Selepas pulang sekolah, Esya dan Awan segera pergi ke tempat nught party dua bulan yang lalu. Awan tidak mengingat kalau ia pernah ketempat itu sebelumnya.
Untungnya Esya masih hafal jalan dan tempatnya. Taksi kami berhenti di depan hotel yang cukup luas dan mewah.
" Ini tempatnya? " Tanya Awan ragu.
Esya menoleh ada temannya itu " Iya ini. Lu bener ga inget apa gimana sih wa? "
Awan mengangguk pasrah. Setelahnya keluar dari dalam mobil dan masuk kedalam lingkungan hotel.
" Gua bener-bener ga inget "
Mereka berjalan menyusuri lobi hotel, hingga sudah berada di depan pintu besar yang terbuka lebar. Sepertinya sedang diadakan pesta pernikahan,
Aula ini juga tempat night party ulangtahun Evander dua bulan yang lalu. Jangan terkejut karena diadakan di hotel mewah, karena Evan dikenal sebagai anak sultan di SMA Suli.
" Boleh minta undangannya? " Dua orang yang berjaga di depan pintu menahan Esya dan Awan.
" Hah? Undangan? " Awan menoleh pada Esya. Ia tidak tau kalau mau masuk kedalam ruangan ini harus membawa undangan.
" Undangannya ketinggalan pak, suer deh. Ini saya temennya mempelai wanita "
" Noh, Hai dita! " Esya melambaikan tangannya pada perempuan dengan gaun pengantin yang sedang mengobrol dengan beberapa orang.
Mempelai perempuan itu mengangkat sebelah tangannya dan tersenyum. Membuat dua penjaga percaya dan memberikan akses untuk Awan dan Esya masuk.
" Lo kenal sama pengantinnya? " Bisik Awan pada Esya.
" Ngga lah. Tadi cuma ekting doang " Esya juga refleks melakukan itu. Untungnya mempelai perempuan itu menanggapi sapaannya.
" Kok tau nama mempelai wanitanya? " Tanya awan lagi. Esya menghentikan langkahnya ㅡ menatap mata sahabatnya itu.
" di depan ada plang gede kali Awan, sini cepet " Esya menarik tangan Awan, mereka mengendap hingga sampai di sisi gedung.
Suasana yang ramai sedikit mengganggu mereka, namun itu bisa membantu Awan mengingat tentang kejadian duabulan yang lalu. Karena suasana saat itu persis ramai seperti sekarang.
谷
" Biar gua jelasin ada apa aja di ruangan ini dua bulan lalu "
Awan mengangguk, memfokuskan pandangannya pada setiap sudut ruangan yang besar nan bersinar ini. Siapatau ingatannya kembali, dan ia bisa mengambil jalan keluar atas masalahnya sekarang.
" Gua dateng sama lu, dianter Kak Arvin pas jam sembilan malam "
" Kak Arvin nganter kita? Serius? Kok dia mau sih? " Tanya Awan beruntun. Ia tidak tau kakaknya itu mau Repot-repot mengantar mereka ke pesta.
" Iya, dengerin dulu " sinis Esya. Biar dia menceritakan semuanya dulu, takut keburu lupa.
" Habis sampai kita langsung kasih selamat sama Evan di, sini " Esya membawa Awan bereiri di dekat pintu masuk.
" Terus kita kumpul sama anak kelasan di sini " kali ini Esya mengajak Awan duduk di kursi yang tertata rapi.
" kita jalan ke depan watu Evan mau mulai pestanya " Mereka berjalan hingga berada di depan panggung besar di tengah ruangan.
" terakhir, kita kepisah di temat ini. Gua gak tau lo kemana dan sama siapa " Akhir Esya. Hanya saat itu ia bersama dengan Awan. Setelah Evan memulai pesata dan mempersilahkan untuk memakan hidangan yang disediakan Esya tidak melihat Awan lagi. Sampai pulangpun mereka tidak bertemu.
" Lu inget ga? Lu kemana pas pisah sama gua "
Awan memegangi kepalanya dengan kedua tangan, mencoba mengingat sepenuh tenaga. Namun nihil, ia tidak bisa.
" gua ga inget Esya. Gua gatau " Awan prustasi. Lalu melihat kesekeliling tempat ini. Mereka menyusuri sudut demi sudut ruangan berharap Awan menemukan potongan ingatannya yang hilang.
" Ingetan lu ga mungkin dihapus sama pak pom kan wa, " gumam Esya
Mereka berjalan menyusuri setiap sudut temat ini, samai ke toilet dan gudangnya pun. Namun Awan tetap tidak mengingat apa-apa.
谷
Jalan terakhir yang bisa mereka lakukan adalah meminta rekaman kamera CCTV di aula night party dua bulan lalu.
Mereka berdua pergi kebagian resepsionis, memohon agar mendapatkan rekaman itu.
" Maaf mba, kami tidak bisa memberikan asal rekaman cctv. Memang peraturannya seperti itu. Kalau mau boleh membawa surat perintah dari pihak berwajib "
" Tapi mba, ini gawat banget. Menyangkut masadepan saya "
" Maaf, memang sudah seperti itu peraturannya "
Esya dan Awan membuang nafas berat, mereka duduk di ruang tunggu yang berada di sisi hotel.
Awan mengacak rambutnya, kenapa semua seperti diersulit. Bagaimana bisa tau ayah dari anak yang ada dirahimnya sekarang .
" haduh gangerti lagi gua. Masa harus lapor polisi dulu gitu? " Gerutu esya. Dirinya bersandar di sandaran sofa sambil meijit pelipisnya yang pening.
Esya menoleh pada Awan. Ia bisa merasakan juga bagaimana putus asanya Awan sekarang. Kehidupannya dipertaruhkan disini.
Esya berubah menjadi duduk disebelah Awan, menepuk punggung perempuan itu pelan " Nanti kita cari lagi, siapatau ada jejak yang tertinggal. Kita pasti nemuin pelaku dari kehamilan lu ini " Esya menenangkan.
Sedang Awan bersandar di sandaran sofa, matanya tertuju pada orang-orang yang lalu-lalang dihadapnnya. Tangannya terulur untuk mengelus perutnya yang sebentar lagi akan membesar.
" kalo perut gua udah gede gabakal bisa pake gaun lagi kali ya " Ucap Awan sedikit merengek, bibirnya dipoutkan ia membayangkan dirinya yang hanya bisa memakai daster saat keluar dari rumah. Penampilan kusut yang tengah menjadi ibu rumah tangga
" Gaun " Esya mengulang ucapan Awan ketika perempuan dengan gaun putih lewat dihadapan mereka
" Gaun! " Teriak Awan, mampu menyadarkan Esya dari lamunannya.
" Gaun yang gua pake waktu hari itu! " Lanjut Awan. Siapatau lewat gaun itu ia bisa menemukan petunjuk, atau jejak dari tersangka pelaku kehamilannya.
Esya yang sudah tau maksud dari Awan, menjentikan jarinya " Pinter! "
" Gua emang pinter " Awan mengibaskan rambutnya kebelakang . Mengsombongkan kepintarannya.
" Kadang " Sambung Esya membuat ekspresi Awan murung lagi.
" Tapi? Apa gaun itu masih ada? " Esya, bagaimana mereka bisa menemukan gaun kalau Awan saja tidak tau kejadian hari itu.
" Bunda " Lanjut Awan terus menarik senyumnya. Ia tau bunda pasti menyimpan gaun itu, bunda bukan orang yang buang-buang barang sembarangan apalagi milik awan. Pasti bunda bertanya dulu sebelum mengapa-apakan barang miliknya. Tak terkecuali gaun yang dipakai saat night party.
Dan dirunah hanya bunda yang memperhatikan tentang pakaian.
Awan menemukan setitik cahaya terang, dan semoga dengan gaun yang ditemukannya bisa mempermudah pencarian pelaku kehamilannya.
T B C
谷
KAMU SEDANG MEMBACA
The Missing Puzzle Piece ✔
Fiksi Remaja[ Cerita 4 ] Awan terkejut bukan main setelah melihat alat tes kehamilan yang digunakannya menunjukan dua garis merah, yang itu artinya ia sedang mengandung. Namun potongan ingatan dua bulan lalu seakan menghilang, Awan tidak tau siapa dan seperti...