"Aku tak begitu," sergah Jungkook tak suka.
Brakkk!
Baru saja Jungkook ingin mendebat tiga temannya. Tapi, suara keras dari arah belakang lebih dulu mengambil atensi Jungkook.
"Kau itu cuma beruntung bisa bersekolah disini!" tuding seseorang yang kini mendapat perhatian seluruh siswa-siswi di kantin.
Seseorang itu memasang tampang marah dengan wajah menghakimi. Ia berjongkok dengan tangan bergerak mendorong kuat kening seorang gadis yang ada di depannya menggunakan jari telunjuk.
Sedangkan, gadis yang menjadi bahan tudingan hanya diam pasrah terduduk di lantai kantin dengan baju yang sudah kotor di sana sini.
Tadi kaki nya di jegal oleh pria di depannya ini. Mengakibatkan wadah berisi makan siang di tangannya jatuh, lalu beberapa makanan itu terpental ke arahnya. Tak hanya itu, baru saja ia memperbaiki posisi duduk nya, sudah ada air berwarna merah mengalir dari kepalanya.
Ia disiram menggunakan minuman berkarbonasi.
"Kau cuma gadis penerima beasiswa. Tak usah ikut makan mewah di sini juga. Harusnya kau sadar diri," tambah si pria penuding.
"Maㅡaf," gadis itu tercekat ketika ingin berucap. Bagaimana tidak tercekat? Ia sedang jadi pusat perhatian sekarang ini. Di tambah kondisi nya yang sudah tak bisa di katakan bersih lagi. Dan juga, suara marah mengintimidasi di depannya membuat suara nya susah di keluarkan untuk berkomunikasi.
"Cih! Maaf?" tanya si pria, sarkas. "Aku maafkan jika besok Kau sudah tak disini lagi. Tak berkeliaran disini lagi. Dan tak bersekolah disini lagi."
"Taㅡtapi...,"
"Iya atau Kau ... Aku buat lebih malu lagi di banding ini."
Si gadis bungkam.
Ia tak bisa memilih salah satu. Ia hanya seseorang dari kalangan menengah ke bawah yang beruntung mendapat beasiswa di sekolah yang bagus ini. Dan juga, ia tak punya biaya jika harus masuk ke sekolah baru.
"Jawab dalam hitungan ke tiga."
Gadis yang tadi sibuk berperang dengan fikirannya seketika mendongak setelah mendengar sebuah kalimat yang bermakna ancaman. Dan walaaaa... Tangan si pria sudah bersiap dengan sebotol air keruh.
"Satu," si pria mulai menghitung.
Dan si gadis mulai di landa kepanikan.
"Dua,"
Sebenarnya ia bisa saja memilih pilihan kedua. Namun apa ia sanggup untuk tetap bertahan kedepannya?
"Tiga,"
Oh tidak, ia terlalu asik berfikir.
Byur!
"Hey! Apa-apaan Kau?!"
Si pria penuding marah ketika botol berisi air keruhnya di ambil lalu di buang seenaknya.
"Kau tak apa kan?"
"Aㅡaku..."
Masih dalam keterkejutannya. Si gadis tampak linglung ketika di ajak berdiri.
"Sialan! Kau mengganggu waktu bermain Ku!" Si pria penuding atau yang biasa di panggil Han Chan-Soo ini, berteriak marah pada gadis yang tadi membuang air keruh nya.
"Kau bisa berjalan kan?"
"Biㅡbisa," dan si gadis malang bernama Lim Woo Ri masih saja mencoba memahami keadaan.
Di hitungan terakhir tadi, ia terkesiap ketika mendengar suara air di tumpahkan. Namun anehnya tak ada tetesan air yang mengalir dari kepalanya. Beberapa detik kemudian, ada sebuah tangan yang menggapai tubuhnya. Membawanya berdiri lalu nampaklah seorang gadis mungil berwajah datar tengah membantunya. Si gadis mungil tersebut juga membantu membersihkan sedikit makanan yang masih menempel di seragam sekolah yang Woori pakai.

KAMU SEDANG MEMBACA
Type
Hayran KurguIni kisah Jeon Jungkook. Anak pemilik sekolah yang gemar memperbanyak pacar. Dia tau dia tampan. Jadi ia manfaatkan wajahnya dengan baik untuk menggaet gadis yang ia inginkan. Sampai akhirnya ia terjebak dalam taruhan yang ia dan tiga temannya buat...