09 | Zervandio

506 35 0
                                    

Laki-laki dengan setelan seragam putih abu dan menggunakan tas punggung berwarna hitam membalikan tubuhnya perlahan.

Memperhatikan orang yang baru saja menarik tas miliknya, halisnya berkerut karena bingung.

" Jadi lo!? "

" Apa? " laki-laki dengan nametag Zervandio Farderue menyeringit, tidak mengerti maksud dari lawan bicaranya.

Sedangkan Awan yang masih dengan posisi tangannya memegang ujung tas Zervan membuka mulutnya tidak percaya.









Jadi laki-laki klise yang ada diingatannya itu adalah Zervandio, Awan sedikit tidak percaya namun pagi ini hanya orang itu yang menggunakan parfum mint malah sangat menyengat.

" Dari sekian banyak cowo satu angkatan, dan Zervan pelakunya? " Esya juga masih tidak percaya.

Wajar saja mereka bersikap seperti itu, karena Zervandio yang mereka tau pernah diisukan belok atau lebih jelasnya suka sesama jenis.

Memang yang Awan perhatikanpun Zervan tidak pernah bergaul dengan perempuan, kenapa Awan bisa tau karena Ia dan Zervan satu eskul - basket. di dalam eskul juga Awan tidak banyak bicara dengan Zervan kecuali kalau memang ada susuatu yang penting.

" Gua ga yakin tapi cuma dia yang pake parfum mint Sya " Awan menggaruk kepalanya, sungguh ia tidak melihat jelas rupa laki-laki yang memberikannya jas malam itu.

Kalaupun emang benar Zervan, kenapa laki-laki itu tadi bersikap seolah tidak pernah terjadi apapun. atau sekedar merasa tidak nyaman saat berada didekat Awan.

" Awan! "

Sontak Awan dan Esya menoleh bersamaan, perempuan dengan rambut pendek berjalan mendekat pada mereka.

" lo gak buka grup eskul ya? " Tanya perempuan rambut pendek itu. Awan mengangguk sebagai jawaban. jangankan buka grup kelas, kalau ada sesuatu yang penting harus telfon dulu baru ditanggapi.

" Kenapa emangnya ra? "

Azura menarik kursi kantin yang kosong disebelah Esya " jadi basket putri ada kompetisi dua minggu lagi. lu ikut, udah gua list " Ucap kapten basket putri SMA Suli itu.

Reaksi Awan tentu saja kaget, bagaimana bisa ia mengikuti pertandingan kalau ia saja sedang berbadan dua

" Gua ijin ga ikut dulu boleh ngga? "

" Loh, kenapa? Biasanya heboh banget kalo ada lomba " Tiba tiba saja sekarang menolak

" Gaapa sih " Muatahil kan kalau ia bilang alasan yang sebenarnya.

" Ayodong Waa! Anak lain gapada mau katanya sibuk. Mau gua batalin tapi proposal lomba udah sampe kepala sekolah~ "

Awan menggaruk kepalanya untuk yang kesekian kali. Awan kurang unggul di mata pelajaran kelas namun aktif di ekstrakulikuler. Sudah pernah mendapatkan medali juga saat tanding tingkat kota

" Lu ga mau ambil lomba itu kan, wa? " Tanya esya, namun awan menggeleng

" Yaudah gua mau ikut Ra "


" lu beneran wa? " Tanya Esya lagi dan Awan mengangguk sebagai jawaban lagi.

" Gaapa kali, lagian Azura bilang anak lain gapada bisa. Kalo bukan gua siapa lagi? "

Esya membuang nafas panjang " Tapikan wa, lu lagi haㅡ "

" Sst! Jangan berisik, kasian teman yang lain keganggu "

Awan dan Esya membenarkan posisi duduknya " Maaf pak " ucap mereka bersamaan.

Namun tidak sampai disitu, Esya masih saja menceramahi Awan sampai jam pelajaran habis dan bel pulang sekolah berbunyi.

" Guatuh kawatir sama lu Awan " Kata Esya yang entah kesekian kali. Memang, ia kawatir kalau Awan kenapa-napa apalagi usia kandungan awan masih beberapa bulan.

Tapi Awan tetap bersikeras mengikuti lomba itu " Gua ga selemah yang lu kira kali, udah ah. Lagian, hidup gua udah ancur, waktu semua orang tau gua hamil sat itu juga gua kehilangan apa yang gua milikin sekarang, termasuk eksistensi gua di sekolah. Gua harus manfaatin lomba ini sebaik mungkin "

Esya menatap lamat manik mata perempuan yang ada disebelahnya, bisa ia lihat tatapan kesedihan dan harapan.

" Biarin yya? Zervan juga bakal gua mintai pertanggung jawaban "

" Okey, semua keputusan ada di tangan lu. Gua ga nahan lagi, tapi jangan bilang hidup lu hancur lagi, gua sesek dengernya " Esya menekuk bibirnya kebawah, lalu memeluk tangan Awan.

" Emang kenyataannya gitu. Guatuh hina banget Sya "

" Sstt ㅡ udah " Jari telunjuk Esya diletakan di depan bibir Awan. Sudah cukup, dengan mendengarnya saja membuat perasaan Esya mendadak tidak enak.

" Woy Wawan! Bareng kaga? "

Awan memalingkan wajahnya pada Raindra yang berada didekatnya " Duluan aja, gua ngumpul eskul dulu "

" Yaudah. Gua duluan, traktir ayam geprek jangan lupa ye "

" kapan-kapan "

Raindra mengusap wajah Awan menggunakan tangan kirinya, sang empunya langsung menjauhkan tangan itu dari wajahnya.

" Tangan lu bau terasi Hujan! " teriakan Awan membuat Raindra tidak bisa menahan tawanya dan pergi berlari kabur dari jangkauan Awan.

" Gua duluan ya " Ucap Esya, karena Awan ada kumpul dengan anak basket ia pulang duluan. Fyi Esya tidak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler apapun.

" hati-hati "Awan berteriak setelah Esya berpamitan dengannya. Setelah tidak bisa lagi dijangkau oleh penglihatannya Awan membalikan badan dan berjalan menuju kantin. Karena di tempat itu anak-anak lomba kumpul untuk membahas tentang jadwal latihan.

















Jam sudah menunjukan pukul enam brlas lewat lima menit, Awan dan tim basketnya masih setia merapatkan jadwal latihan. namun pandangan Awan tidak terfokus pada diskusinya matanya tertuju pada laki-laki yang sedang menulis di hadapannya saat ini.

Zervandio, bisa-bisanya laki-laki itu bersikap biasa saja dan seperti tidak terjadi apa-apa .

" Jadwalnya nanti gua share di grup, oke? " Akhir Azura lalu menutup layar laptopnya. Setelah satu jam berdiskusi akhirnya jadwal latihan dibuat, dan dua minggu ini tim basket putri akan sibuk dengan jadwal latihan.

" Gua balik duluan ya " Zervan berdiri dari duduknya, tas hitam dan baju seragam bau parfum mint masih setia melekat di tubuhnya.

" Yoo, makasih ya udah dateng pak sekre "

Zervan berjabat tangan dengan orang yang ada ditempat ini, dan saat sudah berada di depan Awan laki-laki itu hanya melirik wajahnya dan berjalan menjauh, hanya tertahan tiga detik mereka bertatapan.

Sampai di rumah Awan membuka ruang investigasinya dan berjalan mendekat pada papan putih yang sudah dipenuhi oleh beberapa foto dan notes.

" Zervan, lu harus ikut pusing atas kehamilan ini"

T B C

The Missing Puzzle Piece ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang