Malam ini tepat di pesta ulangtahun Evander Bramasta, laki-laki itu tampan dengan setelan jas hitam dan rambut kelimisnya.
Hari ini spesial Bagi Evan, lebih spesial lagi karena ada perempuan yang ada tidak jauh darinya.
Evan tersenyum simpul lalu berjalan mendekat pada Awan yang sedang dituntun keluar dari toilet.
" Awan, lu dicari bunda "
" Ayo " Lanjutnya lalu menarik tangan Awan menjauh dari ketua OSIS disekolahnya.
Evan membantu Awan berjalan dengan memgangi pundak gadis itu. Sepertinya mantannya ini sedang berada dibawah pengaruh alkohol.
" Mau gua gendong? " Evan akhirnya, karena lama juga Awan yang sepertinya kesusahan untuk melangkah.
Gadis itu menonggak, mata sayu nya berusaha menatap objek dihadapannya " Jangan macem-macem lu " sinisnya.
Mengerti dengan tolakan Awan, Evan kembali meraih pundak mantan kekasihnya itu untuk berjalan pergi meninggalkan kerumunan orang,
Ucapan Evander soal bundanya yang mencari Awan memang benar, dan kini mereka pergi ke ruangan khusus yang ada di tempat ini, hanya pemilik acara yang tau tempat itu karena memang khusus dibuat untuk istirahat.
Sesampainya didepan pintu berwarna coklat Evander lalu membukanya dan masuk kedalam ruangan luas layaknya kamar hotel mewah.
" Eh Awan, oh my god kamu kenpa? " perempuan parubaya dengan gaun berwarna merah itu mendekat, lalu memegang tangan Awan kawatir.
Sedang Awan yang baru menyadarinya sontak menegakan tubuhnya dan mencium punggung tangan perempuan yang sering ia temui dulu .
" Gapapa bunda, cuma agak pusing aja, aduh maaf ya bun"
Bunda mengambil alih posisi Evan tadi , menuntun awan agar mendekat pada kasur, setelah itu duduk di atasnya
" Minum alkohol ya? " Terka Evan yang memang benar. Lalu laki-laki itu mengambil satu gelas air mineral, memberikannya pada Awan.
" Minum sayang " Titah bunda Evander. Awan menurut saja, lalu menegak satu gelas air mineral itu hingga tandas.
" Bunda kangen banget sama kamu! walaupun udah ngga sama Evan lagi sering-sering main kerumah yaa? " Pinta bunda Evan yang seperti memohon. Awan anak yang baik, bunda Evan saja suka pada pandangan pertama malah sudah membidik Awan sebagai calon menantunya.
Tapi takdir berkata lain. Evan dan Awan berpisah. Awan yang biasanya main setiap hari libur jadi tidak lagi, bunda merasa ada yang hilang.
" Iya bun. Pasti ko "
" Awan lagi sibuk lomba kali bun "
Bunda menatap penuh tanya Awan " Oh ya? Lomba apa? "
" Basket "
" Yaampun kapan? Bunda mau lihat pertandingannya? " Bunda Evander heboh, membuat anaknya hanya terkekeh sambil menggelengkan kepalanya pelan.
" Dua minggu lagi, nanti awan share lokasinya "
Selanjutnya mengobrol tentang apapaun, Awan hanya menjawab seadaanya ketika ditanya. Jujur saja kepalanya masih berat walaupun tidak separah sebelumnya.
" Bunda punya hadiah buat kamu " Kata Bunda lalu mengambil kotak putih yang sebelumnya diletakan di atas meja.
Bunda menyerahkan kotak itu pada Awan " Buka. Semoga kamu suka ya "
Awan hati-hati membuka kotak putih pemberian bunda. Dan yang pertama bisa ia lihat adalah hig heels berwarna biru muda yang elegan dan cantik.
" Wahh... bagus banget " Awan tidak bohong, sepatu ini sangat cantik.
" Coba pakai "
Awan meletakan sepasang hig heels itu dilantai, ia melepaskan sepatu hak pink yang sebelumnya dipakai lalu beralih memakai high heels pemberian bunda.
" Pas! Makasih bunda " Tidak longgar dan sempit sedikitpun. Benar-benar nyaman.
" Sama-sama. Sebenernya bunda tau ukurannya dari Evan, kayanya Evan masih tau segalanya tentang kamu ya Wa " Lankut bunda lalu memegang tangan anaknya yang berada didekatnya.
Evan tersenyum, lalu mengencangkan tali yang ada pada heels yang sedang dipakai mantannnya itu.
" Bunda tinggal sebenatar ya. Tamu udangan sudah sampai " Ucap bunda yang sebenarnya hanya guyonan, agar anaknya dan Awan bisa saling bicara atau yang lebih bagusnyaㅡ balikan.
Sepeninggal Bunda Awan dan Evander hanya saling diam, bingung sebenarnya karena tidak ada topik pembicaraan.
Evan yang sebelumnya beralih menjadi duduk disamping Awan perlahan menggeser tubuhnya agar lebih dekat.
Pada hitungan ketiga tangan Evan berhasil meraih sebelah tangan Awan, laki-laki itu tersenyum puas namun Awan berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Evan.
" Awhh sakit " Awan berpura-pura. Evan yang kaget langsung melepaskan genggamannya.
" Gausah aneh-aneh. Kita udah gaada hubungan apa-apa lagi Evander Bramasta " Balas Awan lalu bangkit dari duduknya pergi meninggalkan Evan yang masih setia memandangi Awan menjauh dari radarnya.
谷
" Bener? Cuma gitu? " Rasanya terlalu singkat." Bener lah. Emangnya ada apa? "
Awan menggeleng lalu duduk lagi di kursi, untuk kali ini ingatannya tidak kembali. Ia benar tidak mengingat apapun lagi. Bagaimana bisa percaya begitu saja pada Evander.
" Kalo lu gak percaya bisa tanya bunda "
Setelah mendengar itu Awan menoleh pagi ada Evan. Tidak mungkin kan bunda membiarkan hal yang tidak-tidak terjadi, Awan rasa Evander tidak main-main karena membawa bawa bunda.
Tidak lama Awan mulai terfikir " Waktu gua pergi dari ruangan itu, high heels ini masih bagus? " ingin tau saja rasanya, kenapa heels ini bisa patah pasti ada penyebab dan sesuatu yang terjadi juga, bukan?
" Iya, malah gua mau tanya kenapa bisa sampe patah gini. Padahal cantik "
Awan duduk menunduk, tangannya dipakai memijat kepalanya yang tiba-tiba pening
Sedangkan Evan yang masih kebingungan mengangkat sebelah halisnya " Emangnya lu ga inget? "
T B C
谷
KAMU SEDANG MEMBACA
The Missing Puzzle Piece ✔
Fiksi Remaja[ Cerita 4 ] Awan terkejut bukan main setelah melihat alat tes kehamilan yang digunakannya menunjukan dua garis merah, yang itu artinya ia sedang mengandung. Namun potongan ingatan dua bulan lalu seakan menghilang, Awan tidak tau siapa dan seperti...