“ Gua ragu Sya! ” Ucap Awan sambil menoleh pada Esya yang ada disebelahnya.
“ Ngga, tenang ada gua. Lagipula ini suruhan dokter dari aplikasi online itu kan? ”
Sekarang Awan dan Esya sedang berada didepan klinik khusus untuk ibu dan balita. Awan bertanya soal obat penambah darah pada dokter lewat aplikasi berobat online, setelah konsul Awan diperintah pergi ke rumah sakit atau klinik untuk memeriksakan kandungannya langsung.
“ Gua yang daftar, lu tunggu aja duduk disitu ”
Awan mengangguk walau tidak Benar-benar meyakininya. Lalu melakukan apa yang Esya perintah. Awan sangat gugup sekarang. Bagaimana kalau dokter yang memeriksanya nyinyir atau bagaimana kalau ada orang yang mengenalnya sedang berada di tempat ini atau lebih parahnya bagaimana kalau ada bunda disini.
Hufft..
Awan menarik nafas lewat hidung lalu mengeluarkannya rileks, inginnya seperti itu namun kakinya tidak bisa berhenti bergerak.
Tidak lama Esya datang setelah mengurus administrasi “ Langsung ke ruangan bidannya Wa. Ayo ”
“ Ayo ” Ucap Esya lagi, Awan yang tadinya ingin kabur saja akhirnya berjalan mengikuti Esya yang sepertinya sudah diberitau dimana ruangan dokter yang dimaksud.
Tok Tok,
“ Permisi ” Kata Esya smbil membuka pintu.
“ Awan Jeyasha ya? ”
Esya lalu masuk kedalam ruangan itu menarik tangan Awan sekalian lalu menutup rapat kembali pintu.
“ Iya dok, itu saya ” Kata Awan.
“ Jadi gini dok, temen saya hamil dia baru pertama konsul ke dokter. Mau tau tentang keadaan kesehatannya dan calon anaknya juga temen saya sering keram dibagian perutnya, itu karena apa dan bagaimana cara mengatasinya ya? ” Jelas Esya yang sudah tau betul tujuannya memeriksakan kandungan Awan. Esya juga sudah yakin kalau Awan pasti malu untuk bilangnya.
“ Oke baik, sejak kapan mba Awan tau atau tanda-tanda kehamilan ini? ”
Awan menggaruk tangannya yang sebenarnya tidak gatal “ Em,, tiga bulan yang lalu kayanya dok ”
Dokter melakukan pemeriksaan dasar seperti mentensi darah juga dikukur berat badan. Awan sesekali diberi pertanyaan mengenai apa saja yang dialaminya.
Setelah itu Awan diperintah untuk merebahkan tubuhnya diatas bankar. Dokter menyalakan alat USG.
“ Bisa toling naikan bajunya sedikit? ”
Awan menurut lalu mengangkat bajunya, menampakan perutnya yang sudah semakin buncit. Dokter mengarahkan alat usg pada perut Awan.
Esya memperhatikan layar, terkejutnya ia setelah melihat seperti gumpalan dengan kedua tangan yang sudah mulai terbentuk.
Awan lebih terkejut lagi, ternyata didalam perutnya ini benar-benar ada calon manusia juga.
“ Usia kandungan mba Awan sudah memasuki trimester pertama ”
“ memang sudah mulai terbentuk kepala tangan dan juga kedua kakinya. Tapi belum dapat diketahui jenis kelamin babynya ”
Sambil mendengar dokter menjelaskan Awan mendengar saksama, matamya tidak lepas dari gambar baby yang sedang dikandungnya.
“ Dia sehat kan dok? ” Tanya Awan.
Dokter mengangguk “ Sehat, tapi mba Awan jangan stress karena itu berpengaruh pada perkembangannya”
Awan mengelus perutnya, entah apa yang sedang dirasakannya sekarang. Senang, terharu atau menyesal. Seperti semua itu disatukan dan diaduk jadi satu.
Dokter memberikan resep makanan juga memberitau apa saja yang harus dilakukan dan jangan dilakukan. Awan merasa lebih tenang sekarang, sekarang sudah lebih jelas.
谷
Selepas pulang dari klinik Awan meminta untuk mempir dulu di toko baju seragam sekolah.
Ia akan membeli bebrapa rok, mengingat semua rok yang dipunyanya sudah sangat sempit.
“ Ukuran apa? ” Tanya Esya sambil melihat-lihat rok abu yang terlipat dan tersusun rapi.
“ Kaya biasa. Tapi cari yang pinggangnya gede ”
“ Tripel XL? ”
Awan yang sedang melihat ukuran rok abu menoleh “ Ya ngga Esya, kegedean. Cepet ah cari ”
Esya mencari rok yang dimaksud lalu memberikannya pada Awan, untuk dicoba telebih dulu. Beberapa kali Awan masuk keruang ganti namun tidak ada yang cocok.
“ Ini nih, awas aja ga cocok lagi ”
Awan mempoutkan bibirnya dan pergi lagi keruang ganti, mencoba rok yang temannya berikan. Setelah dipakai Awan melihat pantulan dirinya di cermin, menghadap samping lalu depan. Mencocokan seragam sekoah ini. Awan suka dengan ukuran rok ini
“ Gua ambil ini, cariin warna item putih sama coklatmya juga ”
“ Bah, kau bantu cari lah ”
Awan hanya cengengesan, kasian juga Esya disuruh-suruh. Mereka berusaha menemukan ukuran yang dimaksud pegawai toko seragam juga membantu hingga empat rok sudah terkumpul dan semuanya cocok dan pas.
Uang tabungan Awan dipakai untuk menbeli rok itu. Biarin lah, untuk diri sendiri ,ralat, untuk calon anaknya Pa yang tidak.
Setelah itu mereka segera pergi untuk pulang kerumah Awan. Dijalan beli jajanan dulu, Awan tiba-tiba ingin jajanan kaki lima.
“ Dari mana aja? ” Tanya bunda setelah Awan dan Esya sampai rumah.
“ jalan-jalan dong ” Bohong Awan. Padahal habis konsul juga beli rok Sekolah baru.
Mereka masuk kedalam kamar Awan, menutupnya rapat dan pergi ke sisi ruangan membuka kunci ruang investigasi dan masuk kedalamnya.
“ Makanan lu nih. Banyak banget gilah ” Esya bingung sendiri, bagaimana cara menghabiskan dua kantung makanan hasil ngidam Awan.
“ Tenang, bakal habis kok ” Ucap Awan lalu mulai mengunboxing satu-satu makanan yang dibelinya.
Kali ini seperti berbeda, Awan merasa sedang bahagia hingga sempat-sempatnya senyum sambil makan makanan yang pedas.
“ Wa ” Panggil Esya yang bersandar di sandarak kursi.
“ Gua aja yang jadi bapaknya. Lu jadi femme gua ” lanjutnya yang mendapatkan lemparan saus sasetan yang masih tertutup rapat.
“ Jangan ngaco. ”
T B C
谷
KAMU SEDANG MEMBACA
The Missing Puzzle Piece ✔
Teen Fiction[ Cerita 4 ] Awan terkejut bukan main setelah melihat alat tes kehamilan yang digunakannya menunjukan dua garis merah, yang itu artinya ia sedang mengandung. Namun potongan ingatan dua bulan lalu seakan menghilang, Awan tidak tau siapa dan seperti...