23 | High Heels

310 34 0
                                    

Song : breaking down - Ailee

Satu hari telah berlalu setelah Awan memeriksakan kondisi kandungannya. Ia mulai membiasakan diri mengonsumsi makanan sehat dan teratur seperti yang dokter anjurkan.

Awan mengurangi makan makanan cepat saji kafein dan banyak lainnya. Ia sudah menempel catatan makanan yang dilarang di ruang investigasi.

Menu hari ini sayur, ikan, telur dengan susu putih sebagai minumannya. Tidak lupa buah sebagai hidangan penutup.

" Waahh mau dong " Lelaki dengan kemeja biru dan celana katun yang baru saja masuk ke dapur langsung menyomot potongan buah apel yang ada dihadapan Awan.

" Ih! Ambil sendiri sana " Protes Awan lalu menjauhkan buahnya dari Kaka laki-lakinya itu. Memotong-motong buah juga butuh efort yang tinggi, apalagi Arvin belum cuci tangan.

" Pelit Wuu kuburannya sempit "

Awan memutar matanya malas " Sotau! "

Arvin mengambil buah apel dari dalam lemari es lalu duduk disebelah Awan. Memperhatikan adiknya yang lahap mrmakan buah

" Maen PS yu Wan "

" Ga punya temen ya? Wuuu nolep " Awan membalikan kata-kata Arvin sebelumnya lalu menaruh piring kotor di wastafel dan pergi meninggalkan dapur sebelum benar-benar hilang dibalik pintu Awan memeletkan lidah pada kaka laki-lakinya itu.

Niat Awan kembali kekamar untuk melanjutkan menonton drama korea yang tertunda tapi bunda meneriaki namanya dari arah belakang.

" Wa nih bawa baju kamu ke kamar " Bunda menyerahkan keranjang berisikan pakaian yang sudah rapi dan wangi.

" Nanti bawa yang ini juga " Bunda menunjuk beberapa pakaian yang digantung.

Bunda menaruh keranjang coklat diatas kedua tangan Awan. Entah karena Awan sedang lelah atau tubuhnya memang meleyot. Awan rasa keranjang ini sangat berat.

" Bun bantuin, berat "

Bunda berdecak pinggang " Padahal cuma bawa dari sini sampe kamar doang. Bunda ga suruh kamu yang rapihin loh "

Awan cengengesan, ia langsung pergi meninggalkan bunda yang sebentar lagi akan membacakan undang-undang alias berceramah.

Huft

Awan menghentikan langkahnya dipertengahan tangga, sungguh ia ngos-ngosan kakinya juga melemas.

Setelah beberapa saat Awan melanjutkan lagi langkahnya, masuk kedalam kamar dan membuka lemari pakaiannya yang berwarna putih.

Bunda menyewa orang untuk menggosok pakaian dan mengurus kebersihan rumah, tidak ada pembantu karena dulu pernah ada kejadian kurang mengenakan yaitu uang hilang berjuta-juta karena dicuri.

Masalah itu sudah di urus tapi bekasnya masih ada sampai sekarang. Mungkin bunda masih trauma, jadi dia hanya memperkerjakan orang untuk bersih-bersih, karena urusan masak masih bisa bunda hendel.

Awan meletakan bajunya dari yang jarang dipakai hingga yang sering dipakai. Sambil meletakan baju itulah Awan jadi sekalian melihat-lihat lagi pakaiannya yang hanya tersimpan di dalam lemari.

Pakaian Awan memang banyak, tapi yang dipakai hanya itu-itu saja. Alasannya sih karena nyaman. Ngerti ga kalau sudah suka dan nyaman dengan satu hal paati akan dipakai dan ditunjukan terus. Walaupun banyak pakaian yang lebih bagus.

Awan berjongkok untuk mengambil pakaian yang jatuh namun perhatiannya teralih pada kotak putih yang ada dibawah lemari.

" Ini kan " Awan mengambil kotak putih itu, lalu membukanya. High heels yang dulu pernah diambilnya saat mencari gaun putih.

" Eh " Heels sebelah kiri dari sepatu itu patah. Awan berusaha mencari patahannya tapi tidak ada.

Awan ingin memberikan kotak sepatu beserta isinya ini pada bunda. Barangkali bunda punya patahan dari heelsnya karena ini punya bunda.

" Bunda! High heels bunda patah nih. Kenpa ditaro dikamar Awan deh? "

Bunda yang masih berada dibelakang rumah menoleh pada putrinya yang mendekat sambil memegang sepasang high heels.

" Nih " Awan memberikan benda yang dipegangnya pada Bunda. Namun bukannya menerima bunda malah mengangkat sebelah halisnya.

" Kenapa dikasih ke bunda? " Tanyanya membuat Awan menyeringit.

" Ya karena punya bunda lah "

Bunda menggeleng lalu meletakan punggung tangannya di dahi Awan. Awan yang bingung hanya memperhatikan bunda yang entah sedang apa.

" Itu kan Heels kamu Awan. Kenpa dikasih ke bunda ? Sehat kamu? "

Awan mengangkat tangan kanannya yang memegang highhells elegan warna biru yang patah pada salah satunya.

" Awan gapernah punya Heels kaya gini " Memang, Awan tidak punya High heels modelan seperti ini. Apalagi patah disalah satu sisinya.

Awan kira Heels ini milik bunda.

" Loh, katamu dikasih sama Evan " Balas bunda lalu berjalan menjauh untuk melihat pakaiannya yang sudah tergantung rapi setelah disetrika.

Sedangkan Awan menatap terkejut kearah bunda, Sejak kapan Evan memberikan Heels seperti ini, Awan tidak ingat. Kalaupun benar dikasih pasti sepatu ini sudah ditaruh digudang.

Atau jangan -jangan " Awan dikasih heels ini duabulan yang lalu? "

Bunda menoleh sebentar " Iya " Jawabnya lalu teralihkan lagi oleh fokusnya.

Tubuh Awan seperti mematung, Setelah Raegan membiarkan ia ditarik oleh Evan pasti ada satu kejadian dimana Evan memberikan sepatu dan penyebab salah satu heelsnya patah.

" Aku bilang apalagi selain sepatu ini pemberian Evan? "

Bunda diam dan berakhir menggeleng " Lupa " Jawabnya.

T B C

The Missing Puzzle Piece ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang