Awan sedang didorong oleh korsi roda untuk keluar dari dalam rumahsakit. Sebenarnya dokter menyarankan untuk bedrest di rumah sakit tapi Awan menolak ia ingin pulang saja. Ia juga tau kalu tadi sempat pendarahan. Syukurnya bayinya tidak kenapa. Ia juga sudah berjanji tidak akan melakukan hal yang berbahaya lagi.
" Inget wa, bedrest. Jangan banyak aktivitas, ijin ga sekolah buat beberapa minggu " Ucap Esya lalu menghentikan kursi rodanya.
" Iya. Tapi gua bingung kalo ditanya sebenernya gua kenapa , jawab apa? "
" Emm 一"
" Bilang aja pusing gara-gara kurang darah. Kata dokter jangan banyak aktivitas kuranglebih semingguan "
Awan menggigit bibir bawahnya " Semoga, semoga semua orang percaya apalagi bunda "
Esya dan Awan masuk kedalam mobil yang sebelumnya dipesan lewat ojek online. Sengaja tidak meminta jemputan orang rumah, takutnya diintrograsi.
谷
"Gua bantu" Esya memegangi tangan Awan untuk berjalan memasuki rumah dengan pagar yang sudah terbuka setengahnya.
Baru berjalan beberapa langkah masuk kedalam kawasan rumah Bunda dan ka Arvin menyusul, membantu Awan berjalan hingga masuk kedalam rumah.
" Kamu baik-baik aja kan? " Tanya bunda pada anak gadisnya yang sudah duduj di sofa, wajar bunda bertanya begitu Awan masih sangat pucat
Bunda mendapat kabar dari pelatih estrakulikuler kalau Awan cidera dan dibawa kerumah sakit oleh Esya saudaranya. Saat bunda menelfon tidak ada jawaban baik Esya maupun Awan.
" Iya bun. Cuma pusing aja " Balas Awan lalu berusaha tersenyum, meyakinkan bunda kalau dirinya baik-baik saja.
" Dokternya bilang Awan gaboleh banyak aktivitas sebelum kondisinya baik " Sahut Esya, bunda membuang nafas lega lalu mengelus rambut anaknya sayang.
" Gimana? Menang or kalah? " Tanya Arvin yang datang mendekat sambil membawa segelas air untuk adiknya.
" Menang dong! " Sombong Awan, Arvin tersenyum bangga sambil mangut-mangut.
" Harusnya sih dapet satu point lagi, tapi Awan keburu diselengkat terus jatoh " Sahut Esya dan Awan mengangguk mengiyakan.
Brak..
" Esya! Parah banget gua ditinggal kaya anak pungut di gor " Omel Raindra sambil menekuk kedua tangannya dipinggang.
Esya tertawa saja, habisnya lucu juga mengingat kejadian itu.
" Yamaaf kan buru-buru "
Raundra yang masih menggunakan baju seragam misuh-misuh sambil berjalan mendekat pada kerumunan orang.
" Maen ps yu Rai " Kata Ka Arvin yang tidak tau situasi.
" Kuy. Eh 一 ga magang lu bang? "
" Ga dulu "
Arvin dan Raindra pergi naik kelantai dua untuk main ps katanya. Padahal adiknya sedang sakit gini, malah ngajak tamu main game.
Tepat seyelah itu Pintu kembali terbuka dan menampakan mama Raindra yang datang sambil bawa totebag hijau.
" Kata raindra kamu pingsan? Iya? Sekarang gimana kondisinya? " Tanya mama Raindra lalu mengecek suhu tubuh Awan.
" Nggapapa mah. Cuma butuh istirahat aja "
Mama Raindra mengucap syukur namun diam sebentar " Assalamualaikum, lupa mama " ia lupa mengucapkan kata itu saat masuk kedalam rumah tadi.
Awan Esya dan Bunda tertawa " Waalaikumsalam, santai aja Dir " Jawab bunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Missing Puzzle Piece ✔
Teen Fiction[ Cerita 4 ] Awan terkejut bukan main setelah melihat alat tes kehamilan yang digunakannya menunjukan dua garis merah, yang itu artinya ia sedang mengandung. Namun potongan ingatan dua bulan lalu seakan menghilang, Awan tidak tau siapa dan seperti...