Hari sudah berganti, acara pencarian laki-laki jas biru dan jam rolex tertunda dua hari karena libur weekend.
Sekarang Awan tengah menjambak rambutnya sendiri, besok ada exam matematika tapi fikirannya tidak bisa fokus, mengerjakan latihan satu soal saja tidak selesai-selesai.
Tok Tok..
Awan menoleh kearah pintu, dilihatnya bunda yang berusaha masuk kedalam kamar sambil membawa nampan dengan satu gelas es jeruk dan toples kue kering.
“ Tumben belajar ” Kata bunda lalu menaruh bawannya di meja belajar yang kosong.
“ Belajar, tapi ga nempel di kepala ” Balas Awan lalu membuang nafas penat.
Bunda mengelus kepala Awan sayang “ Pelan-pelan, coba belajar dari yang gampang dulu ”
Awan membalas perkataan bunda dengan senyum, bunda emang tipe ibu yang tidak terlalu menuntut karena menurut bunda semua anak berbakat pada bidangnya masing-masing, tidak harus selalu bagus nilai MTK. Bunda juga sudah sadar dengan bakat Awan, olahraga basket.
“ Bunda tuh pengen banget liat kamu main basket lawan negara asing, kaya asian games gitu”
“ Terus dapet beasiswa kuliah di luar negri buat memperdalam bakat kamu”
Awan memutar kursi belajarnya hingga sekarang menghadap bunda yang sedang duduk di tepian kasur.
Melihat bunda yang berharap besar membuat perasaan Awan tidak enak. Andai saja bunda tau, kalau anak yang sedang diharapkannya itu sangat bodoh.
Awan berjalan mendekat hingga sudah berada dihadapan bundanya “ Bunda, mau peluk ” Lalu merentangkan tangannya.
Bunda tersenyum lalu beridiri dan mendekap tubuh anak bungsunya itu. “ Tumben banget ”
“ Bunda, maafin Awan ya ”
Bunda menyeringit “ Maaf buat? ”
Awan mengencangkan pelukannya “ Maaf buat semuanya, Awan kadang ga dengerin kata-katanya bunda, Awan suka bohong dan yang lainnya... ”
Bunda mengelus surai panjang milik Awan “ Orangtua mana yang ga maafin anaknya. denger ya Wa, orangtua bakal selalu ada dan selalu maafkan anaknya seburuk apapun anaknya itu ”
Awan tersenyum kecut “ apa bunda masih mau maafin dan nemenin Awan setelah tau kalau Awan sedang mengandung anak yang tidak tau siapa pelakunya ”
“ Udah ah, bunda mau bikin kopi buat ayah dulu ”
Awan melepaskan pelukan, bunda mengelus rambut Awan sebentar lalu berjalan keluar dari dalam kamar.
“ Semangat ya ” Ucapnya sebelum pintu tertutup rapat kembali.
Awan membuang nafas panjang lalu menjatuhkan dirinya diatas kasur, tangannya dipakai mengelus pertutnya yang sudah mulai berubah menjadi lebih buncit.
谷
Anak kelas Ips 1 sedang komat kamit menghafal rumus matematika yang akan diujikan hari ini.
Awan berusaha menghafal juga, walau percuma kalau tau rumus tapi tidak tau cara mengerjakannya. Tapi setidaknya ada nilai nulis.
Setelah bell pertama berdering siswa memasukan buku kedalam tas lalu mengumpulkannya di depan kelas. Guru matematika sudah masuk dan mulai membagikan kertas ulangan harian.
Awan menerima soal itu, dan berusaha mengerjakan.
Kring... Kering...
“ Huhhh ” Awan membuang nafas lega, kertas ujiannya terisi semua walau tidak yakin dengan jawabannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Missing Puzzle Piece ✔
Teen Fiction[ Cerita 4 ] Awan terkejut bukan main setelah melihat alat tes kehamilan yang digunakannya menunjukan dua garis merah, yang itu artinya ia sedang mengandung. Namun potongan ingatan dua bulan lalu seakan menghilang, Awan tidak tau siapa dan seperti...