Lara || • 29

384 54 11
                                    

Lara sedang bersiap-siap dengan baju seragamnya, matanya sembab karena menangis malam.

Wajahnya sangat terlihat bahwa dia sedang tidak baik-baik saja, tapi dia terus memaksa bibirnya untuk tersenyum.

Tok.. tok

Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar Lara, membuat Lara tersadar dan segera membukakan pintu.

"Ayo berangkat." ajak Alvaro.

"Naik motor Abang" lanjut Alvaro.

"Jangan bang, Lara bisa naik taksi" ucap Lara.

"Jangan! Nanti kalo kenapa-kenapa gimana, gak ada Abang disana" ucap Alvaro.

"Cepet turun Ra, jangan banyak mikirin hal-hal yang buat mental kamu down" ujar Alvaro.

Dengan cepat Lara masuk kedalam kamarnya, dan menyiapkan tas sekolahnya.

Setelah selesai Lara segera turun dan menuju garasi rumahnya, terlihat Alvaro sedang mengeluarkan motornya.

"Ayo." ajak Alvaro.

Lara mengganggukan kepalanya, dan tersenyum. Setelah itu segera naik keatas motor, setelah siap Alvaro segera menjalankan motornya.

"Panas Ra?" tanya Alvaro.

"Engga bang,"

Tiba-tiba Alvaro memberhentikan motornya dan segera turun, memandang Lara dan tersenyum.

Alvaro membukan jaketnya, dan segera memakaikannya kepada Lara. Lara juga memakai helm yang dipakai Alvaro.

"Ini lebih cocok buat yang bawa motor bang" ujar Lara.

"Gapapa, Abang gak mau kamu kepanasan" ujar Alvaro.

Alvaro segera naik keatas motornya, dan segera menjalankan motornya. Lara tersenyum, Alvaro tidak berubah.

Akhirnya Alvaro dan Lara sudah sampai diparkiran Galaxy Internasional School, Lara segera turun.

Alvaro membantu Lara melepaskan helm, dan jaket yang dipakai Lara.

"Eh, princess udah dateng" ucap seseorang, membuat Alvaro dan Lara menoleh.

"Eh, kak Gibran, Kak Samudra" sapa Lara.

"Kok princess matanya sembab banget, abis nangis ya tadi malem?" tanya Samudra.

"Iya, abis maraton Drakor" ujar Lara berbohong.

Alvaro menatap Lara dengan lekat, Lara yang merasa ditatap segera menundukkan kepalanya.

"Eh btw bakwan, Lee min hoo mirip gue" ucap Gibran, membuat Samudra memperlihatkan ekspresi muntahnya.

"Iya mirip, mirip supirnya" ledek Samudra, membuat Lara tertawa.

"Belegug pisan"

Dia takut Alvaro marah, karena dia berbohong. Tapi harus bagaimana lagi? Dia tidak ingin terlihat lemah.

Alvaro mengacak rambut Lara gemas "ayo ke kelas" ajak Alvaro.

¥¥¥

Lara dkk sedang berada dikantin, sedang sibuk dengan makanannya masing-masing. Dengan sesekali tertawa dan bercerita.

"Eh princess" sapa seseorang, membuat Lara mendongkakan kepalanya.

"Eh, hai kak Geo" ucap Lara ramah.

"Ayo ke kelas. Jangan buang waktu lo Geo" ucap Zayn dingin, dan segera berjalan tanpa menyapa Lara.

"Euh, yaudah Ra. Kakak ke kelas dulu," pamit Geo.

Lara mengganggukan kepalanya dan tersenyum kecil, Lara tersenyum miris.

Mereka tidak seperti adik dan kakak, tetapi seperti orang asing sekarang. Lara bingung apa salahnya, hingga membuat Zayn menjauh.

"Aku ke belakang dulu" pamit Lara.

Lara segera beranjak dari duduknya dan segera berlalu, Aurora dkk saling memandang satu sama lain.

"Lara lagi gak baik-baik aja" ucap Aurora lirih.

"Tapi dia hebat, bisa terlihat seakan-akan semua ngga ada apa-apa" ujar Raga.

Asep menyenggol lengan Azka "ikutin" perintah Asep.

"Siapa?" tanya Azka dengan bodohnya.

"Gue kagum dengan ketololan lo Ka," ucap Raga menepuk bahu Azka.

"Lara ikutin Azka!" bentak Aurora.

Dengan cepat Azka mengganggukan kepalanya, dan segera menyusul kemana perginya Lara.

Lara sedang terisak ditaman belakang sekolah, hatinya sakit. Dadanya sesak, kenapa semesta terus bermain dengannya.

"Sakit.."

"Kenapa cantik hm?" tanya seseorang, membuat Lara mendongkakan kepalanya.

"Sakit Ka"

Azka segera memeluk Lara, tubuh rapuh itu sangat terasa saat dipeluk Azka. Memang benar, Lara tidak baik-baik saja.

Isakan pilu Lara sangat terdengar menyakitkan, ditelinga Azka. Siapa yang tidak ikut sakit, saat orang yang kalian sayang rapuh seperti ini?

"Udah udah, disini ada gue" ujar Azka menenangkan.

"Pengen pulang Ka, sakit" isak Lara.

Azka segera melepaskan dekapannya, dan memegang kepala Lara terlihat sangat jelas Lara tidak baik-baik saja.

"Hei cantik, kenapa? Kamu kuat. Kamu gak lemah, jangan mau kalah sama keadaan" ujar Azka.

"Sesak Ka,"

"Walaupun hidup gak seadil itu, dan kecewa memang bener-bener nyata. Kamu udah ada dititik ini, kamu kuat Ra" ucap Azka membuat Lara menatapnya.

Azka tersenyum tipis memandang wajah cantik Lara "Aku tau kamu ngerasa sendiri, bisanya teriak tanpa suara. Dan mendem semuanya sendiri" lanjut Azka.

"Tapi itu semua udah ngebuktiin kamu kuat, kamu gak lemah. Ayo kuat! Ada aku disini, aku bakal nemenin kamu berdiri" ucap Azka.

Lara tersenyum, ucapan Azka membuat hatinya tenang. Lara segera memeluk Azka kembali, hanya Azka yang dia punya sekarang.

"Makasih,"

TBC
.
.
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak teman 🧡

Luka_10

LaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang