04 | Penyelidikan

602 43 0
                                    

" seseorang harus tanggung jawab. Ya seenggaknya dia tau kalo lu lagi diposisi serba salah"

" Cari jalan keluar bareng-bareng " Esya menepuk pundak Awan.

" Gua tau lu ga sejahat itu Wa. Lu ga sungguh sungguh mau bunuh anak itu kan? "

" Sekarang dengerin gua. Lu cari pelaku atas kehamilanlu, gua bantu sampe akhir"

Itu obrolan terakhir Esya dan Awan kemarin.









Pagi ini seperti biasa, Awan siap dengan baju pramuka dan rok coklat selututnya. sialnya saat ingin kabur dari makan pagi mamanya menarik tangannya terlebih dulu. Hingga ia sudah berkumpul di meja makan bersama mama papa dan ka Arvin.

" Makan cepet " Ucap Bunda setelah menaruh opor ayam dan nasi putih dihadapan Awan.

" bungkus aja bun, Awan makan disekolah "

Bunda menggeleng " ga percaya " siapatau saja disekolah nanti malah tidak dimakan.

Awan membuang nafas pasrah, ia mengambil sendok dan mulai memakan sarapannya. Jujur saja kalau tidak bisa menahan Awan akan memuntahkan makanan ini sekarang juga.

Bukan karena masakan bunda yang tidak enak, tapi bau santan yang begitu kuat.

" muka lu kaya orang tertekan wa " Sahut sang kaka yang aneh melihat wajah adiknya seperti itu. Biasanya sarapan nambah duakali, apalagi kalau ada opor ayam.

Awan hanya melirik sekilas, dan kembali menelan nasi dan opor ayam buatan bunda. Masih bisa ditahan, Awan tidak ingin menimbulkan banyak kecurigaan.

Setelah makan selesai Awan pergi kesekolah, untungnya ka Arvin mau ditumpangi. Disepanjang jalan awan hanya diam, menahan sarapan paginya agar tidak keluar.








Setelah sampai kedepan gerbang sekolah Awan langsung turun dari motor matic Arvin, berlari masuk kedalam lingkungan sekolah bahkan tanpa berpamitan dulu.

" Anak setan emang " gumam Arvin, padahal tangannya sudah disodorkan untuk awan cium.

Awan segera mencari toilet untuk memuntahkan sarapannya. Ia sudah tidak tahan menahan mualnya lagi.

Esya yang sedang berjalan dari parkiran melihat keberadaan Awan dari radarnya,

" Awan! " teriak Esya namun temannya itu tidak menghiraukan, malah terus berlari menuju toilet di depan sana.

Reflek Esya ikut berlari menyusul awan, ia kakawatir pada awan. Takutnya terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Huek!

Huek! Ohok! Ohok!

Awan berhasil memuntahkan semua opor ayam yang pagi ia makan, tanpa tersisa sedikitpun. Dan sekarang perutnya terasa lebih nyaman.

Dari belakang Esya berdiri, memijat tenggkuk Awan membantu temannya itu memuntahkan makanan di toilet.

" Lu kenapa wa "

Awan menekan tombol bilas lalu menoleh kebelakang, melihat Esya lebih tepatnya " Mual banget, tadi bunda maksa gua makan "

Esya menuntun awan keluar dari toilet dan berjalan sampai kekelas, dengan dituntun seperti ini membuat warga kelas menoleh heran apada Awan dan Esya.

The Missing Puzzle Piece ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang