Zayn masih menatap Lara dengan dingin, membuat Lara takut. Apa yang akan Zayn lakukan.
Lara sudah terisak, dan menundukkan kepalanya. Siapa yang tega memfitnahnya seperti ini.
"Jawab, kenapa amplop ini bisa ditas kamu Ra?" tanya Zayn.
"Lara berani sumpah bang, itu bukan Lara" ujar Lara.
"Gak mungkin, kamu gak ngambil tapi amplop ini ada ditas kamu" ujar Zayn.
"Aku tadi kekamar mandi, dan nyimpen tas ini didepan WC bang. Tau-tau tas ini udah buka resletingnya," jelas Lara.
Zayn menatap Lara dengan mata memerah, dan wajah memerah menahan amarah. Zayn menendang meja hingga meja itu bolong.
"Bang! Jaga emosi" ucap Alvaro.
Lara semakin terisak dengan perlakuan Zayn, Zayn pasti sangat kecewa sekaran. Tapi dia berani sumpah bukan dia pelakunya.
"Jangan ceroboh Lara! Ini semua pasti fitnah, Abang juga yakin. Tapi sekali aja, kamu jangan ceroboh!" bentak Zayn.
"Bang! Jangan bentak Lara, dia wanita. Dia lemah!" bentak Alvaro.
Zayn terdiam dan menenangkan hatinya, nafasnya masih memburu menahan emosi yang ingin meluap sekarang.
"Ma-af, Lara selalu nyusahin kalian." Isak Lara.
"Lara ceroboh,"
Zayn segera memeluk tubuh rapuh Lara dalam dekapan, Lara semakin terisak dipelukan Zayn.
"Maaf, maafin Abang" ucap Zayn, dan mencium kepala Lara dengan lembut.
"Abang percaya sama kamu, bukan kamu pelakunya" ucap Zayn.
¥¥¥
Lara, Zayn dan Alvaro sudah berada kembali diperpustakaan. Semua masih membicarakan uang yang berada ditas Lara.
"Gue percaya buka lo Ra," ujar Aurora yang mencoba, menenangkan Lara.
"Aing juga."
"Aku apalagi, aku percaya bukan kamu. Dan gak mungkin kamu, aku percaya sama kamu" ujar Azka yang diangguki oleh Raga dkk.
Lara mengganggukan kepalanya, dan tersenyum tipis. Masih banyak yang mempercayainya bahwa bukan dia pelakunya.
Saat semua telah selesain, anggota osis kembali berkumpul didepan mobil.
"Jangan kembali bicarakan ini disekolah, saya yakin bukan Lara pelakunya. Ada yang menjebak dan memfitnah Lara" ujar Zayn, membuat semuanya mengangguk dan kembali berbisik.
"Jika ada yang memberitahu, hingga kasus ini viral disekolah. Saya akan cari, dan siap membunuh kalian" ujar Zayn dingin, membuat semuanya menelan ludahnya.
"Ingat itu. Masuk kedalam mobil semuanya" perintah Alvaro.
¥¥¥
Mereka sudah berada dikawasan sekolah sekarang, Lara masih murung. Dia masih terus mengingat kejadian, saat Zayn marah padanya.
"Jangan dipikirin terus," ucap Aurora yang diangguki oleh Lara.
Tiba-tiba bel pulang sudah berdering, semua bersiap-siap untuk pulang. Azka dkk. Sedang berjalan menuju parkiran.
"Hai" sapa seseorang, membuat Azka menoleh.
"Oh, hai kak" ujar Azka.
"Jangan panggil kakak dong, panggil aja Sandra" ujar Cassandra.
"Oh iya hhe,"
"Boleh nebeng gak?" ujar Cassandra.
"Ma-af San, gue harus ke toko mamih. Gak bisa," ujar Azka.
"Oh oke, lain kali bisakan?" ucap Cassandra, dengan mata berkedip sebelah.
Asep merasa jengah dengan kelakuan kakak kelasnya ini, apalagi melihat wajah Lara yang semakin murung.
Asep segera membawa langkah Azka untuk menjauh, yang diikuti oleh Raga dan Aurora.
Saat Lara ingin berjalan, dan tersenyum tipis. Tiba-tiba dia tersandung, oleh kaki Cassandra.
"Up! Maaf," ucap Cassandra.
"Jangan deket-deket Azka! Inget dia punya gue, kalo sampe lo berani deketin dia. Lo hancur ditangan gue" ucap Cassandra dan segera berlalu, meninggalkan Lara yang sedang kesakitan.
"Aw.." ringisnya.
"Eh, lo kenapa?" ucap seseorang, membantu Lara berdiri.
"Eh, kak Nathan. Gapapa kok kak," ujar Lara, dan melepaskan tangan Nathan yang membelit pinggangnya.
Lara segera berjalan dan meninggalkan Nathan, yang mematung ditempatnya.
Kenapa Lara merasa risih saat berada didekat Nathan?
Mengapa hatinya sakit saat Cassandra dan Azka begitu dekat, rasa takut kehilangan Azka tiba-tiba datang.
Apa Lara takut dengan ancaman Cassandra? Entahlah, dunia ini sungguh kejam.
TBC
.
.
.
.
.
Jangan lupa Tinggalkan jejak teman🧡Luka_10
KAMU SEDANG MEMBACA
Lara
Teen FictionBIASAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA REVISI DILAKUKAN SETELAH CERITA SELESAI Terlalu banyak luka lara dalam hidupku, terlalu banyak serpihan luka yang aku rasakan. aku menutupinya dengan berbagai cara, tapi hatiku semakin sakit. saat aku berpura-pura bai...