32 | gaada judulnya.

306 26 0
                                    

Awan sedang duduk disatu kursi yang berhadapan langsung dengan tembok yang sudah ditempeli oleh empat foto laki-laki yang salah satunya adalah pelaku atas kehamilannya.

Tembok itu sudah semakin penuh dengan notes yang bertuliskan petunjuk. Namun perhatian Awan teralih pada foto Bisma yang berada di paling pojok.

Ingatannya berputar lagi pada beberapa jam lalu tepatnya saat perkelahian Bisma dan Raindra.

一 

“ Munafik lo anjing ” Teriak Bisma saat menguasai perkelahian.

“ Gua tau lo pernah 一”

“ Pernah? ” Tanya Awan setelah ucapan Bisma terlintas difikirannya.

“ Pernah apa? ”

ck,, si Hujan sih! ” yang terlebih dulu memukul wajah Bisma, jadi ucapan lelaki itu terpotong. Awan penasaran dengan ucapan Bisma.

Apa ia tanyakan saja? Ah, Awan terlalu malas untuk melakukannya.

Sepertinya segelas susu coklat bisa mengurangi pusing kepala. Awan mendirikan tubuhnya lalu keluar dari ruang investigasi, mengunci ruangan itu dan menaruh ketempat biasa. Kakinya melngkah keluar, meninggalkan kamar dan pergi menuju dapur.

Saat sedang asik meneguk susu coklat Arvin, kakak laki-lakinya lewat dengan wangi parfum yang sangat menyengat.

“ Mau kemana? ” Tidak biasanya Arvin berpakaian rapi selain ingin berangkat magang.

“ Main dong ” jawab Arvin lalu pergi berlalu meninggalkan Awan yang masih memegang gelas kosong sisa susu coklat.

Gadis itu menaruh pegangannya lalu berlari kecil membuntuti Arvin, tangannya menarik belakang baju kakanya itu “ Ikut ” Pinta Awan, wajahnya sudah dibuat sedemikian rupa agar Arvin iba dan mengijinkan ikut.

“ Dih, main sama temen lu sana ”

Awan menekuk bibirnya kebawah “ Gapunya temen~ ” sebenarnya hanya akal-akalan agar bisa ikut. Habisnya Awan bosan dirumah, ingin mencari hiburan sejenak.

“ Raindra? ”

Awan mendengus lalu berlari mendahului kakanya, mengambil kunci mobil milik Arvin dan menyembunyikan dibalik tubuhnya.

“ Jangan mengadi-ngadi. Balikin sini ” pinta Arvin

“ Dibalikin kalo diajak ” Balas Awan.

“ Gak, sini balikin ”

“ Ajak aja kak, berisik bunda dengernya ” Sahut bunda yang terganggu karena dua anaknya itu terus saling berteriak bersautan.

Awan memeletkan lidahnya, lalu berjalan keluar rumah, masuk kedalam mobil Arvin dan duduk disebelah kursi kemudi.

Sedangkan Arvin sudah memasang wajah marahnya, lelaki itu masuk kedalam mobil, sebelum mesin dinyalakan Arvin melempar tatapan maut pada adiknya yang satu ini.

“ Hp gua dimana ya ” Awan merogoh kedua saku rok nya. Ia baru sadar, benda pipih itu tidak dipegangnya lagi.

“ Mampus, ilang ” Sahut Arvin, Awan hanya mengangkat bahunya. Handphonenya pastintidak hilang, hanya saja terselip. Buktinya ia tidak panik, kalau panik baru hilang.

Dugaan Awan kalau Arvin akan nongkrong bareng temennya yang cece- kece abis ternyata salah. Kakanya ini malah menemui perempuan yang sudah ada terlebih dulu di dalam mall.

Padahal Awan ingin cuci mata, teman kakaknya ini bisa dibilang visual semua. Awan sudah pernah bertemu saat temannya Arvin main kerumah.

Dan jadinya Awan menjadi kambing conge, membuntuti kakanya yang sedang pacaran.

Awan menghentikan langkahnya ketika berada di toko yang menjual baju dan perlengkapan baby, tangannya mengelus perut buncitnya. Tanpa asadar Awan tersenyum dan kakinya melangkah masuk memasuki toko pakaian dan perlengkapan baby.

Ia memegangi popok dengan gambar beruang, lalu mengambil sarung tangan ukuran sangat mini yang lucu.

“ Ada yang bisa saya bantu? ”

Awan menonggak, menoleh pada perempuan yang ditebak adalah penjaga toko ini “ Ah, ngga mba ” tujuan Awan juga hanya ingin melihat.

Setelah meletakan kembali barang yang dipegang Awan keluar dari toko dan mencari keberadaan kakanya. Matanya menoleh kekanan dan kekiri, jejak Arvin sudah tidak ditemukan lagi.

Dan bodohnya Awan baru sadar kalau tidak membawa handphone.

“ Ck ” ia berdacak kakinya terus berjalan mencari keberadaan Arvin dan pacarnya itu. Hingga beberapa menit, dan Awan sudah lelah.

Awan beralih untuk duduk di kursi kosong yang berhadapan dengan tempat bermain anak, matanya jeli memperhatikan anak kecil yang tertawa dengan teman sebayanya.

Saat sedang asik memperhatikan pergelangan tangan kirinya tiba-tiba ditarik. Awan terkejut dan melihat siapa orang itu.

“ Ayo pulang ” kata Arvin dengan tangan yang masih menggenggan pergelangan tangan Awan.

“ Tapi pacar lu? ”

Arvin tidak mendengarkan, tangannya menarik dan berjalan keluar dari kawasan mall. Awan sama sekali tidak tau kenapa kakanya ini berlagak aneh, maksudnya Arvin terasa beda 一jadi lebih ketus. 

“ Lu marah karena gua ikut? ” tanya Awan namun tidak ada jawaban dari Arvin.

“ Habis diputusin ya? ” dan masih tidak ada jawaban dari kaka laki-lakinya itu.

Disepanjang jalan diam, malah kini Arvin menambah kecepatan mobilnya menjadi jauh lebih cepat. Jujur saja Awan takut, ia yakin Arvin sedang marah.

T B C













The Missing Puzzle Piece ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang