjadi gadis yang lemah, jiwanya yang kuat sekarang terguncang dengan hebat.
¥¥¥
"Saya sangat kecewa dengan kelakuan, kamu dan Alvaro" ujar pak Samsul, membuka suaranya.
Zayn membuang bukanya, dan tersenyum kecut mendengar ucapan gurunya itu.
"Jika dia mati bagaimana? Apa kalian bisa menggantikan nyawanya?" tanya Pak Samsul.
"Apa bapak juga bisa, mengobati rasa trauma dan jiwa yang terguncang yang sekarang dialami oleh adik saya?" tanya Alvaro.
"Bapak laki-laki, bapak adalah seorang ayah. Bagaimana jika, adik perempuan bapak atau anak perempuan bapak dilecehkan?" tanya Zayn.
"Apa bapak akan diam saja?" tanya Zayn lagi.
"Saya akan terus menjaga Lara, adik saya! Apapun resikonya!" bentak Alvaro.
Pak Samsul terdiam dimejanya, memang benar apa yang dilakukan oleh Zayn dan Alvaro. Tapi tetap saja, jika Nathan mati karena Zayn dan Alvaro.
Nama sekolah akan rusak, akan tercoreng karena perbuatan mereka.
"Tapi jika dia meninggal, nama sekolah akan jelek!" bentak pak Samsul.
"Ini soal harga diri seorang wanita pak!" ujar Zayn, menaikan nada bicaranya.
"Bagaimana jika adik bapak dilecehkan olah seorang laki-laki berwujud iblis seperti dia!" lanjut Zayn.
"Apa bapa akan diam saja? Masih memirkan nama sekolah?" tanya Alvaro.
"Kita lihat, ketidak Adilan sekolah ini sampai mana" ujar Zayn, dan segera berlalu yang diikuti oleh Alvaro dibelakangnya.
¥¥¥
Lara masih didalam pelukan Azka, dia masih terisak pelan. Kejadian tadi terus membekas didalam ingatannya.
Hatinya sakit, kenapa ada orang sejahat Nathan didunia ini?
"Takut, tangan aku sakit" ucap Lara.
"Mana liat, lepasin dulu pelukannya. Kita obati dulu" ujar Azka lembut, Lara menggeleng cepat dan meeratkan pelukannya
Untuk minum saja Lara sulit, dia merasa semua yang ada disekelilingnya adalah Nathan.
Yang bisa ia lihat hanya Azka, dia tidak bisa melihat semuanya. Dia terlalu ketakutan.
"Bang Zayn, Bang Al" ucap Lara.
"Iya, mereka akan datang bentar lagi. Kamu sabar ya" ucap Azka, dan mencium puncak rambut Lara dengan lembut.
TBC
.
.
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak teman 🧡Luka_10
KAMU SEDANG MEMBACA
Lara
Teen FictionBIASAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA REVISI DILAKUKAN SETELAH CERITA SELESAI Terlalu banyak luka lara dalam hidupku, terlalu banyak serpihan luka yang aku rasakan. aku menutupinya dengan berbagai cara, tapi hatiku semakin sakit. saat aku berpura-pura bai...