11 | Ingatan yang Salah

496 41 0
                                    


“ Lu bilang apa tadi? Tanggung jawab? ”

“ Tanggung jawab apaan? ”

Awan menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal sama sekali. Ia jadi bingung, antara bilang atau tidak.

“ Cepet ”

“ Nanti besok aja Zer ” pertarungan didalam batin antara mengatakan yang sebenearnya atau tidak akhirnya dimenangkan oleh tidak. Kasihan, zervan sedang berduka  “ Gua turut berdukacita, ya ” Sambungnya.

“ Makasih. Gua duluan ” Lalu Zervan berjalan menjauh dari Awan.

“ Gua bener kan? ” Tanya awan pada dirinya sendiri. Dan acara menungkap pelaku kehamilannya ditunda satu hari lagi.

Selepas bel pulang sekolah berdering semua siswa mulai berhamburan keluar dari ruang kelas, untuk pulang kerumah masing-masing.

Pergi saat matahari terbit, dan pulang saat akan tenggelam. Memang sistem fullday membuat siswa sesak, namun sudah itu peraturan barunya. tugas pelajar hanya belajar, pemerintah juga sedang berusaha membenahi sistem pendidikan di Indonesia. 

Awan naik ke atas motor gede Raindra Walau sedikit kewalahan karena rok Awan ketat dan pendek.

“ Makanya pake pakean jangan yang sempit mulu ” Cibir Raindra dan mulai memajukan motornya meninggalkan lingkungan sekolah.

Setengah jam diperjalanan akhirnya motor Raindra masuk kedalam komplek rumahnya. Dijalan cukup ramai tadi, mungkin karena berbarengan dengan jam keluar kerja dan sekolah. 

“ Stop woy ” Awan menepuk-nepuk pundak Raindra. Pasalnya rumahnya sudah kelewat malah dan motor yang dikendarai belum berhenti.

“ Gua mager jalan plis ” Lanjutnya, karena Raindra malah memarkirkan motor di halaman rumahnya yang ada tepat disamping rumah Awan.

“ Cuman kesitu buset dah ”

Awan mmenginjak kaki Raindra, padahal tinggal berenti di rumah samping. jalan juga butuh efort yang besar kalau keadaan sedang mager.

“ eh, ini bau apa deh ” Awan mengendus bau enak dari dalam rumah Raindra. Seperti bau bakaran daging  “ Numpang makan ah ”

Raindra menggeleng, Sepertinya Awan si pemakan segalanya sudah kembali lagi.

“ Mama! Masak sate iya?! ”

Perempuan yang sedang membalik-balik bakarannya menoleh pada Awan yang berteriak, bibirnya terangkat tersenyum “ Iya wa, makan disini ya ”

Awan duduk di pantry dapur,  memperhatikan mama Raindra yang sedang membalikan sate ayam “ Pasti itumah ”

“ Bunda udah masak? ”

Awan menggeleng “ Gatau, Awan belum sampe rumah ”

“ Ih, kabarin dulu orang rumah. Nanti dicariin ”

Setelah itu Awan merogoh handphoenya dari dalam saku rok, menyalahkan data untuk menchat bundanya. Padahal teriak doang kedengeran sih, tapi Awan mager keluar terus masuk lagi ke rumah Raindra.

          Tling,

+ 628 021
Tadi lu mau minta

tanggung jawab apaan?

Awan melihat foto profil nomer yang menghubunginya tadi. Dan benar dugaannya, ini adalah Zervan.

nanti aja.
sekalian mau ada yang di obrolin

zervan :
sekarang gua bisa. kedai bang Ano deket sekolah.

eh, jam tujuh aja...

zervan :
oke







kedai bang ano, Awan melihat tulisan itu di plang depan tempat klasik yang cukup ramai ini.

Awan melangkahkan kakinya masuk kedalam kedai, matanya melirik ke kanan dan kiri mencari keberadaan Zervan yang katanya sudah datang terlebih dulu.

“ Zer! ”

Laki-laki yang duduk di pojokan ruangan menonggak lalu melambaikan tangannya. Awan berjalan mendekat dan duduk tepat dihadapan Zervan.

Kalau boleh jujur, Awan sedang gugup sekarang. Zervan yang selalu berpakaian rapi dan diisukan gay kenapa malam ini sangat tampan.

“ Lu mau ngomong apa ” Zervan to the point.

“ gua mau tau, ada kejadian apa dua bulan yang lalu ” biar Zervan berfikir dulu. Dan tidak sok tidak tau apa-apa padahal mereka sudah melakukan suatu yang salah.

“ Night party, masa lupa? ”

Zervan diam beberapa detik dan setelahnya memfokuskan pandangannya pada Qwan “ oh itu, ”

“ oH ITU? ” Awan mengulangi ucapan Zervan sebelumnya dengan berteriak. Hanya OH ITU jawaban dari seorang yang membuatnya hamil.

“ Ada apa emangnya? ”

“ Malah balik nanya bapaknya ”

“ Lu ga ngerasa abis ngelakuin sesuatu gitu? ”

Zervan menyeringit “ hah? ”

Awan memijat pelipisnya habis itu membenarkan posisi duduk ㅡmendekatkan dirinya pada Zervan
“ lu naro jas di badan gua dan ”

“ Dan cium bibir gua, masa lupa sih anjir ”

Zervan mengedipkan matanya berkali-kali. Dengan posisi diam mematung membalas tatapan Awan.

“ Ggua emang naro jas di badan lu, tapi yang kedua kayanya lu salah deh ”

“  salah? Ngga ngga! Gua inget itu lo, yang cium bibir gua ” Awan semakin meninggikan oktaf suaranya, membuat beberapa pengunjung kedai menoleh dengan tatapan bingung.

“ Jadi lu mau minta tnggung jawab soal itu? ”

Awan mengangguk serius.

“  Gua emang bukan orang baik tapi gua ga mungkin ngelakuin hal kaya gitu ”

“ Kenapa lu naro jas di badan gua? ”

“ Gaun lu terlalu pendek, gua liat lu juga ga nyaman pakenya. Wangi parfum gua emang nempel, mahal soalnya ”

Awan menatap memperhatikan Zervan yang sepertinya sedang tidak berbohong. Iya juga tidak yakin Zervan pelakunya. Tapi kalau bukan Zervan siapa? Hanya sampai situ ingatannya

“ Lu tau ga siapa aja yang gua temuin di pesta itu? ”

“ Mana gua tau, emang gua pembokat lu? ” Zervan balik bertanya, lalu meminum jus semangka yang sebelumnya dipesan.

“ tapi pas gua tinggal ambil minum lu udah gaada di tempat sebelumnya ” Lanjut zervan setelah menelan jus semangka.

“ Gua liat lu jalan di tuntun cowo terus masuk kedalam toilet cewe ”

Awan membulatkan matanya kaget “ Siapa? Siapa cowo itu?! ”

“ Gua gabisa liat jelas soalnya jarakjauh juga dari arah belakang ”

“ gua gatau siapa tapi yang gua tau cowo itu pake jas biru sama jam rolex ditangan kanannya ”







T B C

The Missing Puzzle Piece ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang