18 | Rumit

339 37 1
                                    

Hari sudah mulai gelap, kini Awan dan Raegan sedang duduk berhadapan disebuah kafe yang tidak jauh dari tempat tinggal Raegan.

" Jadi lu mau minta jelasin apa yang terjadi hari itu? " Tanya Raegan pelan-pelan

Awan mengangket kepalanya yang sebelumnya menunduk " Iya " jawabnya.

" Jadi ㅡ"


" Gua kesini bentar "

Setelah mendapat anggukan dari lawan bicara, Raegan yang tampan dengan setelan jas biru jam rolex dan rambut klimis mulai melangkah menjauh.

Tadinya akan menemui teman satu organisasi, namun perempuan yang sedang duduk bersandar di pojok mencuri perhatiannya.

Langkahnya bergerak mendekat, untuk memastikan bahwa nama yang ada dibenaknya memang tidak salah.

" Awan "

Terbakannya benar, perempuan ini adalah Awan.

" Lu kenapa? Mabok? " Tanya Raegan lalu menepuk wajah Awan dengan tangannya.

Namun perempuan yang sedang duduk dengan jas yang menutupi tubuhnya tidak merespon. Walau begitu Raegan sudah yakin, mata sayu Awan menunjukannya.

" Toilet dimana sih? " Tanya perempuan dengan surai hitam itu,

Raegan menoleh kekakan dan kiri mencari keberadaan toilet yang sebenarnya ia juga tidak tau dimana.

" Ohh, tuh di situ, yang ada perempuan pake gaun merah " Raegan menujuk tempat yang dimaksud. Awan ikut memperhatikan tempat yang dimaksud sampai menyipitkan matanya.

Tanpa berucap lagi Awan berusaha berdiri ,memegang tasnya dan mulai berjalan untuk pergi ke toilet. Tentu saja tidak berjalan mulus, baru satu langkah Awan sudah sempoyongan.

" Ehㅡ eh. Sini gua bantu " Raegan memeluk pundak Awan, membantu agar lebih aman dan cepat sampai ke toilet.

" Gua tungu diluar ya " Mana mungkin masuk, ini kan toilet perempuan.

Raegan melepaskan tangannya, namun baru beberapa saat ia membantu kembali, kasihan kalau sampai kepentok sana sini.

Raegan menuntun hingga depan, mengambil alih clutch bag yang Awan pegang setelah perempuan itu masuk ke salah satu stall ia menunggu, sampai Awan selesai dan menuntunnya lagi. Atau mengantar pulang karena keadaan Awan sedang tidak baik.

" Hey! Bisa tolong ambilin tisu? " Terak Awan dari dalam stall yang tertutup.

Sontak Raegan mencari tisu yang dimaksud " Sebentar " ucap Raegan sambil mengambil tisu dari stall toilet sebelah.

Setelah mendapatkannya ia melemparkan benda itu yang ia yakini langsung ditangkap oleh Awan.

Setelah beberapa saat Awan keluar dengan mata sayu seperti sebelumnya. Perempuan dengan dress putih itu berjalan mendekat, mata yang menyipit dan tidak melepaskan tatapannya pada laki-laki yang sedang berduru tidak jauh darinya.

Awan semakin mendekatkan dirinya hingga Raegan menahan kepala Awan yang semakin mendekat padanya dengan tangannya.

" Ini gua Raegan " Raegan memberi tau.

Awan melepaskan tangan Raegan yang menempel di keningnya " Ohh.. " jawabnya lalu merebut kembali tas miliknya yang dipegang laki-laki itu.

" Lu pulang aja wa. Yu gua anter "

" Gitu doang? " Tanya Awan penasaran. Habisnya pernyataan Raegan tidak sesuai dengan potongan ingatannya yang kembali.

" Iya gitu doang. Emangnya? "

Awan menoleh kekanan dan kiri , setelah dirasa aman ( jauh dari pengunjung lainnya ) ia memajukan tubuhnya agar lebih dekat dengan Raegan.

" Lu ga cium gua? "

Raegan sontak saja tersedak air liurnya sendiri " Hah? Maksudnya? "

" Menurut ingatan gua yang kembali, habis gua keluar dari stall kita langsung ㅡ ehem, cipokan " Jelas Awan dan memelankan suaranya dibagian kata terakhir.

" Ngeres pikiran lu Wa, demi tuhan dah kita ga cipokan"

Awan menggaruk kepalanya dengan sebelah tangan " Terus gua cipokan sama siapa anjir " gumamnya, ingatannya yang kembali rasanya tidak ada yang falied. Waktu zervan ternyata salah, sekaramgpun sama.

" Lu nangis-nangis karena ini? " Maksudnya karena ingin tau siapa yang telah bercumbu dengan nya.

Awan membalas dengan anggukan, sebenarnya bukan karena berciuman juga, karena hal hal yang lebih dari itu.

Tak lama Awan memfokuskan pandangan pada Raegan lagi " Tapi, kata anak ips 4 dia pinjem parfum gua " kenapa tidak masuk kedalam cerita yang Raegan ceritakan.

" Oh itu, iya dia pinjem "

awan mengerutkan dahinya " Ceritanya udah selesai apa belum sih? "

" Belom podoh. Gua agy ceita lu potong-potong "

Baru saja Raegan akan menuntun Awan kembali, tiba-tiba pintu stall terbuka membuat Raegan kaget sampai memegangi dadanya.

" Hehe, maaf-maaf " Kata perempuan dengan rambut pirang lalu keluar dan mencuci tangan di wastafel dengan cermin besar didepannya.

" Lu dari tadi? " Tanya Raegan

" Iya anjir mules "

" Diem-diem berak " Balas Raegan, perempuan rambut pirang anak kelas 11 ips 4 itu hanya cengegesan.

" Eh bentar-bentar " Perempuan itu menahan tangan Raegan yang akan melangkah keluar .

" Wa, lu ada parfum ngga? "

Awan mengangkat tasnya. Memberikan pada perempuan yang meminta parfum.

" Gua ambil ya. Raegan jadi saksinya nih gua cuma ambil parfum "

Setelah mengambil benda yang dimaksud perempuan itu menutup kembali tas, rencananya ia ingin memakai dulu parfum ini lalu memasukannya kemabli. Kedalam tas namun Awan merebut tas miliknyaitu terlebih dulu lalu berjalan keluar.

Raegan membantu berjalan.

Langkah kaki mereka terhenti ketika sudah keluar dari dalam toilet. Laki-laki dengan setelan jas hitam berjalan mendekat dengan senyuman terukir di bibirnya.

" Awan, lu dicari bunda "

" Ayo " Lanjutnya lalu menarik tangan Awan menjauh dari Raegan.

Laki-laki itu ㅡ Evander Bramasta pemilik pesta malam ini menarik tangan awan, menuntunnya menjauh dari Raegan.





T B C

The Missing Puzzle Piece ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang