Jam sudah menunjukkan pukul 9.30 belum ada sama sekali guru yang masuk, dikelas 10 IPA 1.
Lara menyilakan kedua tangannya, dan tertidur dengan pulasnya. Azka memandang wajah damai Lara, begitu cantik.
Saat Azka sedang asik memandang wajah Lara, tiba-tiba Lara membuka matanya. Azka terlihat sangat gelapan, dan segera pergi kebangku depan.
"Ih, Azka liatin Lara" gumam Lara.
"Biasa, orang kasmaran" ujar Aurora.
Lara menekuk wajahnya bete, kenapa Azka selalu melihatnya saat dia sedang tidur dikelas?
Tiba-tiba ada Cassandra datang kekelas 10 IPA 1, membuat Lara semakin murung. Apa dia mau deketin Azka.
"Hai Azka," sapanya.
"Iya San kenapa?"
"Aku mau ajakin kamu, jadi pasangan percalonan OSIS" ujarnya.
"Gue?" monolognya.
"Iya, gimana mau?" tanya Cassandra.
Tiba-tiba Azka menatap Lara, yang sedang murung dan menundukkan kepalanya. Apa Lara sedang cemburu lagi padanya?
Cassandra menatap tatapan Azka kemana, ternyata ke Lara. Cassandra membuang mukanya, sangat muak dengan Lara.
"Lara juga nyalonin diri, sama Alvaro kan?" tanya Cassandra, Lara hanya mengganggukan kepalanya.
"Yaudah gue mau." ujar Azka, membuat Lara menatapnya.
Aurora yang melihat reaksi Lara, mengelus bahu Lara lembut dan tersenyum tipis.
"Yaudah ini isi ya, nanti gue datang lagi" ujar Cassandra, yang diangguki oleh Azka.
Asep segera menghampiri, sahabatnya itu yang selalu saja bodoh dalam bertindak.
Asep memukul kepala Azka, membuat siempu meringis sakit.
"Sakit bego!"
"Lebih sakitan, Lara yang liat lo sama Cassandra" ujar Aurora, membuka suaranya.
"Lara gak sakit," ujarnya ketus.
"Kan cuma pasangan OSIS, kenapa harus cemburu?" tanya Azka.
"Gue rebut juga si Lara dari lo, kalo terus terusan begitu" ujar Asep, dan segera kembali duduk di bangkunya.
Awalnya Azka ragu harus menolak atau tidak, tapi saat mendengar Lara juga menyalonkan. Tiba-tiba hatinya sangat ingin.
Azka sedang sibuk mengisi kertas percalonan OSIS, Lara memeluk Aurora dari samping.
Hatinya sakit, Azka tidak pernah peka dengan perasaan Lara.
¥¥¥
Lara baru saja keluar dari WC sekolah, dia kebelet pipis tadi. Tiba-tiba saat diperjalanan bertemu dengan, Nathan.
"Lara," sapanya.
"Iya kak?"
"Boleh kita ngobrol sebentar?" tanya Nathan.
"Boleh, dimana?" tanya Lara ramah.
"Dikoridor seni, gue tunggu disana" ujar Nathan dan segera berlalu.
¥¥¥
Lara, dan Nathan sudah berada dikoridor kesenian. Nathan belum juga membuka suaranya, apa yang ingin dia sampaikan.
Keheningan menyelimuti mereka beberapa saat, akhirnya Nathan menatap Lara.
"Gue mau jujur Ra," ujar Nathan, yang diangguki oleh Lara.
"Gue suka sama lo sejak awal lo masuk, dan ikut mos. Gue mau lo jadi pacar gue," ujar Nathan.
Seketika tubuh Lara mematung, apa yang dikatakan Nathan? Tidak mungkin kakak kelasnya itu menyukai Lara.
"Eng-ga kak, aku gak bisa" ujar Lara, saat ingin beranjak dari duduknya Nathan segera mencekal tangan Lara.
"Kenapa? Kenapa lo gak mau?! Apa karena Azka?" tanya Nathan dengan nada tingginya.
Nathan masih mencekal tangan Lara begitu kuat, membuat pergelangan tangan Lara memerah.
Lara terus saja memberontak, tapi cekakan tangan Nathan lebih kuat.
"Le-pasin kak," ujar Lara yang sudah bergetar.
"Gue suka sama lo Ra, ngertiin gue" ujar Nathan.
"Aku gak bisa kak,"
Nathan segera memegang bokong Lara, membuat Lara terlonjak. Dan segera memberontak.
Lara sudah terisak dengan perbuatan Nathan padanya "lepasin kak! Tolong!" teriak Lara.
"Kak lepas hiks..." Lara sudah semakin takut sekarang.
"Bang Zayn, bang Al" ujar Lara terisak.
"Diem! Lo bisa diem gak hah?!" bentak Nathan.
Tiba-tiba ada yang mendorong Nathan dan segera menyerangnya, membuat Nathan kesulitan untuk membalas.
Laki-laki itu terus menonjok Nathan, dan menendang perut Nathan membuat Nathan, mengeluarkan darah segar dibagian hidupnya.
"Anjing!"
"Jangan berani-berani lo sakitin adik gue anjing?!" bentak Zayn.
TBC
.
.
.
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak teman 🧡Yuk komen dan vote🤍
Luka_10
KAMU SEDANG MEMBACA
Lara
Teen FictionBIASAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA REVISI DILAKUKAN SETELAH CERITA SELESAI Terlalu banyak luka lara dalam hidupku, terlalu banyak serpihan luka yang aku rasakan. aku menutupinya dengan berbagai cara, tapi hatiku semakin sakit. saat aku berpura-pura bai...