31 | Perkelahian

329 34 1
                                    

Bugh!

Satu pukulan tepat pada wajah Bisma. Raindra yang kalut dengan emosi mencengkram kerah baju Bisma yang sudah terjatuh kelantai,

Bugh!

Bisma mendorong Raindra yang berada didepannya lalu berbalik meninju dan menendang tubuh orang yang tiba-tiba memukuknya itu.

Awan yang terkejut hanya diam memandangi pak mandangan itu, detik kemudian ia berusaha memisahkan namun dua orang laki-laki itu sudah berada dipuncak emosi, mereka saling memukul.

“ Munafik lo anjing ” Teriak Bisma saat menguasai perkelahian.

“ Gua tau lo pernah 一”

Bugh!

Raindra memukul wajah Bisma cukup keras hingga darah keluar dari sudut bibirnya.

“ Tolongg! ”


Setelah perkelahian itu Raindra dan Bisma duduk bersebelahan didepan kepala sekolah dan guru bimbingan kesiswaan.

Awan ikut serta berada diruangan ini, sebab ia saksi dan sumber dari perkelahian.

“ Sebenarnya ada apa? ” Tanya Guru BK tegas,

“ Orang ini dulu yang mukul saya pak! ” Kata Bisma, Raindra berdiri dan meraih kerah baju Bisma, tangannya sudah mengepal siap mendarat pada wajah itu,  namun terlebih dulu ditahan oleh beberapa guru.

“ Saya mukul dia ada alasannya pak! Saya lihat si banjingan ini mau melecehkan Awan ”

Beberapa guru yang hadir berbisik dan Bisma hanya tersenyum meremehkan mendengarnya.

“ Benar itu Awan? Bisma mau melecehkan kamu? ” Tanya kepala sekolah pada Awan yang duduk di samping Raindra.

Awan mencengkaram roknya cukup kuat lalu menonggak, melirik pada kepala sekolah. Lambat laun awan mengangguk

Netra Awan lalu menoleh pada Raindra yang sudah babak belur karena berkelai dengan Bisma. Walau begitu Raindra malah tersenyum tipis,

Selanjutnya masalah ini berlanjut, pihak sekolah berusaha mencari bukti lewat CCTV dan berita tentang Awan yang akan dilecehkan tersebar keseluruh sekolah.

Orangtua Bisma dan Awan dipanggil kesekolah untuk menyelesaikan kasus ini. Awan sudah bilang kalau ia tidak apa, toh orangtua bisma sampai berlutut untuk meminta maaf.

Ayah awan yang datang berusaha memaafkan, dan hanya meminta hukuman untuk Bisma.

Karena itu Raindra dan Awan diijinkan pulang. Lebih awal

Pulang sekolah Awan segera masuk kedalam rumah, menarik tangan Rindra ikut, ia sudah tau dirumah tetangganya itu sedang tidak ada orang.

Bunda menarik tangan Awan untuk memeluknya, ia sudah tau masalah itu lewat telfon “ Syukur kamu ga kenapa Wa ” ucap bunda lalu melepaskan pelukannya.

Bunda lebih terkejut saat melihat kondisi Raindra yang babak belur “ Yaampun Rai ”

“ Raindra gapapa bun ”

“ Awh! 一 ” Ringis Raindra setelahnya.  Karena merasa ada pukulan di tangan kanannya.

“ Katanya gapapa ” Awan sipelaku atas pukulan itu mengejek.

“ Ya jangan dipukul juga Wawan ” Pedotes Raindra. Awan dan bunda tertawa kecil.

Karena kasus ini ayah juga ikut pulang, harusnya ada rapat tapi mendengar kabar tidak mengenakan itu ayah lebih memilih menemani putrinya.

“ Bunda ambil p3k sama air dulu ” Kata bunda.

“ Udah ayah bawa, nih ” Ayah memberikan kotak p3k pada Awan yang duduk disebelah Raindra.

“ kamu mantan anggota PMR kan? Coba ayah pengen lihat kamu menangani Raindra ”

Awan mengencangkan ikatan rambutnya lalu memegang tangan Raindra agar menghadap padanya. Awan berdecak melihat wajah penuh memar itu dari dekat.

Dibandingkan Bisma, wajah Raindra jauh lebih babak belur. Wajar sih Bisma disebut berandalan, laki-laki itu jago berkelahi.

“ Aduh! ”

“ Ih lebay banget sih, belum juga kena ”

Awan lalu menempelkan kapas yang terlebih dulu diberi alkohol di dahi Raindra, membersihkan sisa darah yang sudah mengering “ kalo gabisa berantem mending jangan mulai, gini kan jadinya ”

Raindra mendecih “ Terus gua harus diem gitu lu diperlakuin kaya tadi? Gila aja ”

Tidak sadar Awan mengukir senyumnya lalu berdehem lalu melanjutkan lagi mengambil obat merah dan mengoleskannya didahi Raindra.

“ Inget ya Wa, gaada yang bisa nyentuh lo, bikin lu sakit. Kalo ada suruh langkahin gua dulu ”

“ Heleh, lawan Bisma aja meleyot ” Ejek Awan dan Raindra memasang wajah seperti berkata what the fuck.

“ Canda Hujan. Makasih ya ” Lanjut Awan lalu menekan kapas dengan obat merah itu hingga membuat Raindra berteriak karena merasa perih.

Ayah menoleh pada bunda yang datang sambil membawa nampan berisikan minum, mereka lalu tertawa geli, Awan dan Raindra memamg tidak pernah berubah.

Selesai memgobati luka Raindra Awan membantu lelaki itu untuk pulang. Sesampaimya dirumah orangtua Raindra sangat terkejut.

Raindra memcoba menjelaskan dan Awan ikut diintrograsi oleh orangtua Raindra.

“ Syukur kalo kamu gapapa Wa ” ucap mama Raindra .

“ Bagus, ini baru anak papa ” Papa Raindra menepuk pundak anaknya bangga, sedangkan yang ditepuk meringis karena kesakitan.

“ Awan pulang dulu ya ma, pa. Takut bunda cariin ”

Setelah mencium kedua punggung tangan orangtua Raindra Awan keluar dari rumah itu.

Sedangkan Raindra berdiri dari duduknya, mamanya membelikan makanan favoritnya katanya. Bersamaan dengan itu ia merasa ada yang jatuh didekat kakinya

“ Eh, ” sebuah ponsel dengan casing ungu soft, Rainra sudah yakin ini milik Awan.

Ting!

Esya :
Kalo bukan Bisma terus siapa ayah dari bayi yang lagi lu kandung wa?

T B C

The Missing Puzzle Piece ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang