“ Jadi sekarang kita cari orang yang pake jam rolex? ” Tanya Esya yang mendapat anggukan dari Awan.
“ Kita telat kali, udah banyak yang masuk kedalem sekolah ”
Awan berdecak pinggang, betul juga. Mereka telat, harusnya sedari pagi seperti waktu mencari parfum mint yang ternyata milik Zervan.
“ Nanti aja pikirin lagi strateginya kaya gimana Sya, gua laper banget ini ” Memang Awan belum sempat sarapan. Bunda telat bangun yang otomatis orang satu rumah juga ikut kesiangan.
“ Sarapan dulu, gua juga pengen makan lagi ”
Awan menggandeng tangan Esya, berjalan menuju kantin yang berada di pojok dekat mushola.
Awan memsan satu mangkuk bubur ayam ekstra kerupuk dan es teh. Esya menduplikat pesanan Awan.
Setelah beberapa menit menunggu pesanan mereka sampai, Awan langsung melahap buburnya.
“ Lu tim bubur di aduk apa ngga? ” Tanya Esya yang sebenarnya kurang berfaedah.
“ Ngga, kalo diaduk ga estetik ” Balas Awan lalu menyuapkan satu sendok bubur kedalam mulutnya.
Acara sarapan mereka tidak sampai akhir, baru habis setengah porsi bell masuk sudah berdering. Mau dibawa ke dalam kelas tapi malas mengantarkan mangkuknya lagi.
“ Cepat masuk kelas ” Kata pengawas murid pada Awan dan Esya yang sedang menghabiskan es.
“ Iya pak. Bayar dulu ”
Awan dan Esya memberikan uang pas pada ibu kantin lalu pergi dari tempat itu. Langkah mereka melambat ketika sudah jauh dari kantin.
Hal yang paling mengmalaskan kalau ketemu dengan pengawas siswa. Selalu saja cerewet, seperti tadi misalnya.
“ Sayang banget bubur gue belom abis ”
Awan menepuk-nepuk punggung temannya itu “ Istirahat beli lagi ”
Awan menghentikan langkahnya sepontan membuat Esya juga ikut menghentikan langkah. Pandangan Awan lurus kedepan ㅡ tepatnya pada parkiran khusus guru dan pegawai sekolah.
Dilihatnya kepala yayasan yang baru saja keluar dari dalam mobil. Tidak ada yang aneh, tapi pakaian yang dipakai kepala yayasan mencuri perhatian Awan
“ Jas biru, jam rolex. Gua kaya pernah liat deh ” Awan bermonolog. Sepertinya ia pernah melihat warna jas yang sama tidak lama ini, tapi tidak ingat dimana dan kapannya.
“ Lu pernah liat? Dimana? Sok coba inget-inget ”
Awan mencoba berfikir, mengingat kapan ia melihat warna jas yang seperti itu. Ia terus berfikir dan mencoba mengingat sampai-sampai kepalanya berdenyut sakit.
“ Gua belum inget. Mungkin bakal inget, tapi ngga sekarang ”
谷
Jam pertama yaitu mata pelajaran bahasa Indonesia. Tapi Arkan bilang guru mapelnya tidak masuk karena cuti melahirkan. Tentu saja menjadi berkah bagi kelas 11 ips 1.
Arkan tidak minta tugas pada guru piket. Karena diancam oleh warga kelas yang malas mengerjakan tugas.
Karena tidak ada guru itulah kelas sebelas Ips satu bebas, ada yang konser dadakan, mabar mobail lejen, gibah, ngedrakor dan banyak lainnya.
Begitu juga dengan Awan yang sekarang ngumpul di bawah kipas, topik pembicaraan kali ini pada perempuan kelas sebelah yang gosipnya pacaran dengan banyak cowo.
“ Anter ke toilet yu Sya ” Awan menarik-narik tangan Esya.
“ Iya ayo bumi ㅡ ” Esya sepontan merapatkan bibirnya ketika kata terakhir terucap. Untungnya tertinggal satu huruf.
Awan sudah memasang wajah terkejut dan marahnya.
“ Langit bumi bersaksi, cerita kujalani ” Esya malah bernyanyi lalu menarik tangan Awan keluar dari kerumunan gibahan dan pergi keluar kelas.
“ Esya anjir! Lu ngomong apa tadi! ” Pekik Awan tertahan sambil mencubit tangan Asya cukup kuat.
“ Lupa, ㅡah anjir sakit ” Esya mengusap lengannya yang kena cubitan Awan.
“ Kalo ada yang curiga gimana? ”
Esya mempoutkan bibirnya “ Maaf Wan, sumpah gua ga sengaja ”
Awan berjalan menuju toilet meninggalkan Esya yang masih memasang wajah minta dimaafkan.
“ Wawan tunggu issh. Maafin gua ”
Sampai di toilet Awan masuk kedalam stall lalu menguncinya. Saat Awan ingin mengambil tisu ternyata sudah habis.
“ Esya, coba ambilin tisu ” Teriak Awan pada Esya yang ia yakini sedang berkaca di kaca besar yang terpasang didepan stall stall toilet.
“ Wait ”
“ Nih tangkep ” Ucap Esya, lalu melempar satu gulungan tisu kedalam stall dimana Awan berada .
Awan sudah bersedia menangkap gulungan putih yang dilempar dari luar. Awan menangkap gulungan itu dengan kedua tangannya. Dan tiba-tiba saja kepalanya terasa berdengung.
谷
“ Hey! Bisa tolong ambilin tisu? ” Teriak perempuan dengan dress putih yang sudah duduk diatas toilet.
“ Sebentar ” Suara serak laki-laki dari arah luar. Tidak lama melemparkan gulungan tisu yang tertangkap oleh Awan.
Awan menyelesaikan aktifitasnya, setelah selesai ia membuka kunci stall dan saat keluar ia bisa melihat samar laki-laki dengan jas biru tua dan jam rolex yang tengah bersandar pada wastafel.
Awan berjalan mendekat pada laki-laki itu, mencoba melihat jelas siapa yang membantunya berjalan hingga sampai di toilet.
Namun saat Awan mendekat laki-laki itu melingkarkan tangannya pada pinggang Awan. Satu detik kemudian bibir mereka saling bertemu, laki-laki itu mencoba melumat dan membuka mulut Awan untuk memperdalam ciumannya.
Awan yang mulai mengerti mencoba mengimbangi ciuman laki-laki jas biru itu. Melingkarkan tangan dilehernya.
Hingga udara disekitar mereka menipis dan laki-laki itu melepaskan tautannya.
“ Lo, manis ”
T B C
谷
KAMU SEDANG MEMBACA
The Missing Puzzle Piece ✔
Teen Fiction[ Cerita 4 ] Awan terkejut bukan main setelah melihat alat tes kehamilan yang digunakannya menunjukan dua garis merah, yang itu artinya ia sedang mengandung. Namun potongan ingatan dua bulan lalu seakan menghilang, Awan tidak tau siapa dan seperti...