33 | kecewa

364 28 0
                                    

Sampai dirumah Arvin mengerem mobilnya dengan kasar sampai-sampai Awan hampir terpentok dengan dashboard mobil.

Arvin keluar dari mobil dengan terburu. Awan mengikuti dari belakang tiba-tiba saja perasaannya jadi tidak enak dan gelisah.

Sesampainya didepan pintu Arvin dan Awan menghentikan langkah kaki, karena Raindra yang berdiri diambang pintu.

Raindra memegang handphone Awan yang menunjukan room chat Awan dengan Esya.

Awan terkejut, lalu segera berlari menuju kamarnya sedangkan Arvin mengambil alih handphone adiknya itu, membaca percakapan yang ada didalamnya.

Tangan Awan bergetar, ia takut kalau ternyata rahasianya sudah terbongkar bahkan sebelum menemukan pelakunya.

Keringat dingin keluar dari dahi Awan, tangannya mendorong pintu kamarnya yang sedikit terbuka. Dilihatnya pintu ruang investigasi terbuka lebar dengan bunda yang menangis dipinggiran kasur. Barang-barang dan foto yang ada diruang investigasi juga bercecaran di lantai.

Awan yang sudah pias karena panik mencoba menghampiri bundanya, berjongkok sambil mencoba memegang tangan sang bunda. Air mata tidak bisa dibendung lagi, ia melihat bunda menangis, dan awanlah yang menjadi penyebabnya.

“ Bunda 一” Panggil Awan dengan suara yang bergetar.

Bunda mengusap air matanya, netranya enggan menatap wajah putrinya yang berjongkok dihadapannya.

“ Alat test kehamilan ini punyamu? ”

Awan menelan salivanya , mulutnya tertutup rapat, dadanya tiba-tiba terasa sesak mengakui kenyataan kalau ialah pemilik dari alat test kehamilan itu.

“ Semua yang ada dipojok ruangan itu benar? ” Bunda menoleh memperhatikan ruang investigasi yang sudah terbuka.

Awan berlutut dihadapan bunda,  tangisnya semakin menjadi, nafasnya juga sudah memburu. Jantungnya berdetak tidakaruan.

“ Maaf bunda, maaf ” Ucap Awan disela tangisnya. Ia merasa hina dan durhaka, karena membuat bunda menangis kecewa.

Semakin lama Awan menangis sesegukan dengan bunda yang masih enggan menoleh pada Awan 

Tidak lama langkah kaki terasa dan ternyata Arvin datang dengan emosi yang sudah menguasainya. Ia menarik tangan Awan hingga berdiri “ Tolol! ” Teriak Arvin tepat dihadapan wajah Awan.

“ Dasar cewe murahan! lu udah bohongin gua, lu bohongin ayah bahkan bunda wa! Bego! Baru kemarin bunda bangga banggain lu dan sekarang apa ini? Lu hamil?! Hah? ” Teriak Arvin.

Nafas Awan tersenggal, ia menggeleng berlebihan lalu berlutut dihadapan Arvin, perkataan Arvin benar dan itu membuat dadanya semakin sesak.

“ Maaf, maaf ” Kata ini terus keluar dari mulut Awan

“ Maaf ka, maaf ”

Arvin mengeratkan kepalan tangannya, nafasnya memburu “ Siapa ayahnya? ”

Awan menonggak, lalu kembali menunduk meremas pakaiannya kuat. Awan bingung harus menjawab apa, ia juga masih mencari pelaku atas kehamilannya ini.

“ Jawab Wa! Siapa ayahnya! ” Teriak Arvin, dan Awan terkejut karena teriakan itu.

Lambat laun Awan menggeleng “ Gatau ” Jawabnya tidak berani menonggak memandang bunda dan kakak laki-lakinya.

“ Siapa bego! ”

Awan mengeratkan cengkramannya “ Gatau gua gatau! ” jawab Awan berteriak.

“ Selama ini gua berusaha cari siapa pelakunya. gua stress, mau mati ” Awan menjawab penuh penekanan,

“ Telfon ayah Vin, suruh pulang sekarang juga ” Kata bunda setelah menyeka airmatanya.

Arvin merogoh saku celananya, mengambil ponsel dan menghubungi Ayah yang ada pertemuan dengan rekan kerjanya.

Sedangkan Awan memegang tangan bunda, memeluk tangan itu “ Bunda maafin Awan ”

Tidak ada respon dari bunda. Perempuan parubaya itu menahan air matanya yang akan kembali menetes.

Beberapa jam yang lalau Raindra datang kerumah, menunjukan roomchat antara anaknya dengan Esya. Bunda awalnya tidak percaya namun ruangan disebelah toilet menjelaskan kalau kehamilan awan adalah sebuah kebenaran. Apalagi bukti satu alat test kehamilan dan surat dokter.

Kecewa, bunda kecewa dengan Awan.

T B C

The Missing Puzzle Piece ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang