28 | Lukamu sudah Sembuh?

317 32 0
                                    

Dua minggu Awan ijin tidak sekolah, kondisinya sudah baik. Dan pencarian ayah dari bayi yang sedang dikandungnya segera dilanjutkan lagi.

Awan siap memakai seragam sekolah lalu pergi kedapur untuk sarapan bersama,

" Bener udah sehat? " Tanya bunda, Awan mengangguk yakin lalu mengambil selembar roti dan memakannya.

" Kalungnya beneran manjur kan? " Kata Ayah, awan sontak mengambil kalung yang ada dilehernya, mengeluarkannya dari balik baju.

" Iya tapi ga juga " memang timnya mendapat juara namun ia jatuh yang berujung tidak beraktivitas dua minggu.

" Kalung ini buat Awan ya? " Awan rasa ia nyaman memakai kalung ini, juga karena liontinnya indah, terlebih lagi kata ayah memiliki keberuntungan.

" Yaudah, tapi jangan hilang "

Awan mengangguk sambil tersenyum senang, dan melanjutkan sarapannya. Hanya makan roti. Dan kini Awan menggendong tas punggungnya ,ia sudah siap untuk sekolah.

Bergantian Awan memcium punggung tangan Bunda dan kak Arvin lalu menunggu Ayah mencuci tangan.

" Wa? Itu baju sama rok kamu baru ya? " Tanya bunda yang merasa asing dengan seragam sekolah yang sekarang Awan pakai.

" Em, iya. Yang lama udah sempit " Jawab Awan lelu cengengesan dan menggaruk tangannya yang tidak gatal.

" Hmm, sepertinya saya merasakan ada yang lain dengan Wawan " ka Arvin menumpu kepalanya dengan kedua tangan, matanya fokus pada adiknya yang berdiri tidak jauh darinya.

Sedangkan Awan sudah ketar ketir, bagaimana kakanya bisa berfikir demikian, padahal Awan sudah berusaha menyembunyikan.

" Iya ga bun? " tanya ka Arvin pada Bunda, bunda memicingkan matanya memperhatikan Awan dari atas kepala hingga ujung kaki.

" Hmm, bunda juga merasakan tapi apa ya? "

" sekarang Awan udah gede, udah jadi gadis " Jawab Ayah lalu berjalan keluar dari rumah. Awan ikut membuntuti, ingin menebeng dengan Ayah saja daripada minta antar ka Arvin yang sudah menaruh curiga.

Awan melangkahkan kakinya masuk kedalam lingkungan sekolah, Awan menarik nafas panjang lalu menghembuskannya. Ia menepuk pundaknya dengan tangan yang bersilang.

" Semangat Wa " Awan menguatkan dirinya.

Ia mulai berjalan untuk sampai kekelasnya, namun Awan merasa risish disepanjang jalan ini banyak orang yang memperhatikannya bahkan sambil berbisik.

Jujur saja Awan tidak nyaman. Ia berjalan sambil meletakan kedua tangannya untuk menutupi perjutnya.

Apakah perutnya menarik perhatian? Padahal Awan rasa ini tidak terlalu terlihat.

" Awann! " Suara itu membuat Awan menghentikan langkahnya lalu membalikan badan,

Esya sedang berlari mendekat, setelah itu merangkul pundaknya

" Anjir, lu udah sehat? " Tanya Esya dengan nafas yang tersenggal.

" Udah tapi, ini kenapa pada liatin gua sih " Awan menoleh keseliling, Esya juga ikut melakukan hal yang sama.

Namun tidak lama Esya menjentikan jarinya, menguatkan rangkulannya dan membawa Awan berjalan menuju kelas.

Mereka duduk di kursi Awan, orang kelas juga langsung teralih pada Awan yang duduk dikursinya.

" Lu udah sehat wa? " Tanya Arkan yang ada di sebrang kursi awan. Awan mengangguk mengiyakan.

Esya memberikan handphonenya pada Awan yang langsung diterima oleh empunya " Lihat, baca, pahami "

Awan melihat postingan instagram sekolah yang isinya foto-foto waktu perlombaan basket. yang membuat Awan tercengang like dan koment postingan ini tembus 10 ribu.

" Tauga sih, banyak orang yang salfok sama muka lu. Beritanya udah nyebar sampe mana-mana "

Awan menekan tombol coment, membaca satu-satu komentar yang banyaknya memuji kecantikan Awan " Jadi? Gua femes ? "

" Bisa dibilang gitu " lanjut Esya. Sedangkan Awan malah menggaruk kepalanya,

" Wah woy Wawan! Foto lu udah sampe tiktok " Ucap Raindra yang entah sejak kapan berada di ambang pintu. Ia menunjukan layar handphonenya yang sedang memutar vidio slide foto-foto Awan dengan caption ' ketika visual main basket'

Awan menundukan kepalanya, ia tidak mau terkenal dan dikenal banyak orang, menurut Awan itu hanyalah beban.

Sampai jam istirahat tiba, Awan terus menjadi center pandangan semua siswa.

sekarang gadis itu sedang jajan di kantin, wajahnya ditutupi oleh buku. Sengaja, agar tidak terlihat oleh banyak orang.

" Ga ga nyaman, demi! " Kata Awan pada Esya yang ada disebelahnya.

" Woy jangan diliatin terus Awannya! Ga nyaman katanya " Teriak Esya sepontan, orang-orang yang memperhatikan menolehkan wajahnya kearah lain.

Sedangkan Awan menjitak kepala Esya. Setelah itu awan merasakan ada yang berjalan mendekat. Ia mengangkat kepalanya dan mengintip dari balik buku.

" Kak? Boleh minta foto bareng? " Perempuan yang sepertinya adik kelas lalu tersenyum.

Awan mengangguk lalu mengijinkan perempuan itu menjepret kameranya untuk selfie.

" Aku juga mau kak "

" Wa, Gua juga mau foto bareng dong "

" Awan "

" Kak Awan "

" Dek "

Awan menutup kepalanya dengan buku lalu pergi meninggalkan kantin dengan berlari. Tuhkan, terkenal itu merepotkan dan jadi beban.

Brukh

" Aduh " Awan mengusap kepalanya yang terpentok sesuatu, ia lalu menonggak untuk melihat apa yang baru saja ditabraknya.

" Sorry, gua ga sengaja " Kata Awan lalu menunduk dan berjalan menjauh dari orang yang ada didepannya.

" Lu Awan kan? " Tanya laki-laki yang baru saja awan tabrak.

Awan menoleh lagi " iya gua awan " ia berdoa agar tidak dimintai foto atau apapun lagi.

Dugaan Awan salah, lelaki bertubuh tinggi dan wajah tampan itu menarik tangan Awan dan meletakan sesuatu diatasnya.

Awan hanya mengerutkan dahinya " Coklat? " Apa masudnya, kenapa tiba-tiba memberi coklat, apalagi dengan ukuran yang besar.

" Selamat ya, turnamen kemaren lu menang kan? "

" o一oh, iya. Thanks " Balas Awan, ia memperhatikan wajah lelaki dihadapannya sekarang. Ia seperti belum pernah melihat orang ini sebelumnya.

" Luka lu udah sembuh? " Tanya lelaki itu lagi.

Awan mengerutkan dahinya " Ha? "

Lalki-laki dengan rambut gondrong itu menarik sebelah tangan Awan , mengusap telapak tangan itu " Luka lu "


T B C




The Missing Puzzle Piece ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang